Author: Livie jungiestar Yl / DorkyJung / L Hirasawa
DI LARANG COPAS TANPA SEIZIN AUTHOR!! APA LAGI TANPA MEMBERI CREDIT!!
Cast:
- Ham Eunjung as Ham Eunjung
- Park Hyomin as Ham Hyomin
- Lee Donghae as Lee Donghae
- Song Joongki as Song Joongki
Genre: SAD, FAMILY, ROMANCE
Length : 1 -7
Donghae memandang langit-langit kamar Hotel, dia sedang berbaring terlentang di ranjang. Hari ini dia tidak pulang ke rumah. Dia tidak sanggup bertemu dengan Eunjung.
Buliran air mata mulai keluar dari ujung matanya. Sampai kapan dia harus menjadi orang yang selalu menanggung semua perasaan sakit ini. Apa dia orang yang selalu ditakdirkan untuk menderita?
Begitu hancur hatinya saat ini, hatinya sudah hancur sejak dulu. Selama tujuh tahun di Paris dia sudah berusaha menata hatinya lagi, mengisinya dengan cinta terhadap Eunjung, dia begitu tulus mencintai Eunjung tapi sekarang hatinya telah porak poranda lagi.
Donghae menatap ponselnya yang berada di sampingnya, berharap Eunjung meneleponnya. Berharap Eunjung khawatir karena dia tidak pulang ke rumah, berharap Eunjung bertanya dengan cemas dia ada di mana sekarang. Tapi itu tidak terjadi, mana mungkin Eunjung peduli padanya, dia saja yang selama ini sudah berharap banyak pada Eunjung.
“Kau berhasil lagi Eunjung-ah, kau selalu berhasil untuk membuatku hancur lagi..” gumam Donghae.
-------
Hyomin mulai membuka kelopak matanya, sudah pagi. Dia mencium bau obat, Pelayan meletakkan sup pereda mabuk di atas meja. Ibunya sedang berdiri di samping ranjangnya, memandanginya dengan wajah cemas.
“Kemarin kau mabuk dan Joongki mengantarmu pulang tengah malam, apa kau sedang punya masalah.” Kata ibunya.
Hyomin hanya menggeleng lemah.
“Hari ini kau tidak usah masuk kantor saja.” Kata ibunya.
“Apa appa tahu aku mabuk semalam?” Tanya Hyomin.
Ibunya mengangguk.
“Apa dia marah?” Tanya Hyomin lagi.
“Tidak, dia tidak marah.” Kata ibunya.
Pelayan lalu menyodorkan mangkok sup perada mabuk itu pada Hyomin, dia lalu meminum sup pereda mabuknya, Hyomin kembali teringat dengan kejadian kemarin.
“Mana Eunjung? Aku ingin bertemu dengannya..” kata Hyomin.
“Sepertinya sebentar lagi dia akan berangkat ke kantor. Mengapa?”
Hyomin bergegas turun dari tempat tidurnya, dia berlari menuruni tangga. Dia tidak mempedulikan seruan ibunya yang memanggil namanya. Matanya mencari-cari Eunjung dan dia berlari keluar dari rumah, dia melihat Eunjung yang baru saja ingin memasuki mobil.
“Tunggu!!” kata Hyomin.
Eunjung menoleh pada Hyomin yang berjalan ke arahnya dengan sorot mata marah.
“Mengapa kau merebut model yang akan aku gunakan? Aku sudah lebih dulu melobi Park Jiyeon! Apa kau sengaja!”
“Benarkah? aku sama sekali tidak tahu.” Kata Eunjung.
“Bohong!!! Aku tahu kau sengaja, kau memang selalu sengaja ingin merebut segalanya dariku!!!”
Eunjung tertawa kecil.
“Hyomin-ah apa kau tahu kau begitu lucu? Kau mulai terlihat seperti Hyomin yang dulu, ini dunia bisnis Hyomin-ah. Park Jiyeon belum menandatangani kontrak denganmu, dia berhak untuk menentukan pilihan. Ini sering terjadi di dunia bisnis, harusnya kau tahu itu.”
-----
Botol-botol minuman keras berserakan di karpet. Donghae meneguk minuman itu lagi, dia ingin membuat dirinya mabuk dan melupakan segalanya. Tapi anehnya dia saat ini belum sepenuhnya mabuk, bayangan itu masih terus muncul di benaknya.
Bayangan Joongki dan Eunjung yang sedang berciuman itu terus muncul dalam benaknya, membuatnya hampir gila. Ponselnya yang berada di atas meja hotel berdering. Dengan berjalan terhuyung-huyung Donghae meraih ponselnya itu.
Matanya yang mulai kabur melihat monitor ponsel, telepon dari Eunjung. Apa Eunjung mulai peduli padanya? Apa Eunjung khawatir padanya? Donghae segara mengangkat telepon itu.
“Yoboseyo..” kata Donghae pelan.
“Donghae-ah kau ada di mana?” Tanya Eunjung.
“Di Hotel.”
“Mengapa kau pergi ke hotel lagi? aku sedang butuh bantuanmu.”
Donghae terdiam, jadi ini kah alasan Eunjung menelponnya? Bukan karena khawatir tapi karena mengharapkan bantuannya?
“Aku butuh pendapatmu tentang proyek Hyundai..” kata Eunjung lagi.
Perasaan marah mulai muncul di benak Donghae, kemarin Eunjung pergi bersama dengan Joongki untuk bersenang-senang. Sementara Eunjung baru mencarinya cuma karena ingin mendiskusikan masalah Hyundai.
“Donghae-ah kau masih di sana?” Tanya Eunjung.
“Datanglah ke sini kalau begitu.” Kata Donghae
-------
Donghae duduk di sudut kamar hotel, tangannya masih memegang botol minuman, pikirannya sangat kacau dan sekarang dia benar-benar sedang marah.
TOK..TOK..TOK…
Dia mendengar seseorang mengetuk pintu kamarnya dari luar, berjalan terhuyung huyung dia membuka pintu kamarnya.
Eunjung yang melihat Donghae sontak terkejut, melihat penampilan Donghae yang acak-acakan dan botol minuman yang berada di tangan Donghae.
“Kau kenapa?” kata Eunjung.
“Masuklah.” Kata Donghae dingin.
Eunjung lalu melangkah memasuki kamar, Donghae menutup pintu. Langkah kaki Eunjung terhenti saat melihat botol-botol minuman yang berserakan di lantai.
“Kau minum sebanyak ini? Ada apa denganmu?” kata Eunjung lagi.
