Author : L Hirasawa aka Livie Jungiestar Yl
WARNING: DI LARANG COPAS TANPA SEIZIN AUTHOR APA LAGI TANPA MEMBERI CREDIT!!!
Cast:
- YUI as Yoshioka Yui
- Kim Jeong Hoon as Kim Joeng Hoon *namanya berubah dari jeong jadi joeng karena dulu aku salah ngetik malas ganti piss*
- Go Younha as Yoshioka Younha
- Koike Teppei as Koike Teppei
Genre: Family, Romance, Sad, Comedy
Length: 1- 5
Teng..teng..teng.. Bel sekolah sudah berdentang, semua murid berhamburan keluar kelas. Seorang gadis dengan rambut sebahu, berwajah cantik tapi terkesan dingin tidak beranjak dari tempat duduknya. Gadis itu masih menatap lembaran musik yang berisi not-not balok.
“Nee-chan, apa yang kau lakukan di sini daritadi aku menunggumu tahu.” Seorang gadis berambut pendek, berwajah cantik. Matanya berbinar memancarkan keceriaan mendekati Yui.
“Oh tidak ada” Yoshioka Yui gadis yang berambut sebahu itu langsung memasukkan lembaran musik ke dalam tasnya.
“Nee-chan, aku sudah memberitahu ibu soal keinginanku kemarin.”
“Lalu?” Yui menatap Yoshioka Younha adiknya.
“Coba tebak??, jika nee-chan bisa menjawab dengan benar aku akan mentraktir eskrim”
“aku tidak suka eskrim, lagi pula pasti jawaban ibu iya.” Yui menyampirkan tasnya di lengan lalu meninggalkan Younha yang masih terdiam.
“Oi.. Nee-chan tunggu aku!!” Younha berlari-lari mendekati Yui.
“Bagaimana nee-chan bisa tahu?, nee-chan selalu bisa menebak.”
“Menurutmu jika ada orang yang bertanya apa keinginannya terkabul dan orang itu sama sekali tidak menampakkan ekspresi sedih tapi tersenyum riang. Apakah menurutmu keinginannya tercapai?”
“Ya, sepertinya iya?”
“Daritadi kau terus senyum-senyum sendiri , ekspresimu mudah ditebak.”
“Ya, semua orang memang seperti itu. Saat sedih kelihatan sedih, saat senang kelihatan senang. Tapi aku sering memperhatikan nee-chan suka seperti tanpa ekspresi saat sedih dan senang tidak ada yang berubah dari raut wajah nee-chan. Bagaimana kau melakukannya?.”
“Aku sudah terlahir seperti ini.” Jawab Yui pendek, lalu berjalan cepat meninggalkan Younha.
Yui dan Younha dua kakak beradik yang sangat bertolak belakang. Umur mereka hanya terpaut satu tahun. Yui sangat pendiam, selalu menutup diri, tidak suka keramaian, dia tidak ikut dalam kegiatan apa pun di sekolahnya, dia terlihat tomboy . Tidak pernah memakai rok kecuali rok sekolah. Pakaiannya hanya jeans, jaket, dan T-shirt. Sementara Younha adiknya sangat periang, dia mudah bergaul dan selalu bersikap manis, dia selalu ingin menjadi nomor satu dalam segala hal dan mengikuti semua kegiatan di sekolahnya. Dia sangat feminim dan fashionable. Tapi dua-duanya berbakat di bidang musik. Karena bakat seni mengalir dari kedua orangtua mereka. Ayah mereka adalah seorang komposer ternama juga pianis. Dan ibu mereka mantan penyanyi terkenal di era 90-an. Mula-mulanya Yui dan Younha sama-sama diajarkan piano dari kecil oleh ayah mereka. Tapi Yui yang beranjak dewasa mulai melirik alat musik lain yaitu gitar, dan dia merasa lebih merasa nyaman saat memainkan gitar, sementara Younha merasa dari awal sudah cocok dengan piano.
---
Yui dan Younha memasuki rumah mereka yang cukup besar.
“Kalian sudah pulang?, Younha.. lihat, ini yang kau mau bukan?” Seorang wanita cantik dan umurnya sekitar 40-an memegang sepasang sepatu mahal dari kulit.
