TOLONG KLIK IKLAN DI BAWAH INI, ANDA BAIK SEKALI..^^

1x klik = Rp 250,- Donate Anda

Sabtu, 03 Desember 2011

REVENGE PART 5

Author: Livie jungiestar Yl / DorkyJung / L Hirasawa

DI LARANG COPAS TANPA SEIZIN AUTHOR!! APA LAGI TANPA MEMBERI CREDIT!!

Cast:

- Ham Eunjung as Ham Eunjung

- Park Hyomin as Ham Hyomin

- Lee Donghae as Lee Donghae

- Song Joongki as Song Joongki

Cameo : Park Jiyeon

Genre: SAD, FAMILY, ROMANCE

Length : 1-7


Donghae menatap rumah yang sudah lama dia tinggalkan, hari ini dia meninggalkan hotel dan kembali ke rumah. Dia sama sekali tidak merindukan rumah ini, di rumah ini yang dia ingat hanyalah kenangan menyakitkan.



Donghae melangkahkan kakinya memasuki rumah, dia melihat ibunya berada di dalam sedang duduk di sofa dan meminum teh.



“Aku pikir kau tidak akan pernah kembali lagi.” Kata ibunya tanpa menoleh.

“Aku kembali demi Eunjung.” Kata Donghae.

“Demi Eunjung? Aku lihat sepertinya kau mencintainya. Apa kau jatuh cinta padanya?” Tanya ibunya lagi.



Donghae tidak menjawab.



“Cinta membuat orang jadi buta dan bodoh, apa kau berpikir dia juga mencintaimu? Aku rasa dia cuma menggunakanmu.”

“Bukankah kau juga sama? Mengambil yang berguna dan membuang aku yang kau anggap tidak berguna, setidaknya bagi Eunjung aku berguna baginya.”



Ibunya meletakkan cangkir teh di atas meja, dan menatap Donghae yang berdiri di dekatnya sedang menatapnya tajam.



“Ada apa dengan tatapan mata itu? Kau sedang melotot pada ibumu sendiri!!” bentak ibunya



Donghae malangkahkan kakinya ingin melewati ibunya tapi dia mengurungkan niatnya, dia kembali menatap ibunya itu.



“Kalau boleh aku ingin menanyakan sesuatu padamu.” Kata Donghae.

“Apa itu?”

“Aku juga adalah anakmu, aku juga darah dagingmu, tapi mengapa? Mengapa kau tidak mencintaiku? Mengapa kau tidak menyayangiku seperti Hyomin? Apa hanya karena harta?”



Donghae mengeluarkan pertanyaan yang selama belasan tahun ini dia pendam.



“Rupanya kau menyadarinya juga, benar aku memang tidak menyayangimu apa lagi mencintaimu, bagiku kau hanya seperti sampah sama seperti bajingan itu, yaitu ayahmu.”

“Apa maksudmu?” Tanya Donghae, matanya berkaca-kaca dan tangannya terkepal menahan marah.

“Bukankah kau suka bertanya tentang ayahmu? Ayahmu itu bajingan berengsek, kau cuma anak haram yang lahir di luar nikah, aku berbohong, waktu itu aku belum menikah dengan bajingan itu…”



Jun Inhwa menatap mata Donghae dengan penuh kebencian.



“Karena cinta aku menjadi bodoh, menyerahkan masa depanku dan semuanya pada si bajingan berengsek itu. Saat aku hamil dia malah pergi meninggalkanku, selama mengandungmu dan melahirkanmu bertahan menjadi orang yang selalu di hina dan di cemooh, menahan rasa sakit karena ingin melahirkanmu, anak sialan!!!”



Tubuh Donghae bergetar, dia tidak sanggup menatap mata ibunya.



“Menjadi anak yang lahir di luar nikah itu bukan salahku, bajingan berengsek itu meninggalkanmu itu juga bukan salahku. Ini adalah kesalahanmu sendiri yang mempertahankan untuk melahirkanku, harusnya kau mengugurkan aku saat aku menjadi janin. Tapi karena aku sudah lahir, aku akan ikut membuatmu jatuh. Bersama Eunjung aku akan membuatmu menderita.”



Donghae lalu pergi dari hadapan ibunya, Jun Inhwa menatap punggung Donghae.



“Anak sialan.. aku juga menyesal melahirkanmu…” gumam Jun Inhwa.





------





Kantor sudah sepi, semua karyawan sudah pulang. Tapi Eunjung masih berada di meja kerjanya, Eunjung meyandarkan pundaknya yang lelah di kursi, dia menatap kotak coklat di atas meja, Eunjung melirik arloji emas yang melingkar di tangannya, pukul sepuluh malam.



Eunjung meraih kotak coklat itu dan menggigit setiap coklat untuk mengambil gulungan kertas di dalamnya, lalu Eunjung menyusun kertas-kertas itu seperti puzzle dan menatanya di atas meja kerja.



Potongan kertas itu membentuk kalimat.





오후 9시 한강

( Di tepi sungai Han, pukul 9 malam )





“Sudah pukul sepuluh apa dia masih menunggu?”



Eunjung meraih tasnya yang ada di atas meja lalu dia mematikan lampu kantor.