Donghae tidak menjawab.
“Kau kenapa? Apa sesuatu terjadi di rumah? Antara kau dan ibumu?”
“Kemarin malam kau pergi bersama siapa?” Donghae balik bertanya.
Eunjung terdiam, apa Donghae tahu semalam dia pergi bersama Joongki?
“Mengapa kau selalu pergi bersama Joongki? Mengapa?”
“Dia hanya mengajak makan malam bersama.” Jawab Eunjung.
“Oh makan malam? Lalu berciuman di tempat umum…” kata Donghae dengan nada sinis.
Eunjung menunduk, dia tidak berani menatap mata Donghae.
“Bukankah kau sendiri yang bilang padaku, kau tidak tahu mencintai aku atau tidak tapi kau sudah memilih bersamaku. Lalu mengapa? Mengapa kau selalu pergi menemui laki-laki itu! Bukankah kau sudah memilih untuk selalu bersamaku!!”
Eunjung tidak tahu harus menjawab apa.
“Selama ini kau mengacuhkan aku karena alasan balas dendam lebih penting untukmu dan aku selalu menerimanya, tapi sekarang? Bersenang-senang bersama Song Joongki, apa itu tujuanmu sekarang? Apa kau sudah lupa tujuanmu dari awal? “
Eunjung masih menunduk dan tidak menjawab.
“Apa kau sudah goyah pada tujuanmu!! Mengapa kau hanya diam!!!” Donghae membentaknya.
Donghae lalu mendekati Eunjung, dia menarik pinggang Eunjung lalu menyambar bibir Eunjung dan menciumnya secara paksa, Donghae mencium Eunjung dengan kasar. Eunjung mendorong tubuh Donghae, tubuhnya bergetar karena marah.
“Apa yang sedang kau lakukan!!!” Eunjung berteriak marah.
“Mengapa? Aku kekasihmu? Mengapa aku tidak boleh menyentuhmu? Lalu Joongki dia bisa seenaknya saja menciummu? Begitukah maksudmu?”
“AKU LEBIH BERHAK DARINYA!!!” Donghae berteriak keras.
Mata Donghae mulai berkaca-kaca.
“Mengapa aku menjadi seperti ini hanya karenamu!! Mengapa aku bisa menjadi hampir gila hanya karenamu!!!”
Donghae melempar botol minuman yang ada di tangannya sekuat tenaga ke arah dinding. Dia melampiaskan semua emosinya.
PRANGGG…
Botol kaca itu hancur berkeping-keping dan isinya tumpah membanjiri karpet yang menutupi lantai kamar hotel.
Eunjung terkejut, dia tidak pernah melihat Donghae semarah ini. Eunjung berdiri membeku, dia tidak bisa bergerak.
Donghae terduduk di lantai, Donghae mulai menangis , menangis seperti orang frustasi. Eunjung menatap Donghae, baru kali ini dia melihat Donghae menangis di depannya.
“Aku tulus mencintaimu, kau tahu itu bukan? Tapi mengapa kau selalu menyakitiku? Mengapa aku selalu harus jadi orang yang di sakiti oleh cinta? Mengapa?”
Perlahan air mata Eunjung menetes membasahi pipinya, dia mulai merasa sangat bersalah pada Donghae. Donghae hanya orang yang kesepian seperti dirinya, dia hanya butuh di cintai.
“MENGAPA AKU HARUS MENCINTAIMU!! MENGAPA!!!”
Perlahan Eunjung mendekati Donghae yang masih terduduk di lantai, Eunjung berlutut dan memeluk Donghae. Air mata Donghae membasahi bajunya. Eunjung makin erat memeluk Donghae yang menangis dalam dekapannya.
------
Hyomin melempar berkas data ke atas meja, data yang menunjukkan kalau penjualan ponsel oleh timnya semakin merosot. Hyomin menatap anggota timnya satu persatu dengan tajam, para anggota timnya menunduk tidak berani menatap mata Hyomin.
“Penjualan di awal kita lebih tinggi, tapi mengapa sekarang makin lama makin menurun? Kita tidak boleh begini terus, kita harus melakukan sesuatu!” kata Hyomin.
“Itu semua karena mereka merebut Park Jiyeon.” Kata salah satu staff.
“Memangnya cuma Park Jiyeon seorang artis di Korea? Kita sudah menggunakan artis yang lebih senior dan berpengalaman, bukan pendatang baru seperti dia!!!” kata Hyomin marah.
“Mereka unggul karena aku dengar tim Eunjung mengadakan kampanye ‘Go Green’ bersama dua model mereka Lee Joon dan Park Jiyeon, mereka mendatangi sekolah-sekolah, kampus, perkantoran dan tempat-tempat lain. “ kata staffnya yang lain.
Hyomin menghela napas.
“Mana laporan hasil survei yang aku minta?” kata Hyomin.
Hyomin menyuruh anggota timnya mengadakan survei pasar, menanyakan tentang kekurangan ponsel yang di keluarkan oleh timnya. Semua jawaban mengacu pada harga yang terlalu tinggi, harga yang tinggi memang di sebabkan kelebihan ponsel yang sangat canggih.
“Jika kita menurunkan harga apa menurut kalian penjualan kita bisa meningkat?” Tanya Hyomin.
“Sepertinya begitu.”
“Kalau begitu turunkan hingga setengah harga.” Kata Hyomin.
Semua anggota timnya terkejut.
“Setengah harga? Itu tidak mungkin, hasilnya akan minus.”
“Aku akan menutupnya dengan sahamku!” kata Hyomin.
“Ini terlalu beresiko dan ini juga sebuah kecurangan.” Timpal yang lain.
“Persetan dengan resiko dan curang! Selama tidak ada yang tahu kita bisa melakukan segala cara! Kita harus menang!!” bentak Hyomin.
Semua anggota timnya terdiam, Hyomin yang biasanya ramah kini sudah berubah. Tidak ada lagi senyuman yang biasanya menghiasi wajah Hyomin.
“Aku rasa sampai di sini saja rapat kita hari ini.”
Hyomin lalu bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruangan.
“Untuk mengalahkanmu Ham Eunjung , walau harus bersekutu dengan setan pun akan aku lakukan.”
----
Donghae meletakkan sebuket bunga lily putih di atas makam ibu Eunjung. Dia dan Eunjung baru saja selesai sembahyang di makam ibu Eunjung. Daun-daun mulai berguguran dan berjatuhan di atas makam, sekarang di Seoul sudah mulai memasuki musim gugur.