“Ah.. Ibu sudah membelikanku?, sangat cantik.” Younha meraih sepatu itu dan memandanginya dengan mata berbinar.
Yui melihat sekilas ke sepatu itu, lalu berjalan memasuki kamarnya.
----
Yui memakan nasinya dalam diam, sementara Younha terus bercerita panjang lebar tentang betapa sibuknya dia di sekolah. Mereka sedang makan malam bersama, Ibu dan Ayahnya tersenyum mendengarkan Younha.
“Ibu akan mengadakan pesta merayakan ulang tahun pernikahan ayah dan ibu yang ke 19. Bagaimana kalau Younha memainkan piano dan menyanyi di acara itu?” kata ibunya.
“Tentu aku mau ibu, aku akan menyanyi.”
“Bagaimana kalau Yui juga bermain gitar?” kata Ayahnya. Yui berhenti makan, matanya menatap mangkuk nasinya.
“Aku tidak bisa.” Kata Yui.
“Sudah biarkan saja, aku juga tidak mengerti saat kecil kau mahir dalam piano tapi kau memilih gitar. Kau juga tidak pernah ikut kompetisi apapun dan kami juga tidak pernah mendengar kau bermain gitar. Coba kau lihat Younha.” Kata ibunya.
“Aku bermain gitar tidak harus menunjukkan di depan kalian, aku selesai.” Yui meletakkan sumpitnya lalu memasuki kamar.
“Coba lihat sikapnya aku tidak pernah mengajarinya untuk jadi seperti itu.” Kata ibunya.
“Sudahlah, kau juga terlalu keras padanya.” Kata Ayahnya. Yui menatap gitar yang berada di sampingnya. Dia memeluk gitar itu dan menangis, ingatannya melayang ke beberapa tahun silam saat dia berumur 8 tahun dan Younha 7 tahun.
“Ayo cepat kalian sudah terlambat.” Kata ibunya buru-buru mengajak Yui dan Younha masuk. Mereka mengikuti kompetisi piano. Younha medapat giliran lebih dulu. Jari-jarinya bergerak lincah di tuts piano. Younha mendapat sambutan luar biasa, dan Yui juga sama dengan Younha dia bisa memainkan dengan baik. Saat diumumkan pemenang, pertama-tama nama Yui yang di panggil dia memenangkan juara kedua dan Ibunya memeluknya, menciumnya dan mengatakan bangga padanya. Kemudian diumumkan juara pertamanya rupanya yang menang adalah Younha. Ibunya sangat bahagia dan meneteskan air mata. Terus memeluk erat Younha, ibunya bercerita kepada setiap orang tentang Younha dan Yui merasa dilupakan, rasanya sangat sakit. Younha juga ikut berbagai kegiatan seperti menari dan kompetisi olahraga, dia sering menang dan ibunya makin sayang pada Younha. Ibunya selau menuruti dan memanjakan Younha dan Yui lama-lama berubah menjadi pribadi yang pendiam dan tertutup. Yui menghapus air matanya, lalu jari-jarinya menyentuh senar gitar dan perasaannya jauh lebih tenang.
“Cuma kau yang peduli padaku.” Bisik Yui pada gitarnya.
Yui memakai jaketnya lalu meraih gitar dan pergi, dia menyusuri jalan setapak demi setapak. Akhirnya dia sampai di sebuah bangunan besar dan cukup mewah, sekolah musik tempat Yui belajar memainkan gitar. Saat hatinya gundah dia sering menyelinap masuk ke dalam saat malam hari dan memainkan gitarnya di sana. Yui menyandangkan gitarnya di bahu dan memanjat pagar. Lalu dia membuka jendela belakang yang tidak pernah dikunci lalu masuk ke dalam. Dia naik ke lantai atas, dan berhenti di terasnya. Yui duduk bersila lalu mengeluarkan gitarnya dan memetik senarnya. Nada indah mengalun dari gitar Yui lalu Yui mulai bernyanyi. Suara indahnya berpadu dengan suara gitar dan menjadi sebuah harmonisasi yang indah.