------





Joongki duduk di tepi sungai Han, dia melirik arlojinya. Sudah hampir pukul sebelas malam. Apa Eunjung tidak akan datang? Joongki mengambil bir kaleng yang ada di kantong plastik.



“Harusnya aku tidak banyak berharap.” Gumam Joongki pada dirinya sendiri.

“Kau belum pulang?” terdengar suara wanita yang di kenalnya.



Joongki menoleh, dia tersenyum melihat Eunjung yang berjalan ke arahnya. Eunjung masih memakai pakaian kerjanya.



“Aku pikir kau tidak akan datang.” Kata Joongki.



Eunjung lalu duduk di samping Joongki.



“Mau minum?” Joongki menyodorkan sekaleng coffee.

“Kau punya bir?” kata Eunjung melirik kantong plastik yang ada di samping Joongki.



Eunjung mengambil bir kaleng dari kantong, membuka kaleng bir tersebut dan mulai meneguk isinya.



“Kau suka minum juga rupanya.” Kata Joongki.

“Ada apa mengajak bertemu di sini?” Tanya Eunjung.

“Aku hanya ingin ngobrol denganmu.” Kata Joongki.

“Mengapa tidak langsung bilang saja lewat pesan, harus susah payah memasukkan petunjuk di dalam coklat. Dasar kekanak-kanakan.”

“Kau tidak suka? Aku berpikir akan terlihat lebih romantis.” Kata Joongki.

“Dasar Pabo..” kata Eunjung sambil meneguk birnya lagi.



Joongki tertawa, lalu meneguk birnya juga.



“Apa hingga sekarang aku masih kelihatan bodoh di depanmu? Malangnya nasibku.” Kata Joongki.

“Ngomong-ngomong si bodoh satunya, sejak kapan dia berubah?” Tanya Eunjung.



Dahi Joongki mengernyit bingung.



“Si bodoh satunya? Siapa yang kau maksud?” Joongki balik bertanya.

“Tentu saja Hyomin, memangnya siapa lagi.” Kata Eunjung.

“Hyomin? Ya dia memang banyak berubah, dia berubah sejak kau dan Donghae pergi.” Jawab Joongki.

“Oh begitu? Sepertinya dia menganggap serius ucapanku waktu itu.”

“Hubungan kalian masih tidak baik?” Tanya Joongki.

“Memang tidak pernah baik, dan tidak akan pernah jadi baik.” Kata Eunjung pelan.



Eunjung meminum birnya hingga habis, lalu dia mengambil lagi sekaleng.



“Kau minum lagi? Kau bisa mabuk, apa kau menyetir sendirian?” Tanya Joongki.



Eunjung meneguk birnya yang baru.



“Kalau aku mabuk tolong antarkan aku pulang.” Kata Eunjung.

“Kau sedang punya masalah?” Tanya Joongki.

“Suasana hatiku sedang tidak baik.”



Suasana hati Eunjung sedang tidak baik karena melihat perubahan Hyomin, dia tidak menyangka Hyomin berubah hingga sejauh ini, dia tidak ingin situasi jadi berganti, setiap kali terbayang bayangan Hyomin yang tertawa mengejek di depannya.



Eunjung sudah menghabiskan kaleng bir yang kelima dan wajahnya mulai memerah, dia dan Joongki memandangi keindahan jempatan Banpo yang berada di tengah-tengah sungai Han. memandangi air mancur yang berwarna-warni karena cahaya lampu berada di sisi kiri dan kanan jembatan tersebut.


Banpo Bridge



"Indah sekali, dulu di jembatan ini tidak ada air mancurnya." gumam Eunjung.

"Air mancur di pasang di sisi jembatan september 2009, saat itu kau masih berada di Paris." kata Joongki.

"Selama tujuh tahun Seoul banyak berubah dan Hyomin juga berubah, hanya aku yang tidak berubah, aku yang sekarang masih sama dengan aku yang dulu..."



Eunjung merasa matanya semakin lama semakin berat. Lalu kepalanya terjatuh di pundak Joongki yang berada di sebelahnya.



“Eunjung-ah… kau tidur?” Tanya Joongki, sambil berusaha menahan kepala Eunjung di pundaknya.



Tidak ada jawaban, hanya bunyi napas yang lembut dan teratur, Eunjung sudah terlelap.





-------





Joongki memperhatikan wanita yang ada di dalam mobilnya, dia sudah menggendong Eunjung memasuki mobilnya. Joongki menyentuh pipi Eunjung dengan jemarinya.



“Nyenyak sekali.” Kata Joongki sambil tersenyum.



Ponsel dalam tas Eunjung lalu berbunyi, Joongki meraih tas Eunjung dan meraih ponsel Eunjung, di layar monitor tertulis nama Lee Donghae, Joongki mengangkat telepon itu.



“Yoboseyo..” kata Joongki

“Ini siapa?” terdengar suara Donghae dari seberang telepon.

“Ini aku Song Joongki.”

“Mwo? Mengapa kau bisa mengangkat telepon Eunjung?”

“Dia sedang bersamaku, dia sedikit mabuk dan sekarang tertidur. Aku akan mengantarnya sebentar lagi.”



Tidak terdengar suara Donghae lagi selama beberapa saat.



“Yoboseyo..” kata Joongki lagi.