“Ayo kita pulang.” Ajak Donghae.
Eunjung mengangguk, dia dan Donghae lalu menuruni tangga berbatu menuju area tempat parkir di pemakaman.
Sudah lewat seminggu dari kejadian antara dirinya dan Donghae di hotel saat itu, sejak saat itu Eunjung sudah memutuskan dia tidak ingin lagi menyakiti Donghae, pria itu sudah terlalu baik padanya, juga selalu bersabar menghadapi keegoisannya.
Sudah beberapa kali Joongki selalu menelepon dan berusaha bertemu dengannya, Joongki selalu mengatakan ada urusan penting yang ingin dia bicarakan, tapi Eunjung selalu menghindar.
Eunjung sendiri merasa bingung apa dia mulai punya perasaan lebih pada Joongki, tapi semua yang dikatakan Donghae benar dia harus fokus pada rencananya semula, bersama Joongki hanya membuat dia lupa akan tujuannya.
Sebelum tujuannya tercapai, sebelum Hyundai menjadi miliknya, masalah lain bukanlah hal yang penting baginya.
-----
Eunjung dan Donghae memasuki sedan putih milik Donghae. Donghae mulai menyalakan TV kecil yang berada di dalam mobil, sebuah iklan muncul di layar TV tersebut, iklan ponsel Hyundai dengan model Lee Joon dan Park Jiyeon .
“Sepertinya proyekmu berjalan sukses.” Kata Donghae sambil menyetir.
Eunjung mengangguk
“Semua berkatmu, gumawo…”
“Aku tidak melakukan hal yang besar untuk membantumu.” Kata Donghae.
Mereka lalu saling diam, Eunjung menatap lurus ke depan memandang jalan.
“Aku berencana memberitahu ahjussi masalah hubungan kita.” Kata Donghae.
Eunjung menatap Donghae yang sedang menyetir di sampingnya.
“Appa akan sangat terkejut kalau kita memberitahunya.” Kata Eunjung.
“Aku tahu, tapi akhirnya juga dia akan tahu, bukankah begitu?” kata Donghae.
“Tapi tidak sekarang.” Kata Eunjung.
Donghae menghentikan mobil, dia meminggirkan mobilnya ke tepi jalan, lalu menatap Eunjung, dan pandangan Donghae berubah menjadi lebih serius.
“Jujur saja aku akui aku takut, aku takut kau meninggalkan aku. Jadi aku ingin secepatnya kita merencanakan pertunangan.”
“Donghae-ah aku tidak akan pergi meninggalkanmu, di situasi sekarang tidak mungkin, di saat persainganku dengan Hyomin belum selesai.”
“Sebelum pertunangan kita dilangsungkan aku tidak akan tenang.” Kata Donghae.
Eunjung menghela napas.
“Kita akan memberitahu ayahku, tapi nanti setelah pengumuman hasil proyek antara aku dan Hyomin.” Kata Eunjung.
“Baiklah, aku memegang kata-katamu.” Kata Donghae.
------
Eunjung menuang arak untuk ayahnya, saat ini mereka sedang makan siang berdua saja di luar. Ayahnya memandangnya dan tersenyum.
“Baru kali ini kau menuang arak untukku.” Kata ayahnya.
“Karena kita tidak pernah pergi makan berdua, mulai sekarang setiap kita makan berdua saja aku akan menuang arak untuk appa.” Kata Eunjung.
“Kalau begitu kita harus sering pergi meluangkan waktu bersama, hanya kita kencan antara ayah dan anak.” Canda ayahnya.
“Appa harus berjanji.” Kata Eunjung.
“Tentu saja. Apa kita perlu menautkan jari kelingking” Kata ayahnya.
Ayahnya menyodorkan jari kelingking kanannya, Eunjung lalu menautkan kelingkingnya dengan kelingking ayahnya. Mereka berdua lalu tertawa kecil.
“Apa appa sering pergi makan berdua dengan Hyomin?” Tanya Eunjung.
“Lumayan sering.” Jawab ayahnya.
“Oh begitu?”
Eunjung lalu meletakkan potongan daging sapi mentah di pemanggang.
“Mengapa? Kau cemburu?” Tanya ayahnya.
“Sedikit cemburu, appa jarang meluangkan waktu bersamaku.” Kata Eunjung.
“Aigoo.. mulai sekarang kita harus sering pergi meluangkan waktu bersama, kalau perlu kita mengajak Hyomin juga.”
Eunjung terdiam, dia lalu membalik daging sapi yang sebelah sisinya sudah matang.
“Hmm..itu bagus..” kata Eunjung.
“Hingga sekarang kalian masih tidak akur? Sebenarnya itu membuat appa sangat sedih.” Kata ayahnya.
“Dagingnya sudah matang, ini untuk appa.” Eunjung berusaha mengalihkan pembicaraan.
Eunjung meletakkan sepotong daging yang sudah masak di piring ayahnya.
“Suasana persaingan di antara kalian sangat appa rasakan, kalian tidak berusaha untuk berebutan harta ayahmu ini kan?” kata ayahnya.
Eunjung tersentak kaget, apa ayahnya sedang berusaha untuk menyindirnya.
“Appa ini bicara apa?” kata Eunjung.
“Appa cuma bercanda.” Kata ayahnya sambil tertawa kecil.
Eunjung ikut tertawa canggung bersama ayahnya.
“Tapi kau harus ingat sesuatu Eunjung-ah..” suara ayahnya menjadi lebih serius.
Eunjung menatap ayahnya.
“Banyak orang yang menjadi gila hanya karena harta dan ambisi, mereka bahkan rela membuang segalanya dan juga melupakan derajat dan nilai-nilai sebagai seorang manusia. Appa berharap kau tdak menjadi seperti itu.”
Eunjung menunduk, kata-kata ayahnya itu sangat menusuk hatinya. Apa ayahnya mulai berusaha menyindirnya lagi.
“Appa tenang saja.” Kata Eunjung memaksakan diri untuk tersenyum.
“Oh ya, appa ingin kau dan Hyomin menjamu klienku dari Hongkong, Appa akhir-akhir ini sedang sibuk untuk mengurus masalah pabrik.”
“Aku dan Hyomin? Jadi kami berdua?” kata Eunjung.
“Iya, kau tidak akan menolak bukan? Sekali-sekali kalian harus berkerja sama.” Kata ayahnya.