--
Seorang pemuda berwajah manis memasuki sebuah ruangan, dia mendengar suara gitar dan nyanyian yang indah. Pemuda itu mendengar sepertinya suara itu berasal dari atas, dia bergegas menaiki tangga tapi suara itu menghilang. Pemuda itu mencari-cari ke seluruh ruangan tapi tidak menemukannya.
“Jangan-jangan.. Hantuuuuuuuu.” Pemuda itu lari ketakutan.
Yui yang bersembunyi di balik pintu menghembuskan nafas lega.
---
Joeng hoon memasuki halaman sekolah barunya dengan santai, semua mata gadis-gadis melihat kearahnya. Tapi dia cuek dan melangkah terus ke depan. Tangannya menyentuh liontin bintang dilehernya.
“Kau pasti akan aku temukan.” Joeng hoon berbicara sendiri.
Ingatannya kembali ke beberapa tahun silam saat dirinya berumur 8 tahun.
Flashback
Saat itu Joeng hoon sedang liburan ke Jepang. Joeng hoon berdarah campuran, Ayahnya orang Korea dan Ibunya orang Jepang. Saat itulah pertamakalinya dia menginjakkan kaki di tanah kelahiran ibunya. Siang itu matahari bersinar cerah, Joeng hoon bersepeda ke taman yang berada di sebelah rumah pamannya. Dia melihat seorang anak perempuan yang seumuran dengannya sedang duduk di ayunan dan menangis. Joeng hoon mendekati anak perempuan tersebut.
“Mengapa menangis?”
“Aku..aku…aku.. tidak bisa me..menang…” anak perempuan itu berkata terbata-bata, dan terus menangis,dia memegang piala.
“Bukankah kau sudah menang?, kau mendapat juara kedua. Hebat sekali.” Joeng hoon membaca tulisan di piala tersebut.
“Aku.. ti..tidak..bi..sa..juara..sa..tu..”
“Jangan menangis, aku yakin suatu hari kau akan juara satu. Dan aku akan jadi orang pertama yang memberi selamat padamu.”
“Benarkah?, tapi kau siapa?”anak perempuan itu menghapus airmatanya dan menatap joeng hoon.
“Aku ultraman.” Jawab Joeng hoon sambul tersenyum.
“Ultraman???” anak perempuan itu heran.
“Lalu siapa namamu?” tanya Joeng hoon.
“Namaku hello kitty.” Jawab anak perempuan itu polos dan Joeng hoon tertawa.
“Baiklah hello kitty, kau tinggal di mana?”
“Rumahku tidak jauh dari taman ini, tiga rumah dari sini, kalau kau?”
“Rumah pamanku di sebelah, rumahku yang sebenarnya ada di Korea.”
“Jauh sekali.”
“Ya sangat jauh, tapi aku kesepian di sini. Maukah kau terus datang ke taman ini menemaniku?”
“Apakah aku menemanimu bermain?”
“Bukan aku sedang mengajakmu kencan.”
Anak perempuan itu menatap Joeng hoon heran, tapi dia mengangguk tanda setuju. Setiap sore anak perempuan itu datang ke taman dan menemani Joeng hoon.
“Ayo sekarang aku akan mengajarimu naik sepeda?” kata Joeng hoon.
“Ultraman aku takut naik sepeda.”
“Makanya kau harus belajar.” Anak perempuan itu naik ke atas sepeda dengan takut-takut.
“Jangan dilepas ya?, nanti aku bisa jatuh.”
“Tidak akan aku lepaskan.” Tapi Joeng hoon sudah melepas tangannya dari belakang sepeda daritadi.
“Lihat kitty kau bisa” kata Joeng hoon. “
"Oh.. kau melepasnya.. huaaah…”
gubrak….anak perempuan itu jatuh, lututnya berdarah dan dia menangis.
“Jangan menangis, maaf aku yang salah.”
“Huaa..hiks.. sakit sekali.. tidak ada yang mau menikah denganku lagi sekarang..hiks"
“Mengapa tidak ada yag ingin menikahimu?”
“Karena lututku luka dan nanti jika berbekas tidak ada yang ingin menikah denganku.”
“Kalau tidak ada yang ingin menikahimu, aku berjanji aku yang akan menikahimu.”
“Benarkah?, kau akan menikahiku?.”anakperempuan itu menghapus airmatanya.