“Tidak perlu, katakan kau ada di mana? Aku akan menjemputnya.”

“Di sungai Han, aku sedang berada di tempat parkir.”



tut..tut..tut...



Donghae memutuskan teleponnya, Joongki lalu memasukkan ponsel Eunjung kembali ke dalam tas. Joongki menyentuh rambut Eunjung.



Joongki menyentuh wajah Eunjung lagi dengan tangannya, dia menyentuh dahi Eunjung, hidungnya, lalu bibirnya Joongki memandangi wajah Eunjung dan tersenyum.



Entah berapa lama dia memandangi wajah Eunjung hingga dia melihat sedan putih yang memasuki tempat parkir. Joongki keluar dari mobilnya, dugaannya benar itu mobil Donghae. Sosok Donghae keluar dari sedan putih itu, Joongki tersenyum melihat sahabat yang sudah tujuh tahun tidak pernah di temuinya. Donghae mendekati Joongki.



“Bagaimana kabarmu?” Tanya Joongki.

“Baik-baik saja, Eunjung di mana?”

“Di dalam mobil.” Kata Joongki.



Joongki lalu membuka pintu mobilnya, Joongki meletakkan lengan Eunjung di pundaknya bermaksud untuk menggendongnya.



“Biar aku saja.” Kata Donghae dingin.



Donghae lalu menggendong Eunjung, dan membawa Eunjung ke mobilnya sendiri. Setelah itu Donghae menoleh sekilas pada Joongki.



“kapan-kapan kita harus bertemu lagi.” Kata Joongki.

“Ya kapan-kapan.” Jawab Donghae.





-----





Donghae membawa nampan yang berisi roti panggang dan segelas susu, dia meletakkan nampan itu di atas meja. Tubuh Eunjung mulai menggeliat dari balik selimut, Donghae lalu menyibak gorden.



Eunjung menutup matanya yang silau karena sinar matahari. Eunjung lalu duduk di tepi ranjangnya, dia masih memakai pakaian kantor kemarin.Kepalanya pusing karena minum terlalu banyak.



“Kau sudah bangun?” kata Donghae dingin.

“Jam berapa sekarang?” Tanya Eunjung.

“Pukul Sembilan.” Jawab Donghae.

“Aku terlambat.” kata Eunjung sambil bangkit dari ranjangnya.

“Semalam kau pergi menemui Joongki?” Tanya Donghae.



Eunjung tidak mempedulikan Donghae dan bergegas menuju kamar mandi, tapi Donghae menarik lengannya.



“Mengapa kau tidak memberitahu aku?” Tanya Donghae lagi.

“Sejak kapan aku harus melaporkan apa saja yang aku lakukan kepadamu?” Eunjung balik bertanya.

“Aku berhak tahu, kita pacaran. Apa kau berencana menemui Joongki diam-diam!!!”

“Aku tidak punya waktu berdebat denganmu saat ini, sungguh.” Kata Eunjung.

“Kau selalu mengabaikan aku, aku seperti bukan kekasihmu saja.”

“Aku sudah bilang jangan membicarakan hubungan kita saat berada di sini, aku tidak ingin seorang pun tahu.”



Dari balik pintu seseorang mendengar percakapan ini, Hyomin lalu melangkah menuruni tangga. Dia tidak sengaja menguping saat melewati kamar Eunjung.



“Jadi selama ini mereka pacaran?” gumam Hyomin.



Muncul perasaan aneh saat mendengar Eunjung semalam pergi bersama Joongki, dia merasa marah lagi. Mengapa perasaan cemburu ini muncul lagi, saat mendengar cerita Joongki kalau dia kencan bersama gadis lain dia bisa menahan diri untuk tidak merasa cemburu, tapi saat mendengar Eunjung yang pergi bersama Joongki dia tidak bisa menahan dirinya untuk marah dan cemburu, sama seperti tujuh tahun lalu.





------





Hyomin memasuki kantor, karyawan di perusahaan yang bertemu dengannya menunduk hormat. Hyomin memamerkan senyumnya pada setap karyawan-karyawan di kantor. Bersikap ramah adalah salah satu langkah untuk mengambil hati karyawan, menunjukkan kalau suatu hari dia bisa menjadi pemimpin yang baik.



“Pagi agashi…” kata salah satu karyawan pria menunduk hormat.

“Pagi..” balas Hyomin sambil tersenyum.



Karyawan pria itu menjadi gugup melihat senyum manis Hyomin, Hyomin melihat buket bunga anggrek di tangan karyawan itu.



“Itu bunga untuk siapa?” Tanya Hyomin.

“Untuk Eunjung agashi..”



Hyomin jadi penasaran dari siapa bunga itu? apa jangan-jangan dari Joongki?



“Eunjung belum datang, sepertinya dia akan terlambat pergi ke kantor. Biar aku saja yang nanti memberikan padanya.” Kata Hyomin.



Pegawai pria itu lalu memberikan buket anggrek itu pada Hyomin, dan Hyomin berjalan memasuki ruangan kantor Eunjung. Hyomin lalu melihat ada sebuah kartu yang terselip di rangkaian anggrek itu, Hyomin lalu mengambil kartu itu dan membacanya.