------
Donghae, Eunjung dan Hyomin turun dari mobil. Mereka sudah tiba di resort mewah. Rupanya tempat jamuan klien ayahnya dari Hongkong adalah resort milik Joongki, Donghae lalu memutuskan untuk ikut, dia tidak mungkin membiarkan Eunjung bertemu Joongki begitu saja.
Resort itu termasuk lengkap, lapangan golf, danau, kolam renang , restoran, dan vila mewah terdapat di sini. Joongki berjalan mendekati mereka, Joongki melihat ke arah Eunjung, tapi Eunjung memalingkan wajah.
“Kalian baru tiba? Mr.Cha sudah tiba dari tadi pagi.sekarang dia sedang berada di lapangan golf.” Kata Joongki.
Mr.Cha adalah nama klien mereka.
“Wuah..oppa baru kali ini aku datang ke resort milikmu, katamu hanya bisnis kecil-kecilan..Oppa kau bohong padaku.” Kata Hyomin.
“Kau selalu sibuk makanya tidak pernah datang.” Kata Joongki pada Hyomin.
Setelah meletakkan barang-barang mereka di vila, mereka lalu pergi ke lapangan golf untuk menemui klien mereka.
Eunjung menaiki golf cart bersama Donghae, sementara Hyomin menaiki golf cart bersama Joongki. Mr.Cha sudah bermain golf lebih dulu. Setelah sampai di lapangan golf tempat Mr.Cha berada mereka lalu turun dari golf cart.
Eunjung dan Hyomin berjalan mendekati Mr.Cha.
“Apa kabar Mr.Cha aku Ham Eunjung puteri dari Ham Kun Hee.” Kata Eunjung.
Penerjemah yang berada di samping Mr.Cha lalu menerjemahkan. Mr.Cha mengangguk dan menjabat tangan Eunjung.
“Kalau aku adalah Ham Hyomin, aku juga puteri dari Ham Kun Hee.” Kata Hyomin.
Mr.Cha juga menjabat tangan Hyomin.
“Puteri Mr.Ham sungguh cantik-cantik.” Kata Mr. Cha
Mereka lalu bermain golf menemani Mr.Cha. Eunjung yang tidak terlalu bisa bermain golf hanya menonton.
“Kau tidak ingin mencoba?” Donghae menyodorkan satu stick golf pada Eunjung.
“Tidak usah.” Kata Eunjung.
Eunjung menatap Hyomin yang lebih bisa bermain golf dari pada dirinya, Hyomin , Mr.Cha dan Joongki sudah bertanding golf dari tadi, sampai akhirnya Mr.Cha sudah lelah dan ingin kembali ke vila.
“Aku pergi dulu. Kalian bermainlah dulu sepuasnya.” Kata Mr. Cha di terjemahkan oleh penerjemah.
Mr.Cha lalu pergi menaiki golf cart. Joongki masih terus melanjutkan bermain bersama Hyomin. Donghae memandang wajah Eunjung yang terlihat sedikit pucat.
“Apa kau tidak apa-apa? Wajahmu terlihat sedikit pucat.” Tanya Donghae.
“Aku hanya sedikit tidak enak badan.” Jawab Eunjung.
“kalau begitu kita pulang ke vila lebih dulu, kau harus banyak beristirahat.” Kata Donghae.
Eunjung mengangguk.
Donghae lalu berjalan mendekati Joongki dan Hyomin.
“Kami berdua kembali ke vila dulu.” Kata Donghae.
Joongki yang baru ingin memasukkan bola menoleh pada Donghae, lalu dia mengangguk. Eunjung dan Donghae lalu pergi dari tempat itu dengan menaiki golf cart tadi. Joongki menatap golf cart yang berlalu itu, hatinya terasa pedih melihat Eunjung dan Donghae. Dari tadi Eunjung terlihat seperti ingin menghindarinya.
“Oppa, mengapa kau melamun? Ayo pukul bolanya.” Kata Hyomin.
Joongki tersentak kaget.
“Ah iya.” Kata Joongki.
------
Donghae membuka pintu kamar Eunjung, dilihatnya Eunjung sedang berdiri di dekat jendela, Entah apa yang sedang Eunjung perhatikan dari balik jendela itu. Donghae mendekati Eunjung lalu mendekapnya dari belakang, Eunjung yang sedang melamun tersentak kaget.
“Kau belum istirahat ?” tanya Donghae lembut.
“Aku tidak bisa tidur.”
“Apa kau sedang memikirkan sesuatu?” Tanya Donghae lagi.
Eunjung tidak menjawab, Donghae lalu memutar bahu Eunjung agar menghadap ke arahnya.
“Kau tidak sedang memikirkan Joongki bukan?” Tanya Donghae.
Eunjung terdiam, sebenarnya tadi dia sedang memikirkan Joongki lagi, harusnya dia tidak memikirkan Joongki tapi dia kembali teringat dengan kejadian malam itu, saat dia dan Joongki berciuman. Dia masih bertanya-tanya di dalam hatinya sendiri, Mengapa dia membalas ciuman Joongki saat itu?
“Eunjung-ah..aku bisa cemburu kalau kau memikirkan pria lain.” kata Donghae,
Tangan kanan Donghae lalu mulai menyentuh wajahnya, dan Donghae mendaratkan sebuah ciuman di bibirnya, sebuah ciuman yang sangat lembut. Perlahan Eunjung mendorong Donghae agar menjauh.
“Aku sedang ingin sendiri.” Kata Eunjung.
Raut wajah Donghae terlihat kecewa, lalu Donghae menghela napas, lagi-lagi Eunjung menolaknya.
“Baiklah kalau begitu.” Kata Donghae.
Eunjung mulai merasa bersalah, tanpa sadar dia telah menyakiti Donghae lagi. Donghae membalikkan badannya bergegas pergi tapi tiba-tiba Eunjung memeluknya dari belakang.
“Donghae-ah…” kata Eunjung.
Donghae berhenti melangkah, dia melihat lengan Eunjung yang melingkar di pinggangnya. Donghae tersenyum, dia melepas lengan Eunjung yang berada di pinggangnya lalu menatap wanita yang ada di depannya itu, Donghae lalu menundukkan wajahnya dan mencium Eunjung sekali lagi dan kali ini Eunjung tidak menolak, dia membiarkan Donghae menciumnya, dia tidak ingin mengecewakan Donghae.
Eunjung mulai membalas ciuman Donghae, Donghae makin erat memeluknya dan terus menciumnya, bibir mereka saling terpaut satu sama lain.
------
Joongki berusaha memukul bola ke arah lubang tapi lagi-lagi meleset, dia sedang tidak konsenterasi. Dia terus memikirkan Eunjung dan Donghae, pikirannya sekarang sedang kacau.