“Ya, aku ultraman bersumpah akan menikahi kitty.”
“Jadi kita akan terus bersama sampai kita dewasa dan kemudian menikah?”
“Aku ingin, tapi aku tidak bisa, besok aku sudah kembali ke Korea.”
“Apa?, mengapa cepat sekali?” anak perempuan itu menangis lagi.
“Jangan menangis, aku berjanji. Suatu hari nanti aku akan kembali ke sini, makanya kau harus menyimpan benda ini.”
Joeng hoon memberikan gantungan kunci ultraman kepada anak perempuan itu.
“Simpan baik-baik, supaya aku bisa menemukanmu. Jangan pernah hilangkan, jika hilang kita tidak bisa menikah. Mengerti?” Anak perempuan itu mengangguk, lalu dia melepas liontin bintang yang sedang dipakainya.
“Ultraman aku ingin memberikanmu ini, jadi jika kau tidak datang mencariku. Aku yang akan mencarimu untuk menagih janji, jadi aku mohon simpan liontin ini baik-baik. Ini liontin pemberian ibuku.”
“Bukannya ini sangat penting, ini pemberian ibumu?”
“Aku ingin kau menyimpannya, terima saja.”
“Baiklah kalau begitu, tunggu aku. Aku akan menepati janji.”
End of flashback
Joeng hoon masih menyentuh liontin itu sekali lagi, liontin bintang yang dibelakangnya terukir nama keluarga Yoshioka.
“Aku datang menepati janji, Yoshioka”
Joeng Hoon berjalan sambil melamun dan tidak sengaja menabrak seseorang.. Bruuk...
"Maafkan aku"
Joeng hoon membantu memunguti buku-buku yang berserakan milik orang yang ditabraknya. Gadis yang ditabraknya tidak berkata apa-apa hanya terus memunguti bukunya. Joeng hoon melihat siku orang yang ditabraknya terluka.
"tanganmu terluka?" Joeng hoon menyentuh lengan gadis itu.
"Aku tidak apa-apa" gadis itu bangkit setelah memunguti semua buku dan bergegas pergi.
"Tunggu, ada yang ketinggalan"
Joeng hoon melambaikan selembar kertas musik yang terjatuh.Tapi gadis itu sudah pergi, Joeng hoon menatap kertas musik itu dan ada nama tercantum diatasnya Yoshioka Yui.
"Yoshioka??, apa mungkin dia??"
Joeng hoon berlari mencari-cari tapi tidak menemukannya.Joeng hoon berlari menyusuri tiap kelas, tapi tidak menemukan sosok itu. Gadis dengan rambut sebahu dan tatapan mata yang dingin.
"Apa mencari seseorang?"
Gadis cantik berambut pendek menyapanya.
"Tidak ada apa-apa" kata Joeng hoon lalu pergi.
"Siapa dia?, tampannya." Younha masih membeku ditempat.
"Sepertinya dia murid baru pindahan dari Korea yang dibicarakan orang-orang." Kata Ayumi teman sebangku Younha.
"Dibicarakan orang-orang?, apa dia begitu terkenal?" Younha menjadi penasaran.
"Yang aku dengar dia sangat kaya. Ayahnya salah satu pemilik bank swasta terbesar di Korea. Dan kepala sekolah kita adalah pamannya, dia juga sangat jenius IQnya 146 dan sering menjuarai berbagai olimpiade matematika dan fisika." jelas Ayumi panjang lebar.
"Benarkah dia orang sehebat itu?, sangat menarik." Younha tersenyum.
"Kenapa?, ingin menjadikannya target barumu?, lalu Takuya mau kau kemanakan?"
"Takuya? Aku sudah bosan dengannya. Aku juga berencana mau putus."
---
Yui memeriksa tasnya berulang-ulang dan membongkar semua buku-bukunya tapi dia tidak menemukan apa yang dia cari.
"Kertas itu aku jatuhkan dimana?" tanya Yui pada dirinya sendiri.
"Perhatian semuanya!!"
Seorang wanita berusia 40an memasuki ruangan bersama seorang pemuda tampan.
"Kita kedatangan murid baru pindahan dari Korea, silakan memperkenalkan diri."
"Apa kabar, namaku Kim Joeng Hoon. Mohon bimbingannya."Joeng hoon menunduk.