Ingin memberimu mawar tapi aku rasa kau tidak cocok dengan romantisme yang seperti itu

Anggrek lebih cocok untukmu, melambangkan kekuatan dan kepercayaan diri

Semoga kau semangat bekerja setelah mendapat anggrek ini.

Bagaimana kalau kita bertemu lagi? Makan malam di hari sabtu.

Di restoran “Kung” di daerah cheongdam-dong pukul 9 malam



Song Joongki



Hyomin terhenyak saat membaca isi kartu, dugaannya benar bunga itu dari Joongki. Hyomin memandang buket anggrek itu geram, rasanya dia ingin menginjak-injak bunga itu dan membuangnya ke tong sampah. Tapi cara ini terlalu kekanak kanakan. Hyomin meletakkan bunga anggrek dan kartu itu di atas meja kerja Eunjung.



Eunjung memasuki ruangannya dia terkejut melihat Hyomin yang berada di dalam.



“Apa yang kau cari di sini?” Tanya Eunjung.

“Tidak mencari apa-apa, aku hanya mengantar bunga.” Jawab Hyomin.



Hyomin lalu keluar dari ruangan Eunjung. Eunjung memperhatikan Hyomin curiga. Dia lalu melihat buket anggrek yang tergeletak di mejanya.





------





Hyomin bersama beberapa anggota timnya sedang membahas desain ponsel yang akan mereka produksi. Tapi pikiran Hyomin malah terus melayang ke isi kartu itu



“Mereka akan bertemu lagi? Tapi Eunjung sudah punya Donghae, dia itu serakah sekali.” Batin Hyomin.



“Sepertinya lebih baik kita membuat desain yang simpel dan mudah untuk di genggam.” Kata salah satu staff di timnya.



Tapi Hyomin tidak mendengarnya dan asyik melamun.



“Hyomin agashi apa kau mendengarku? Agashi?”



Hyomin tersentak kaget.



“Ah maaf, aku sedikit lelah. Biaa kau ulangi lagi?” kata Hyomin sambil memamerkan senyumnya.



Hyomin mencoba berkonsenterasi lagi untuk proyek ini, pikirannya tidak boleh bercabang. Dia harus menang di proyek ini. Tapi pikirannya tidak bisa fokus. Hyomin memegang kepalanya.



“Agashi anda tidak apa-apa?”

“Maaf, kepalaku sedikit pusing. Besok saja kita lanjutkan pembahasannya.” Kata Hyomin.





------





Hyomi n memasuki Coffee Shop, dia melihat Joongki duduk di meja paling ujung di dekat jendela. Hyomin melangkah mendekati Joongki.



“Lama menunggu?” Tanya Hyomin.



Joongki menggeleng.



“Tumben kau mengajakku keluar duluan, biasanya kau selalu sibuk.” Kata Joongki.

“Begitulah, hanya rindu. Sudah lama tidak minum kopi bersama oppa.”



Hyomin lalu memesan secangkir Americano pada pelayan.



Mereka lalu terlibat dalam obrolan panjang soal pekerjaan masing-masing. Sampai akhirnya Hyomin memberanikan diri bertanya tentang Eunjung.



“Oppa.. apa aku boleh bertanya sesuatu?” Tanya Hyomin.

“Bertanya apa?”

“Oppa berencana mendekati Eunjung lagi?” Tanya Hyomin.



Joongki mengangguk. Ada raut kecewa di wajah Hyomin.



“Mengapa? Padahal dia dulu mempermainkanmu?”

“Itu sudah lama sekali, tujuh tahun yang lalu. Lagi pula dia sudah minta maaf.”



Pelayan lalu mengantar Americano pesanan Hyomin.



“Bukankah banyak wanita lain? Mengapa kau ingin mendekati Eunjung?”

“Entahlah, aku sendiri bingung.” Jawab Joongki sambil nyengir.



Hyomin meneguk americanonya, lalu meletakkan cangkir itu di atas meja.



“Mengapa harus selalu Eunjung?” kata Hyomin.

“Maksudmu?” Tanya Joongki.

“Tidak lupakan saja kata-kataku tadi.” Kata Hyomin.



Hyomin lalu berpikir untuk memberitahu Joongki tentang hubungan Eunjung dan Donghae.



“Oppa…”

“Kenapa?” Tanya Joongki.



Tapi Hyomin terdiam, dia mempunyai sebuah rencana, dia mengurungkan niatnya untuk memberitahu Joongki.



“Tidak, aku lupa ingin bicara apa.” Kata Hyomin





-----





Donghae mencoret-coret desain ponsel di selembar kertas putih. Eunjung berada di sebelahnya sedang mengetik rencana proyek di laptopnya, Donghae membantu Eunjung untuk mendesain ponsel untuk proyek Hyundai.

Donghae menyerahkan desain ponsel itu ada Eunjung, ponsel flip dengan desain kelopak sakura.



“Ini cantik? Tapi bukankah terlalu feminim?” Tanya Eunjung.

“Kita akan membuat dua desain, yang ini untuk wanita, desain untuk yang pria berbeda lagi.” Kata Donghae.



Eunjung mengangguk, lalu dia kembali mengetik di laptopnya. Donghae lalu melanjutkan desain untuk ponsel satunya.