“Oppa kau kenapa? Kau terus kalah dariku.” Kata Hyomin sambil terkekeh kecil.
“Aku tidak mau main lagi..”
Joongki lalu membuang stick golfnya ke atas rumput. Hyomin menatap Joongki terkejut.
“Hyomin-ah aku harus menemui Eunjung sekarang.” Kata Joongki.
“Buat apa?” kata Hyomin.
Joongki mulai berjalan pergi meninggalkan Hyomin.
“Oppa!!!”
Hyomin berlari mengejar Joongki, Hyomin menarik tangan Joongki.
“Buat apa oppa menemuinya, sudah jelas kalau Donghae dan Eunjung itu pacaran.”
“Aku ingin meminta penjelasan langsung dari mulutnya.” Kata Joongki.
“Oppa sudah tahu segalanya buat apa kau meminta penjelasan darinya, sudahlah oppa..” kata Hyomin dengan nada suara merengek.
Tapi Joongki melepas cengkraman tangan Hyomin dari tangannya lalu berjalan pergi, tidak peduli dengan Hyomin yang terus-terusan memanggilnya.
------
Ciuman Donghae yang mulanya pelan dan lembut terasa makin liar, dan Eunjung mulai tersadar ini terlalu di luar batas, ini tidak boleh terjadi.
“Donghae-ah kita harus berhenti.” Kata Eunjung lirih saat Donghae mulai mengecup lehernya.
Tapi Donghae tidak menghentikan aksinya itu.
“Donghae-ah..” kata Eunjung lagi.
Donghae mulai mencium bibirnya lagi, dan dia bisa merasakan deru napas Donghae yang semakin memburu.Eunjung berusaha mendorong Donghae tapi Donghae malah makin erat memeluknya.
Eunjung mulai mendengar suara-suara dari luar kamarnya dan tiba-tiba pintu kamarnya mendadak terbuka lebar.
“Oppa…” terdengar suara Hyomin.
Donghae melepas ciumannya dan dia menoleh pada Joongki dan Hyomin yang terkejut sedang berdiri di depan pintu. Eunjung tidak kalah kagetnya melihat Joongki dan Hyomin yang berada di sana.
Mata Joongki berkaca-kaca, tubuhnya bergetar marah. Di depan matanya sendiri Donghae dan Eunjung sedang bercumbu mesra, Joongki mulai lepas kendali, Joongki berjalan mendekati Donghae dan menarik kerah baju Donghae.
“Apa yang sedang kau lakukan!!!!” kata Joongki marah.
Joongki lalu melayangkan satu pukulannya ke wajah Donghae, Donghae terjatuh membentur dinding.
“Oppa!!!” kata Hyomin yang terkejut melihat Donghae dipukul oleh Joongki.
“Ayo bangkit!! Bangkit kataku!!!” Joongki membentak Donghae.
Donghae lalu bangkit, dia menyeka darah yang keluar dari bibirnya. Donghae lalu membalas pukulan Joongki, dia meninju perut Joongki.
Eunjung dan Hyomin berusaha melerai mereka berdua.
“Hentikan!! Hentikan!!!!” Eunjung berteriak.
Tapi dua pria itu masih saling memukul bagian tubuh lawannya masing-masing, Hyomin juga mulai menangis dan menjerit. Tapi Joongki dan Donghae tidak berhenti, mereka masih saling memukul dan menghantam satu sama lain.
“Oppa berhenti!!!!” Hyomin menjerit.
Joongki lalu meninju wajah Donghae lagi dan Donghae kembali terjatuh di lantai, Eunjung lalu menghampiri Donghae.
“Hentikan!! Jangan pukul lagi!!!” kata Eunjung sambil menangis.
Joongki bersiap ingin menarik kerah baju Donghae lagi tapi Hyomin memeluknya dari belakang berusaha menahannya.
“Hentikan oppa…” isak Hyomin.
Eunjung memeluk Donghae yang wajahnya sudah memar-memar dan terluka. Eunjung menangis sambil mendekap Donghae.
“Jeball jangan pukul lagi….” Kata Eunjung.
Tubuh Joongki bergetar melihat Eunjung yang menangis sambil memeluk Donghae. Tangan Joongki terkepal, rasanya seperti ada benda keras yang menghantamnya dadanya saat ini. Rasanya sangat sakit, lebih sakit dari luka-lukanya karena berkelahi dengan Donghae.
------
Hyomin berlari mengejar Joongki yang keluar dari vila dengan perasaan sedih dan marah. Perasaannya sekarang semakin kacau. Dia masih tidak bisa menerima fakta bahwa Eunjung dan Donghae sudah pacaran.
Joongki memandang tangannya yang masih terkepal, dia telah memukul Donghae sahabatnya sendiri, mengapa dia harus memukul Donghae? Donghae dan Eunjung adalah sepasang kekasih dan Donghae berhak melakukan apa saja pada Eunjung, tapi dia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri, dia masih sulit untuk menerima kenyataan ini.
Lalu mengapa Eunjung selama ini seperti merespon perhatian-perhatian yang dia berikan, apa Eunjung sedang mempermainkannya lagi seperti dulu?
“Oppa…”
Hyomin menarik tangan Joongki. Joongki membalikkan badannya, dia menatap Hyomin yang matanya masih berkaca-kaca.
“Tinggalkan aku sendiri Hyomin-ah..” kata Joongki.
Sekarang perasaannya benar-benar campur aduk, dan dia butuh sendirian untuk berpikir jernih.
“Oppa kau terluka..” kata Hyomin sambil menyentuh wajah Joongki yang memar.
“Tinggalkan aku sendiri!!!!” Joongki membentaknya.
Hyomin terdiam dan berdiri terpaku melihat Joongki yang membentaknya, perlahan air mata Hyomin menetes lagi.
“Oppa mengapa kau membentakku? Aku cuma khawatir padamu.” isak Hyomin.
Joongki mulai merasa bersalah pada Hyomin.
“Mianhae..” kata Joongki pelan.
Lalu Joongki berjalan pergi menjauh dari tempat itu, Hyomin menatap punggung Joongki yang meninggalkannya dan air matanya mengalir lebih deras.
------
Donghae, Eunjung dan Hyomin memasuki ruang keluarga, di sana ayah dan ibu mereka sedang duduk menunggu mereka. Mereka baru saja pulang dari resort Joongki, setelah kejadian itu mereka lalu pulang dan membatalkan jamuan makan malam dengan Mr.Cha. Suasana terasa begitu hening dan mencekam hingga akhirnya ayah mereka berbicara.
“Duduklah kalian semua.” Kata ayahnya.
Mereka lalu duduk di sofa yang berada di seberang ayah dan ibunya. Ham Kun Hee memandang wajah Donghae yang memar.
“Jadi kalian pulang karena ada yang berkelahi di sana?” kata Ham Kun Hee.
Eunjung, Donghae dan Hyomin menunduk, tidak berani menatap ayah mereka.
“Aku mendapat telepon dari Mr.Cha, dia sangat kecewa pada kita. Aku sudah berusaha untuk meyakinkan dia lagi tapi dia sudah terlalu tersinggung karena kejadian hari ini, aku benar-benar sangat malu padanya.” Kata Ham Kun Hee sambil menatap tajam anak-anaknya.
Ham Kun Hee lalu memandang Donghae.
“Mengapa kau berkelahi dengan pemilik resort itu? bukankah Joongki adalah sahabatmu sendiri? Ada apa sebenarnya dengan kalian semua?” kata Ham Kun Hee.
Donghae tidak berani menatap ayah tirinya dia masih terdiam, Hyomin perlahan mengangkat kepalanya dan menatap ayahnya, dia merasa kesal karena ikut merasa di salahkan atas kejadian ini.
“Ini bukan salahku appa, ini adalah kesalahan Eunjung dan Donghae oppa, karena mereka semuanya jadi kacau, mereka berdua selama ini sudah membohongi kita.” Kata Hyomin.
Ayahnya lalu menatap Hyomin.
“Apa maksudmu?” Tanya ayahnya.
“Eunjung dan Donghae oppa adalah sepasang kekasih..” kata Hyomin lirih.
Eunjung memandang Hyomin yang duduk di sebelahnya tapi Hyomin pura-pura tidak melihatnya. Mata ayahnya membelalak mendengar ini, isterinya tersenym licik, dia sudah bisa membayangkan kemarahan suaminya sekarang.
“Mwo? Kalian berdua?” kata ayahnya terkejut.
Hyomin lalu menceritakan kejadian di resort dari awal hingga akhir, mata Ham Kun Hee memandang Donghae dan Eunjung marah.
“Apa kalian sadar apa yang telah kalian lakukan!!! Kalian adalah saudara!!!”
Donghae yang dari tadi menunduk lalu mengangkat kepalanya menatap ayah tirinya itu, Donghae mengenggam jemari Eunjung.
“Aku mencintainya, apa salahnya? kami bukan saudara sedarah.” Kata Donghae.
“Mwo? Apa katamu? Apa salahnya? Apa kau tahu aku begitu mempercayaimu untuk menjaga puteriku!!”
Eunjung hanya diam sambil menatap Donghae.
“Ahjussi harap merestui kami.” Kata Donghae lagi.
“Kalian!! Kalian benar-benar!!!….” Ham Kun Hee bangkit berdiri, dia benar-benar marah.
“Aku akan menikahinya, aku akan menjaganya dan aku akan melindunginya. Ahjussi tidak perlu khawatir.” Kata Donghae lagi.
“Setelah selama ini kau aku anggap sebagai anakku sendiri!! Ini kah balasanmu padaku!!!”
“Aku sangat menghormati ahjussi, tapi aku sangat mencintai puteri anda.” Kata Donghae.
“Donghae-ah kau benar-benar keterlaluan, omma tidak menyangka kau menjadi seperti ini.” Kata Jun Inhwa.
Donghae menatap ibunya itu.
“Menjadi seperti ini? Lalu apa kau tidak tahu kau itu lebih mengerikan dariku..” kata Donghae sinis pada ibunya.
“Lee Donghae!!!” ayahnya tirinya membentaknya keras.
“Memang salahku yang tidak bisa mendidiknya dengan benar yeobo…” kata Inhwa mulai terisak.
“Kau tidak perlu berpura-pura terlihat seperti peduli padaku omma, tidak perlu terus berpura-pura lagi apa kau tidak lelah?” kata Donghae pada ibunya.
“Donghae kau benar..benar..” kata Inhwa.
Hyomin dan Eunjung hanya terdiam menyaksikan situasi yang kian memanas ini.
“Kau tidak berhak berkata begitu pada ibumu sendiri!!” kata Ham Kun Hee berang.
“Setidaknya dia tidak pernah menunjukkan sikap sebagai ibu padaku, bertahun-tahun, selama belasan tahun aku menanggung rasa sakit ini sendirian, merasa tersiksa tapi aku tidak bisa keluar, seperti terperangkap dalam lingkaran setan keluarga ini..”
mata Donghae mulai berkaca-kaca, dia mulai mengeluarkan semua kemarahan dan kesedihan yang selama ini disimpannya di dalam hati.
“Selama ini aku hanya menjadi anak yang dibuang! Selama ini aku selalu menanggung rasa sakitku sendiri! Lalu mengapa? Mengapa aku tidak bisa mencintai Eunjung! Mengapa aku tidak boleh bahagia bersamanya!”
Eunjung menatap Donghae yang terlihat benar-benar marah sekarang.
“Donghae-ah sudahlah..” kata Eunjung.
Eunjung menyentuh bahu Donghae mencoba meredam emosi Donghae. Tapi Donghae masih tidak bisa meredam emosinya. Donghae lalu bangkit dari duduknya.
“Aku sudah muak dengan semua kebusukan yang ada di rumah ini!! Rumah yang penuh dusta!! Rumah yang penuh dengan kebencian dan kemunafikan!!” Donghae berteriak, matanya berkaca-kaca.
Donghae manatap mata ayah tirinya, lalu dia menarik tangan Eunjung untuk ikut dengannya.
“Kalau ahjussi tidak merestui kami aku akan mengajak Eunjung keluar dari rumah ini..” kata Donghae.
“Donghae-ah..” kata Eunjung terkejut.
“Kau benar-benar!! Kau..” kata Ham Kun Hee sambil menunjuk Donghae , tangannya bergetar karena marah.
Ham Kun Hee tidak melanjutkan kata-katanya, tiba-tiba dadanya terasa sangat nyeri. Ham Kun Hee memegang dadanya yang nyeri , penyakit jantungnya kambuh lagi. Lalu perlahan dia terjatuh di lantai.
Donghae terpaku menatap ayah tirinya yang terbaring di lantai. Ibunya, Hyomin dan Eunjung mendekati tubuh ayah tirinya itu, berteriak memanggil-manggil ayah tirinya itu.
Apa yang sudah dia lakukan?
-----
Mereka semua menunggu di luar ruang ICU, Hyomin dan Eunjung terisak.Donghae berdiri di samping mereka, merasa sangat bersalah.
Penyakit jantung ayah tirinya kambuh karena dirinya, tadi dia terlalu terbawa emosi, dia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri.
Jun Inhwa menatap marah pada Donghae.
“Apa kau puas sekarang?” kata Inhwa dengan nada benci pada Donghae.
Donghae menundukkan kepalanya, dia menatap pintu ruang ICU. Dia berharap tidak terjadi masalah serius dengan ayah tirinya itu.
Inhwa memeluk Hyomin, berusaha menenangkan Hyomin yang masih menangis.
“Ayahmu pasti selamat Hyomin-ah..” kata Inhwa.
Donghae menatap Eunjung yang sedang menangis, dia benar-benar merasa sangat menyesal, semua ini terjadi karena dirinya, seandainya saja saat itu dia bisa mengendalikan dirinya, seandainya saja saat itu dia tidak melampiaskan kemarahannya..seandainya saja...
------
Eunjung memegang tangan ayahnya, sekarang ayahnya sedang terbaring di ranjang rumah sakit. Tangan ayahnya terhubung dengan infus dan mulutnya menggunakan alat bantu pernafasan. Ayahnya baru saja melewati masa-masa kritis. Sudah tiga hari Ham Kun Hee terbaring di rumah sakit mengalami koma.
“Appa..” isak Eunjung.
Hyomin dan Ibunya menatap ayahnya dari sudut kamar, sementara Donghae hanya menatap dari balik jendela kamar rumah sakit, dia tidak berani masuk ke dalam, dia masih merasa sangat bersalah.
Tangan ayahnya bergerak sedikit, Eunjung menghapus air matanya.
“Appa.. kau sudah sadar..” kata Eunjung.
Hyomin dan ibunya bergegas mendekati ayahnya.
“Yeobo.. “ panggil ibu tirinya.
Perlahan mata ayahnya membuka sedikit demi sedikit, dia menatap Eunjung, Hyomin dan Isterinya itu sekilas.
“Appa…” kata Eunjung.
“Mana Donghae..” kata ayahnya lemah.
Donghae yang mendengar namanya di panggil lalu masuk ke dalam ruangan, tapi dia masih berdiri menjauh dari ranjang ayah tirinya itu, mata Donghae berkaca-kaca.
“Mendekatlah nak..” kata Ham Kun Hee.
Donghae lalu mendekati ayah tirinya itu, ayah tirinya memandang Donghae.
“Aku merasa waktuku sudah tidak lama lagi..inikah rasanya berada di ambang kematian?” kata Ham Kun Hee pelan.
“Appa jangan bicara begitu…” isak Eunjung.
“Selama masa-masa kritisku aku bahkan masih terus memikirkan kalian berdua..” kata Ham Kun Hee.
Dia menatap Donghae dan Eunjung bergantian.
“Aku berharap kalian hanya mencintai sebagai saudara….tapi ini bukan salah kalian kalau kalian saling mencintai lebih dari itu..”
Air mata Eunjung menetes jatuh di punggung tangan ayahnya.
“Maafkan si tua yag egois ini..” kata Ham Kun Hee lirih.
“Tidak ahjussi, aku yang salah padamu, aku yang salah.” Kata Donghae.
“Tidak….mencintai seseorang itu bukan kesalahan..yang salah adalah aku…”
Ham Kun Hee lalu memandang Hyomin yang terisak.
“Hyomin-ah kau juga mendekatlah padaku…”
Hyomin berjalan mendekati ayahnya juga, tangan kanan Ham Kun Hee lalu mengenggam jemari Hyomin dan Eunjung bersamaan.
“Hyomin-ah….”
Tapi ayahnya itu tidak melanjutkan ucapannya lagi, tiba-tiba tangan ayahnya itu kembali lemas tidak bergerak lalu mata ayahnya mulai menutup kembali.
“Appa…appa….” Hyomin menangis ambil mengenggam tangan ayahnya itu.
“Appa…” isak Eunjung.
Donghae segera keluar dari ruangan itu dia memanggil dokter. Tidak lama kemudian dokter dan perawat-perawat datang dan bergegas membawa ayahnya kembali ke ruang ICU.Mereka semua lalu menunggu di luar ruang ICU.
Tidak ada yang saling bicara di antara mereka, yang terdengar hanya isak tangis yang memilukan.
Entah berapa lama mereka menunggu akhirnya dokter keluar menemui mereka.
“Bagaimana keadaan suamiku?” Tanya Inhwa pada dokter.
Dokter muda itu menghela napas, dan menundukkan kepalanya.
“Maafkan kami, kami sudah berusaha..tapi..”
Inhwa mencengkram kerah baju dokter muda itu.
“Apa maksudmu!! Apa yang terjadi dengan suamiku!!!”
“Maafkan aku..suami anda sudah tiada.”
“Tidak mungkin..andwee!!!!!” Inhwa berteriak histeris.
Mereka semua lalu menghambur masuk ke ruang ICU. Mereka masih tidak percaya dengan apa yang mereka lihat, mereka melihat mayat yang berada di atas ranjang beroda ditutupi kain kafan putih.
Inhwa berlari mendekati mayat yang ditutupi kain kafan itu, tangannya bergetar membuka penutup kain kafan, di sana mayat suaminya yang pucat dan terbujur kaku berada di sana. Air mata Inhwa menetes deras, dia masih tidak percaya dengan apa yang di lihatnya.
“Yeobo..bangunlah..yeobo!!!!!”
“Appa…appa……” kata Hyomin sambil terisak.
Hyomin ikut mendekati mayat ayahnya itu.
“Tidak mungkin appaku meninggal!!!.. apppa!!!!” Hyomin menjerit.
Hyomin bersimpuh di lantai di dekat ranjang mayat ayahnya , menangis keras dan terus menjerit.
Tubuh Eunjung bergetar ketakutan, tidak mungkin ayahnya meninggal…tidak mungkin…
Eunjung lalu mendekati mayat tersebut, Donghae berjalan mendekatinya. Air mata Eunjung tumpah dan mengalir deras, Donghae menyentuh bahu Eunjung yang bergetar.
Mata Donghae berkaca-kaca, dia menarik Eunjung ke pelukannya.
“Mianhae Eunjung-ah..mianhae..” kata Donghae sambil memeluknya erat.
Tubuh Inhwa bergetar, dia terlalu syok dengan kejadian ini, dia masih menatap mayat suaminya itu dan tubuhnya merosot ke lantai tidak sadarkan diri.
------
Mayat ayahnya sudah di pindahkan di rumah duka, Hyomin masih menjerit dan menangis di samping peti mati ayahnya, tadi Donghae sudah berusaha membujuk Hyomin untuk lebih tenang tapi Hyomin masih terus menangis dan menjerit.
“Kembalikan Appaku!!! HIDUPKAN DIA LAGI!! “ Hyomin terus menjerit dan menangis histeris
Eunjung masih terisak tapi dia sudah mulai tenang. Donghae membawakan air putih hangat untuk Eunjung.
“Bagaimana keadaan ibumu?” Tanya Eunjung pada Donghae, suaranya masih bergetar.
“Tadi aku menghubungi rumah sakit, dia masih belum sadarkan diri.” Kata Donghae.
Orang-orang mulai berdatangan untuk mendoakan ayah mereka, sekretaris Park mendekati Eunjung dan Donghae, sekretaris Park adalah orang terdekat ayahnya.
“Agashi.. aku turut berduka cita.” Kata Sekretaris Park.
Eunjung mengangguk sedih.
“Agashi ada yang ingin aku serahkan padamu.” Kata Sekretaris Park.
Sekretaris Park lalu menyerahkan buku yang bersampul hitam yang dipegangnya.
“Apa ini?” Tanya Eunjung, tangannya bergetar sambil meraih buku itu.
“Ini adalah buku harian Tuan Ham, ada yang perlu agashi ketahui.” Kata Sekretaris Park.
Perlahan Eunjung membuka buku harian itu dan membacanya, sambil membaca air matanya mulai menetes deras, isinya tentang kekecewaan ayahnya terhadap keluarganya sendiri, isinya tentang sakit hatinya karena dia dan Hyomin bersaing hanya karena harta, semua isinya hanya kekecewaan yang mendalam dari ayahnya.
Eunjung membalik halaman terakhir dan melihat sebaris kalimat di sana.
Aku butuh seorang yang bisa ku percaya untuk menggantikanku, yang bisa melindungi seluruh pekerja dan karyawan Hyundai Group.. yang bisa memikirkan kepentingan orang lain, bukan orang yang hanya luruh dalam keegoisan dirinya sendiri…..
Dia kembali teringat dengan kata – kata ayahnya saat mereka pergi makan siang bersama.
“Banyak orang yang menjadi gila hanya karena harta dan ambisi, mereka bahkan rela membuang segalanya dan juga melupakan derajat dan nilai-nilai sebagai seorang manusia. Appa berharap kau tdak menjadi seperti itu.”
“Mianhae appa…” isak Eunjung.
“Anakmu ini..anakmu ini adalah seorang monster…berubah menjadi monster yang hanya tahu balas dendam…penuh ambisi.. dan mulai tamak akan harta….anakmu ini…”
Eunjung lalu menangis keras, dia merasa sangat menyesal. Ayahnya mengetahui tentang niat balas dendamnya juga ambisinya, ayahnya tahu makanya berusaha menasehatinya saat itu. Tapi di saat dia belum berubah dan masih menjadi seorang yang tamak dan penuh ambisi, ayahnya sudah pergi meninggalkan dirinya.
Apa ayahnya meninggal dengan masih ada rasa penyesalan? Apa ayahnya meninggal dengan perasaan sedih dan terluka? Apakah ayahnya sudah bisa pergi dengan tenang?
Eunjung memandang pigura foto yang berada di depan peti mati, menatap wajah senyuman yang berada di foto itu.
“Mianhae appa…..”
Eunjung menangis keras sambil memeluk buku harian itu.
----
Donghae membawa pigura foto ayah tirinya, dia memakai jas hitam. Dia berjalan paling depan dan orang-orang di belakang mengikutinya berjalan menuju makam tempat ayah tirinya akan dikuburkan.
Hyomin dan Eunjung tepat berjalan di belakangnya, mereka berdua memakai hanbok putih. Donghae masih mendengar isakan tangis Eunjung dan Hyomin yang berjalan di belakangnya. Joongki juga ikut berjalan bersama mereka.
Seluruh orang-orang penting dan karyawan Hyundai Group berjalan berduyun-duyun di belakang membentuk barisan panjang, semua orang ikut berduka cita atas kematian Ham Kun Hee. Terdengar isak tangis dari orang-orang, semuanya juga merasa kehilangan, sosok seorang pemimpin yang telah membuat Hyundai Group sebesar sekarang. Hujan rintik-rintik mulai turun seakan-akan ikut menangisi kepergian Ham Kun Kee.
Setelah sampai proses penguburan pun di langsungkan, Hyomin terlihat begitu pucat dan dia hanya menatap peti mati ayahnya yang sudah di masukkan dalam lubang kubur dan mulai ditutupi pasir. Air mata Hyomin terus menetes deras tanpa dia bisa kendalikan.
Eunjung yang berada di sebelahnya juga masih menangis menatap pedih dan perasaan menyesal masih terus menyelimutinya. Donghae menatap gundukan tanah itu, dia juga merasa sama menyesalnya dengan Eunjung.
Seandainya dia bisa memutar waktu kembali..seandainya saja.... yang tersisa hanyalah sebuah penyesalan yang amat mendalam...
Joongki memperhatikan Eunjung, baru saja dia begitu membenci Eunjung karena menganggap Eunjung mempermainkannya, tapi sekarang saat melihat Eunjung yang menangis seperti itu membuat hatinya juga ikut sedih, rasanya dia ingin melangkahkan kakinya mendekati Eunjung, memeluknya dan menghiburnya.Tapi dia tidak melakukannya, dia hanya bisa memandangi Eunjung dari jauh…..
Setelah proses penguburan selesai mereka semua lalu berbalik dan berjalan kembali meninggalkan makam, meninggalkan Ham Kun Hee di tempat peristirahatan terakhirnya…
To be continued………
Jika Anda Suka Entri ini Tekan CTRL+D.....
1x klik = Rp 250,- Donate Anda
Rabu, 07 Desember 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Lanjutannya jangan lama lama ya..
BalasHapusPaling lama besok udh harus di post !
*ngancam , wkwkkk.. :D
hahaha..iya mudah-mudahan XD
BalasHapusgumawo dah baca ^^
Okee :D
BalasHapusJangan lupa ya lanjutannya cepet di post :D haha