"Ah.. tampannya.." murid-murid perempuan saling berbisik dan cekikikan.
Joeng hoon mengangkat kepalanya dan matanya langsung bertemu dengan tatapan mata dingin yang tadi pagi bertemu dengannya. Joeng hoon terkejut,tapi langsung tersenyum kearah gadis itu. Gadis itu langsung memalingkan wajah.
"Di belakang ada bangku yang kosong, di sebelah YoshiokaYui." Kata gurunya.
Joeng hoon tersenyum menuju bangkunya, dan duduk dengan santai.
"Hei, masih ingat aku?" Joeng hoon bertanya pada Yui.
Yui tidak mempedulikan Joeng hoon, dan mengeluarkan buku dari tasnya.
"Buka halaman 54.", kata gurunya.
"Sensei." Joeng hoon mengangkat tangan kanannya.
"Ada apa?"
"Aku belum punya buku. Bolehkah aku berbagi buku dengan Yoshioka Yui?"
"Berbagi denganku saja?", kata seorang siswi yang duduk didepan Joeng hoon.
"Tidak denganku.."
"Denganku saja.."
"Tidak.. aku saja.."
Kelas menjadi sangat ribut.
"Semuanya diam!!!!!!" bentak ibu guru dan kelas seketika menjadi hening.
"dan Joeng hoon kau boleh berbagi buku dengan Yui." Tambah gurunya.
Joeng hoon langsung menarik bangkunya menuju meja Yui, dan gurunya mulai menerangkan.
"Apa kau masih ingat denganku?"
Yui tidak menjawab dan masih mendengarkan guru yang sedang menerangkan.
"Kenapa tidak menjawab?, apakah kau lupa?"
"Tentu aku ingat, kau yang menyebabkan tanganku luka. Tapi sekarang kita sedang belajar."
"Bagaimana tanganmu sekarang apa sudah diobati?"
"Itu bukan urusanmu, bisakah kau diam?"
"Tidak bisa, aku penasaran. Ingin tahu apakah selama ini kau yang aku cari?"
"Aku tidak mengerti apa maksudmu, dan bisakah kau diam?"
"Tidak bisa karena aku sangat penasaran."
"Aku mohon kau diam!!!!" Yui berteriak.
Seisi kelas langsung menoleh kearah Joeng hoon dan Yui termasuk gurunya.
"Ada apa Yoshioka Yui?" tanya gurunya.
"Bisakah murid baru yang disebelahku berbagi buku dengan yang lain?, aku tidak bisa konsenterasi belajar."
"Ada apa?, apa ada masalah?" tanya gurunya lagi.
"Tidak ada apa-apa sensei, aku akan berbagi buku dengan yang lain." Kata Joeng hoon.
---
"Yang aku katakan benar, di sini ada hantu." kata Koike teppei.
"Kau bicara yang bukan-bukan saja." Kata Toma temannya.
"Aku serius, hantunya bernyanyi dan memainkan gitar. Waktu itu aku di suruh ayahku datang ke sini untuk mengambil dokumen penting. Lal aku mendengar nyanyian yang indah arahnya dari atas, tapi saat aku mencari-cari tidak ada siapapun di sana."
"Kau kebanyakan nonton film hantu."
"Masa kau tidak percaya padaku?, begini saja bagaimana kalau kita datang ke sini malam hari kalau kau tidak percaya."
"Aku tidak punya waktu bermain dengan orang kekanak-kanakan sepertimu." Kata Toma.
"Bilang saja kalau kau takut hantu?" balas Teppei.
"Aku tidak takut, yang aku takutkan kau pingsan di sana dan aku harus menggendongmu." Kata Toma.
"Itu tidak akan terjadi, kita akan menyelidiki hantu malam ini."Kata Teppei semangat.
---
"Nee-chan kau sedang apa?, kamarmu jadi berantakan begini?"
Younha memasuki kamar Yui yang berserakan dengan barang-barang.
"Aku sedang mencari sesuatu?"
"Ya ampun, lihat ini Nee-chan masih menyimpan mainan kita waktu masih kecil. Harusnya disingkirkan saja dan awww.."
Younha mengaduh kesakitan,kakinya menginjak sesuatu.