“Aku dengar ini adalah kerjasama tim? Tapi sepertinya kau memborong semuanya untuk mengerjakan sendiri.” Kata Donghae.

“Aku ingin hasil kerja yang sempurna, di timku tidak ada yang bisa aku harapkan. Semua staff yang berkompeten dan memiliki pengalaman berada di tim Hyomin. Dari pembagian tim sudah tidak adil, karena appa menyuruh kami untuk mencari anggota tim sendiri, tentu saja banyak yang memilih di tim Hyomin karena mereka sudah kenal dengan Hyomin, sementara aku harus menampung sisa-sisanya.”

“Kau belum mencoba bekerja sama dengan tim mu tapi langsung menyimpulkan begitu, sehebat apa pun dirimu kau tidak bisa bekerja sendiri.”



Kata Donghae sambil menggambar di ketras putih, tangannya bergerak lincah.



“Makanya kau ada di sini untuk membantuku.” Kata Eunjung.

“Hanya aku saja tidak cukup, kau harus mencoba untuk bekerja sama dengan timmu, kunci keberhasilan adalah kerjasama tim.”

“Aku tahu apa yang akan aku lakukan, kau tidak perlu repot-repot menceramahiku.” Kata Eunjung mulai kesal.



Donghae berhenti menggambar, dia menatap raut wajah Eunjung yang sedang kesal.



“Apa kau tahu? Kau terlalu egois Eunjung-ah, kau tidak akan menang dari Hyomin kalau masih terus egois. Kau tidak pernah mau mendengar pendapat orang lain.”

“Mwo? Jangan bandingkan aku dengan si bodoh itu!!”



Donghae menghela napas.



“Aku hanya ingin kau menang. Kalau melihat situasimu yang sekarang aku tidak yakin kau bisa menang dari Hyomin, pikirkanlah baik-baik.” Kata Donghae.





------





Donghae membuka pintu kamarnya, di dalam ada Hyomin yang bermain-main dengan miniatur rumah kecil yang ada di atas meja Donghae. Hyomin menoleh saat mendengar pintu kamar Donghae berderit tangannya masih memegang miniatur rumah. Donghae menatap Hyomin lalu menatap miniatur yang ada di tangan Hyomin.



“Apa yang kau lakukan di sini?” Tanya Donghae.

“Hanya melihat-lihat, sudah lama tidak ke kamar oppa.” Jawab Hyomin.

“Jangan menyentuhnya, ini berharga.” Kata Donghae.

“Apakah berharga karena dari Eunjung?”



Donghae hanya diam dan meletakkan miniatur itu kembali ke tempatnya.



“Sekarang oppa sangat dingin kepadaku, kau tidak seperti oppa yang dulu.” Kata Hyomin.

“Keluarlah aku ingin istirahat.” Kata Donghae.



Tapi Hyomin tidak melangkahkan kakinya ke luar, dia menatap mata Donghae.



“ Apa kau berencana membantu Eunjung di proyek persaingan kami?”



Donghae tidak menjawab.



“Oppa sedang dimanfaatkan olehnya, apa oppa tidak sadar? Mengapa kau selalu menuruti keinginan Eunjung? Dengan apa dia membayarmu? Dengan tubuhnya? Apa dia sudah tidur denganmu?”

“Hyomin jaga mulutmu!!”



Hyomin tertawa kecil.



“Tapi apa kau tidak tahu Eunjung berkhianat padamu? Dia akan menemui Joongki lagi hari sabtu nanti, kau bersusah payah membantunya tapi dia malah bersenang-senang dengan laki-laki lain. Oppa, kau benar-benar kasihan sekali.” Kata Hyomin sambil menepuk-nepuk pundak Donghae.



Hyomin lalu keluar dari kamar Donghae , Tangan Donghae mengepal dan tubuhnya bergetar. Eunjung akan menemui Joongki lagi? Selama ini dia sudah bersabar, tapi apa ini balasan Eunjung kepadanya?



Hyomin menatap sekilas pintu kamar Donghae yang masih terbuka, dia tersenyum puas. Dia tidak perlu terburu-buru mengambil tindakan, dia hanya ingin melihat reaksi Donghae selanjutnya…..


-----

Eunjung keluar dari ruang rapat dengan perasaan kesal, tadi dia baru saja selesai mengadakan pertemuan rapat untuk membahas proyek yang diberikan ayahnya, para pemegang saham semuanya memuji proposal tim Hyomin. Ponsel tim Hyomin mengutamakan kecanggihan dan fitur-fitur yang lebih lengkap, tapi harganya juga cukup mahal, sementara ponsel yang dikeluarkan timnya mengutamakan desain dengan konsep ramah lingkungan dengan harga yang lebih terjangkau.



Menurut para pemegang saham ponsel yang akan dikeluarkan oleh Hyomin akan lebih sukses di pasaran di banding miliknya, dan sebagian pemegang saham mulai berinvestasi dengan Hyomin.



Eunjung kembali teringat dengan kata-kata Donghae dia tidak bisa bekerja sendiri tanpa tim. Semua ini terjadi disebabkan oleh egoismenya sendiri. Hyomin berjalan keluar bersama para staff anggota timnya , Hyomin sempat melemparkan senyum kepada Eunjung tapi senyum itu terlihat seperti ingin merendahkan.



Hyomin berjalan mendekati Eunjung sambil terus memamerkan senyumnya.



“Sepertinya sekarang kau harus segera menyerah.” Kata Hyomin.

“Kita belum melihat hasil akhir nanti, kau tidak perlu terburu-buru menyimpulkan.”

“Baiklah, aku akan bersabar menunggu kekalahanmu nanti.”



Hyomin lalu berjalan menuju ruangannya, Eunjung memandang punggung Hyomin yang berlalu dengan kesal dan muak.

Baiklah pilihan terakhir bekerja sama dengan timnya, tidak ada lagi pilihan lain. Sekarang dia harus memikirkan strategi pemasaran yang lebih baik untuk mengalahkan Hyomin.





-----





Ham Kun Hee memandang foto keluarganya yang berada di atas meja kerjanya, foto itu di ambil tujuh tahun yang lalu sebelum Eunjung dan Donghae berangkat ke Paris, di foto itu mereka semua tersenyum seperti keluarga yang bahagia, tapi semua senyuman itu terlihat palsu.



Dari awal dia sudah tahu keluarganya tidak sesempurna seperti yang dia harapkan, Isteri kedua yang sangat di cintainya sedang mengincar hartanya, dia sudah tahu dari dulu, tapi dia sangat mencintai isterinya itu walalu dia tahu isterinya hanya mencintai hartanya saja.



Sekarang Ham Kun Hee juga yakin Hyomin berada di bawah pengaruh ibunya, Inhwa menggunakan Hyomin untuk mendapatkan posisi di Hyundai. Sekarang kembalinya Eunjung dari Paris mulanya memberinya sebuah harapan, dia berharap banyak pada Eunjung, Ham Kun Hee berpikir Eunjung adalah solusi yang baik untuk memecahkan keraguannya, dia tidak bisa menyerahkan Hyundai pada Hyomin karena tahu nafsu keserakahan Inhwa dan dia berpikir dia bisa tenang menyerahkan Hyundai nantinya kepada Eunjung, tapi ternyata dia salah….



Beberapa hari yang lalu dia tidak sengaja mendengar percakapan Donghae dan Eunjung di kamar Donghae, Eunjung berbicara tentang keinginannya untuk memiliki Hyundai seutuhnya, mengatakan dia tidak akan membagikan sepeser pun untuk Hyomin dan Ibu tirinya, ini membuat Ham Kun Hee terkejut sekaligus sedih, Eunjung juga sudah mulai memperlihatkan sifat serakahnya akan harta, sementara yang dia butuhkan adalah seseorang yang bijaksana dan bisa dia percaya untuk menggantikannya.



Ham Kun Hee memalingkan wajahnya dari foto itu, dia memandang Sekretaris Park yang berada di sebelahnya, selama 15 tahun Sekretaris Park sudah mengabdi kepadanya.



“Apa aku sudah membuat dosa besar di masa lalu sehingga anak-anakku menjadi seperti sekarang? “ Tanya Ham Kun Hee.



Sekretaris Park membungkuk hormat, hanya dia lah satu-satunya orang yang di percaya Ham Kun Hee dia mengetahui semua rahasia tuannya termasuk tentang masalah keluarga tuannya.



“Tidak Tuan, anda adalah orang yang sangat baik.”



“Aku orang tua yang gagal, aku tidak bisa mendidik mereka dengan benar sehingga mereka berubah menjadi seperti sekarang.” Kata Ham Kun Hee dengan sorot mata sedih.



“Apa ada yang lebih menyakitkan dari melihat anak-anakmu bersaing memperebutkan harta di depan matamu sendiri?”





------





Eunjung memasuki sebuah ruangan, dia sudah membuat janji dengan Park Jiyeon, berberapa hari yang lalu dia sudah berdiskusi dengan anggota timnya dan mereka memutuskan menggunakan Park Jiyeon seorang aktris muda yang sedang naik daun sebagai salah satu model untuk memasarkan ponsel mereka, tapi anggota timnya mendapat hambatan karena Park Jiyeon sudah lebih dulu di tawari oleh anggota tim Hyomin, sepertinya tim Hyomin juga mengincar Park Jiyeon, jadi Eunjung memutuskan untuk turun tangan.



Park Jiyeon sedang melihat majalah dan duduk di sofa, saat mendengar suara langkah kaki Eunjung dia meletakkan majalah itu di atas meja lalu bangkit berdiri, mereka lalu saling berkenalan dan berjabat tangan.



“Apa kau lama menunggu?” Tanya Eunjung.

“Tidak , aku baru saja menunggu, silakan duduk.”



Eunjung lalu duduk di sebelah Park Jiyeon.



“Aku rasa aku tidak perlu menjelaskan panjang lebar, karena kemarin salah satu staffku sudah menjelaskan semuanya padamu.” Kata Eunjung.



Jiyeon mengangguk.



“Sebelumnya aku sudah di tawari juga untuk menjadi model iklan tapi untuk ponsel Hyundai tipe yang lain, dan mereka sudah lebih dulu menawariku.” Kata Park Jiyeon.



Eunjung tersenyum dan memandang Jiyeon.



“Tapi coba pikirkanlah, ponsel kami berkonsep ramah lingkungan ini bisa menciptakan imej postitif untuk dirimu sendiri sebagai seorang selebritis, kau bisa menjadi contoh bagi anak-anak muda jaman sekarang.”



Eunjung memandang wajah cantik Jiyeon yang mulai terlihat ragu.



“Pikirkanlah baik-baik dulu, tidak perlu langsung memberi jawaban.” Kata Eunjung lagi.



Dddrt..drrt…. ponsel Eunjung bergetar. Eunjung lalu melihat ponselnya, Joongki mengirimkan sebuah foto pelangi. Dan sebuah pesan pendek di bawah foto tersebut.





Aku memotretnya dari jendela kantorku, indah bukan,

Dari kisah dongeng, pelangi itu jembatan yang di gunakan peri hujan untuk turun ke bumi.

Aku juga ingin membuat sebuah jembatan antara kantorku dan kantormu,

Supaya kita lebih sering bertemu hehehe

Jangan lupa makan malam kita nanti, sangat berharap kau akan datang.





Bibir Eunjung tanpa sengaja membentuk sebuah senyuman, Joongki adalah orang yang humoris dan dia sering memberinya perhatian-perhatian kecil seperti itu, dan jujur saja Donghae tidak pernah melakukannya. Mulanya dia menganggap tingkah Joongki yang seperti itu kekanak-kanakan, tapi lama-lama tidak bisa di pungkiri dia juga sebenarnya cukup terhibur.





-------





Joongki dan Eunjung berjalan beriringan, mereka baru selesai makan malam di restoran, Joongki lalu mengajaknya berjalan kaki menikmati keindahan malam di daerah Gwanghamun Square. Joongki dan Eunjung berjalan mendekati air mancur di kawasan Gwanghamun Square tersebut.



Gwanghamun Square Fontain memang sangat indah, Air mancur yang terletak di tengah jalan Sejong-ro, distrik Jongno-gu dan. Di tengah-tengah air mancur berdiri patung pahlawan Korea Yi Sun Shin. Pemandangan yang sangat cantik di tengah kepadatan kota Seoul.



Gwanghamun Square Fontain



Joongki dan Eunjung memandangi air mancur itu, lalu tiba-tiba Joongki menyipratkan air ke muka Eunjung.



“Kau ini!!” kata Eunjung.



Joongki hanya tertawa, Joongki lalu menyipratkan air lagi ke muka Eunjung. Mulanya Eunjung tidak ingin meladeni Joongki bermain, dia tidak mengacuhkan Joongki yang terus menyipratkan air ke mukanya, tapi karena Joongki terus-terusan melakukannya Eunjung lalu berusaha membalasnya.



Eunjung menyipratkan air ke muka Joongki tapi Joongki menghindar, Joongki berlari masuk ke dalam air mancur. Eunjung melepas high hellsnya, dengan bertelanjang kaki dia lalu mengejar Joongki. Mereka bermain seperti anak kecil, berkejar-kejaran dan saling menyipratkan air ke muka masing-masing.



Mereka tidak mempedulikan baju mereka yang basah kuyub. Terus berperang air, dan tanpa sadar Eunjung mulai tertawa, tertawa yang begitu lepas Joongki ikut tertawa bersamanya, Joongki memandangi wajah Eunjung yang tertawa, baru kali ini dia melihat Eunjung tertawa seperti itu.



“Aku lelah..” kata Eunjung akhirnya, mereka sudah lama bermain-main.

“Menyenangkan bukan?” kata Joongki.



Mereka berdua masih berada di tengah-tengah air mancur, di bawah patung Yi Sun Shin.



Eunjung tidak menjawab, hanya tersenyum. Harus di akui bermain-main seperti tadi membuat bebannya terasa hilang dan dia bisa tertawa, dia sudah lupa kapan terakhir kalinya dia bisa tertawa seperti sekarang.



Joongki menatap Eunjung, pipi Eunjung sedikit memerah karena terlalu banyak tertawa, rambut pendek Eunjung basah dan air masih mengalir di ujung-ujung rambutnya, dan Eunjung terlihat lebih cantik di matanya saat ini.



“Eunjung-ah….” Kata Joongki.

“Hmm.. kenapa?” kata Eunjung.



Dia menatap Joongki dan wajah mereka sekarang saling berhadapan.



“Kalau aku bilang aku masih mencintaimu, kau akan menjawab apa?”



Eunjung menatap Joongki, dia menatap mata Joongki yang menunjukkan keseriusan. Eunjung membeku dan tidak bisa menjawab, dia masih sulit mencerna sesuatu di pikirannya sekarang.



Joongki lalu memegang bahu Eunjung dengan kedua tangannya. Lalu perlahan Joongki menundukkan wajahnya, bibir mereka bersentuhan, sebuah ciuman mendarat di bibirnya, dan tanpa sadar karena terbawa suasana Eunjung mulai membalas ciuman Joongki.



Dari balik mobil sedan putih Donghae dan Hyomin memperhatikan mereka. Donghae memalingkan wajah saat dia melihat Joongki dan Eunjung berciuman. Hyomin juga menunduk tidak ingin melihat pemandangan itu.



“Kau lihat bukan? “ kata Hyomin.



Donghae tidak menjawab, tadi dia dan Hyomin mengikuti Joongki dan Eunjung dari restoran hingga ke tempat ini. Perasaan Donghae saat ini tidak bisa dia lukiskan, begitu sakit..sakit sekali….



Dari dulu sebenarnya Donghae sudah takut kalau Eunjung tidak mencintainya, tapi dia selalu membuang pikiran itu jauh-jauh. Dia tidak pernah melihat Eunjung tertawa begitu lepas dengannya seperti yang dia lihat tadi. Begitu menyakitkan melihat wanita yang kau cintai tertawa bersama pria lain…



Di tengah keheningan di dalam mobil Donghae, tiba-tiba ponsel Hyomin berbunyi.



“Yoboseyo..” Hyomin mengangkat teleponnya.

“Mwo? Park Jiyeon menolak kontrak kita? Mengapa? Kemarin tanggapannya positif.”



Raut wajah Hyomin berubah cemas.



“Jadi Eunjung juga berusaha melobi Park Jiyeon? Kurang ajar!!! Kita sudah lebih dulu dari mereka!!”





------





Joongki menuang wine di gelasnya, lalu meneguk wine itu. Dia tersenyum mengingat kejadian tadi. Joongki yakin Eunjung mungkin punya perasaan padanya, kalau tidak Eunjung tadi tidak mungkin membalas ciumannya.



Tadi Joongki menawari Eunjung untuk minum wine di apartemennya, tapi Eunjung menolak dan tadi sikap Eunjung menjadi gugup setelah berciuman dengannya. Sikap Eunjung itu menurutnya lucu sekali, dia ingat bagaimana dulunya dia yang gugup saat bersama Eunjung tujuh tahun yang lalu.



Ponsel Joongki yang berada di atas meja berbunyi, dari Hyomin, Joongki lalu mengangkatnya.



“Yoboseyo..”

“Joongki oppaaaaaa… temani aku..” kata Hyomin, suaranya terdengar mabuk.

“Hyomin-ah kau kenapa?”

“Temani aku minum..” kata Hyomin.

“Hyomin , apa kau sedang mabuk?”

“Cepat datang oppa..cepat datang ke sini…paliii…”





------





Hyomin menuang birnya ke gelas, entah sudah berapa bnyak yang dia minum. Pikirannya sedang kalut dan kacau. Dia memandang orang-orang yang sedang berdansa di tempat ini, lampu warna- warni di ruangan gelap membuat matanya sedikit berkunang-kunang. Seorang pria mendekati Hyomin yang sedang duduk sendirian di meja bar.



“Mau menari bersama?” Tanya pria itu.

“Pergi!! Jangan ganggu aku!!!” bentak Hyomin.



Dengan wajah kesal pria itu lalu pergi, Hyomin membaringkan kepalanya di atas meja, tanpa sadar air mata mulai menetes dari ujung matanya, dan dia tidak tahu mengapa dia harus menangis. Tidak lama kemudian dia melihat siluet Joongki berada di kerumunan orang-orang yang memasuki bar. Hyomin menegakkan lagi kepalanya, dia menghapus air matanya.



“Oppaaaa..aku di sini..” kata Hyomin sambil melambai-lambaikan tangannya.



Joongki bergegas mendekati Hyomin.



“Ada apa denganmu Hyomin-ah, ayo pulang.” Ajak Joongki.

“Andweeee..temani aku minum dulu…” kata Hyomin.



“Hyomin-ah mengapa kau begini?”

“Oppa, mengapa Eunjung selalu merebut apa pun dariku?” kata Hyomin.



“Kau bicara apa? Kau sudah mabuk.” Kata Joongki.

“Dia merebut model yang akan aku gunakan, dia itu selalu merebut, mengapa?”



Hyomin meneguk birnya lagi. Joongki menyingkirkan gelas bir itu menjauh dari Hyomin.



“Dia juga sudah merebut Donghae oppa, sekarang Donghae oppa tidak peduli padaku lagi. Lalu dia juga merebutmu!!!!”

“Hyomin-ah nanti saja kita bicarakan, sekarang kau harus pulang.”

“Kau harus mendengarkan aku dulu!!! Aku belum selesai bicara…” kata Hyomin.



Muka Hyomin sudah memerah dan dia menatap mata Joongki.



“Eunjung itu kekasih Donghae oppa, dia itu sudah pacaran dengan Donghae oppa. Untuk apa kau mengejarnya?”



Joongki terpaku mendengar kata-kata Hyomin. Apa dia tidak salah mendengar? Eunjung dan Donghae pacaran?



“Apa maksudmu Hyomin-ah, jelaskan padaku.” Kata Joongki cemas dia mengguncang bahu Hyomin.

“Dia dan Donghae itu pacaran, aku rasa mereka sudah seperti itu sejak berada di Paris.”

“Mwo?”



Joongki masih tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.



“Apa Eunjung tidak bilang padamu? Oh benar juga, wanita licik itu mana mungkin akan bilang padamu…”


To be continued…


1 komentar:

  1. baru liat ceritanya, haaaa.. tertarik. Bahkan saya bisa ngebayangin tiap scenenya.

    daebak

    BalasHapus

DONATE

Klik gambar

Klik gambar
peluang usaha