"Apa ini?"
Younha memungut benda yang tadi diinjaknya sebuah gantungan kunci ultraman.
"Itu, oh dulu hilang. Dan aku dulu mencarinya sambil menangis."
Kata Yui meraih gantungan kunci itu dari tangan Younha. Yui menyimpan gantungan kunci itu di laci.
"Aku mandi dulu" kata Younha pergi meninggalkan kamar Yui.
Yui membuka lacinya lagi dan melihat gantungan kunci ultraman. Kenangan yang manis dan menyenangkan.
"Dulu saat hilang, aku takut sekali. Karena takut kau tidak bisa menikahiku." Kata Yui pada dirinya sendiri.
"Sekarang ultraman seperti apa?, dia dulu anak laki-lakiyang tampan. Mungkin sekarang dia juga sudah lupa janjinya. Dulu waktu masih anak-anak kami memang sangat polos"
Yui tertawa sendiri teringat masa kecilnya dulu.
"Wah.. Nee-chan sedang tertawa? Pemandangan yang sangat jarang terjadi"
Kata Younha yang lewat di depan pintu kamar Yui.
"Katanya kau akan mandi?"
"Memang, tadi aku mengambil handuk. Ada apa?"
"Tidak ada apa-apa, cuma teringat kenangan masa lalu."
---
"Kita sudah berjam-jam menunggu di sini. Aku sangat mengantuk, Kita pulang saja." Kata Toma.
"Sudah terlanjur kita harus menunggu di sini sampai pagi"kata Teppei.
"Lagi pula biasanya di cerita-cerita horor hantu itu memainkan piano bukan gitar." Kata Toma
"Ini hantu model baru tahu."
"Apa kau sedang bercanda?, aku ingin tidur dulu." Kata Toma menyandarkan badannya ke dinding.
Tidak lama kemudian Teppei merasa sangat mengantuk dan kepalanya berat, dan kemudian dia tertidur di samping Toma.
---
Yui memanjat pagar sekolah musiknya. Dan saat melompat dia kehilangan keseimbangan dan terjatuh.
"Awwww." erang Yui.
Dia lalu masuk lewat jendela belakang seperti biasa, naik ke teras atas dan mengeluarkan gitarnya. Yui mulai memetik gitar dan menyanyi.
"Teppei bangun, kau dengar itu?" bisik Toma pada Teppei.
"Ah, itu hantu yang sedang bernyanyi."
"SStt.. kecilkan suaramu, ayo kita naik ke atas."
Teppei dan Toma berjalan mengendap-endap menuju teras atas.Toma bersiap-siap membuka pintu atas.
"Uwah apa itu hantunya?" kata Toma menatap gadis cantik berambut sebahu sedang bermain gitar.
"Hantunya cantik ya?" kata Teppei.
Yui kaget, dia hanya membeku di tempat dan tidak bergerak, tapi kemudian dia tersadar. Yui bangkit dari duduknya lalu memasukkan gitar pada sarungnya. Dia ingin secepatnya pergi dari sana.
"Tunggu kau mau ke mana?" kata Teppei.
Yui tidak menjawab langsung mendorong Teppei yang menghalangi pintu, lalu berjalan keluar. Teppei terjatuh terjengkang di lantai.
"Teppei kau tidak apa-apa?" Toma membantu Teppei berdiri.
"Toma kau lihat tadi aku didorongnya?" kata Teppei antara sadar dan tidak sadar.
"Iya memangnya kenapa?" Toma mulai bingung.
"Rupanya dia gadis cantik bukan hantu?"
"Itu aku juga tahu, kau saja yang suka mengada-ada."
"Dia gadis cantik yang mendorongku dengan kasar, kau tahu?"
"Maksudmu apa sih?, kau sudah gila ya?"
"Aku suka cewek kasar, dia tipeku?, aku harus kenalan dengannya. Mana dia?"
"Sudah pergi dari tadi."
"Toma aku jatuh cinta."
Teppei tersenyum seperti orang gila.
"Kau sudah sinting!"kata Toma.
"Aku harus tahu namanya, harus!!!"
To be continued....
1x klik = Rp 250,- Donate Anda
Selasa, 22 November 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar