Author: Livie jungiestar Yl / DorkyJung / L Hirasawa
DI LARANG COPAS TANPA SEIZIN AUTHOR!! APA LAGI TANPA MEMBERI CREDIT!! JUGA MENGUBAH, MENAMBAH DAN MENGURANGI ISI FANFIC INI!
Cast:
- Ham Eunjung as Ham Eunjung
- Park Hyomin as Ham Hyomin
- Lee Donghae as Lee Donghae
- Song Joongki as Song Joongki
Genre: SAD, FAMILY, ROMANCE
Length : 12 part
cover story : jungiestar1212/ Farra A.D
Sudah dua minggu berlalu dari hari penguburan Ham Kun Hee, sekarang Hyundai sedang dalam masa-masa sulit, rupanya untuk mendanai salah satu proyek Hyundai Ham Kun Hee sudah bekerjasama dengan perusahaan Mr.Kim yang memberikan bantuan dana yang sangat besar pada Hyundai untuk proyek tersebut, tanpa sepengetahuan Eunjung dan Hyomin 75% saham Hyundai Group sekarang sudah menjadi milik Mr. Kim , yang mengetahui segala rahasia ini hanya Sekretaris Park, dan setelah tuannya meninggal Sekretaris Park baru memberitahukan masalah ini pada keluarga tuannya. Sekarang setelah Ham Kun Hee meninggal, Mr.Kim ingin memutuskan proyek kerjasama tersebut dia tidak percaya Hyundai Group tetap akan bertahan setelah sepeninggal Ham Kun Hee, apa lagi semenjak meninggalnya Presiden Direktur Hyundai, saham Hyundai Group semakin hari semakin menurun.
Eunjung dan Donghae berusaha mati-matian untuk mendapatkan kepercayaan Mr.Kim kalau mereka bisa mengurus Hyundai Group setelah sepeninggal Ham Kun Hee, dan Mr.Kim sedang mempertimbangkan masalah ini. Hidup matinya Hyundai Group sekarang tergantung pada keputusan Mr.Kim untuk melanjutkan kerjasama dengan Hyundai atau tidak.
Sementara Hyomin sudah tidak peduli lagi pada perusahaan ayahnya itu, setiap hari Hyomin terus menangisi kematian ayahnya sebenarnya dia ikut merasa bersalah atas kematian ayahnya, seandainya saja saat itu dia tidak menceritakan hubungan Eunjung dan Donghae mungkin semua ini tidak akan terjadi. Setiap hari Hyomin hanya mengurung dirinya di kamar, setiap makan pelayan yang mengantarkan makanan ke kamarnya.
Jun Inhwa selalu membujuk Hyomin untuk pergi mengurus Hyundai, Inhwa tahu Hyundai sedang dalam kesulitan kalau Eunjung yang bergerak sendiri dan berhasil menyelamatkan Hyundai dia takut Eunjung akan menguasai Hyundai sementara Hyomin tidak mendapat apa-apa. Tapi Hyomin tidak mau mendengar nasihatnya, Hyomin masih tidak mau bergerak dan itu membuat Inhwa kesal, pelampiasannya dia lakukan dengan memarahi pelayan-pelayan yang ada di rumah.
Eunjung menuruni tangga, dia menatap pelayan wanita yang sudah berada di bawah membawa tas besar yang mungkin berisi pakaiannya.
“Ada apa ini?” kata Eunjung pada pelayan wanita itu.
“Agashi aku benar-benar tidak sanggup lagi bekerja di sini.” Kata pelayan wanita itu.
Eunjung menghela napas, pelayan-pelayan yang ada di rumah satu persatu mengundurkan diri sepeninggal Ham Kun Hee, dan pelayan yang tersisa tinggal pelayan wanita ini, semuanya memang sudah tidak tahan dengan kelakuan Ibu tirinya yang setiap hari selalu marah-marah.
“Aku mohon padamu bisakah kau menunda kepergianmu hingga aku menemukan orang yang baru?” kata Eunjung.
Pelayan wanita itu menunduk.
“Tapi agashi, aku benar-benar ingin pulang ke kampung halamanku di Busan, tolonglah agashi.” Kata pelayan wanita itu sambil menunduk.
“Biarkan dia pergi..” kata ibu tirinya.
Ibu tirinya melangkah mendekati pelayan wanita itu.
“Kalau mau pergi cepat pergi!!! Secepatnya enyah!!!!” Jun Inhwa berteriak pada pelayan itu.
Pelayan wanita itu ketakutan lalu secepat mungkin berjalan keluar dari rumah. Eunjung menatap ibu tirinya itu.
“Ahjumma benar-benar keterlaluan.” Kata Eunjung.
“Kalau kau tidak puas kau juga boleh segera angkat kaki dari rumah ini!” kata Inhwa.
Eunjung hanya diam dia tidak membalas tidak ada gunanya meladeni ibu tirinya yang sedang emosi itu.
------
Jun Inhwa menatap punggung Donghae dan Eunjung yang tergesa-gesa keluar dari rumah, sepertinya ada masalah serius di perusahaan. Inhwa segera menaiki tangga menuju kamar anaknya, lagi-lagi Hyomin membiarkan masalah ini begitu saja.
Jun Inhwa membuka pintu kamar Hyomin, Hyomin sedang berdiri di dekat jendela tatapannya kosong. Semenjak ayahnya meninggal Hyomin menjadi pendiam, jarang bicara dan dia suka melamun. Jun Inhwa mendekati anaknya itu.
“Hyomin-ah…” panggil Inhwa lembut.
Hyomin tidak menoleh pada ibunya dia masih tetap berdiri di dekat jendela, entah apa yang sedang dipikirkan Hyomin.
“Hyomin-ah…” Inhwa menyentuh bahu Hyomin lembut.
Tapi Hyomin masih tidak mempedulikan ibunya itu.
“Terjadi masalah serius di perusahaan kau harus pergi ke sana..” kata ibunya.
“Biarkan saja..” kata Hyomin pelan.
Ibunya berusaha menahan emosinya, dia tidak boleh marah pada Hyomin, dia harus membujuk Hyomin dengan halus.
“Apa kau mau Eunjung merebut segalanya?” kata Inhwa.
“Biar saja, aku tidak peduli lagi…”
Inhwa membalik badan Hyomin agar menghadap ke arahnya. Menatap Hyomin yang sepertinya sudah tidak punya lagi semangat untuk bersaing dengan Eunjung.
“Mengapa kau jadi begini Hyomin-ah.. Ayahmu meninggal bukan berarti kau menjadi lemah seperti ini, kau harus bangkit..” kata Inhwa.
“Tinggalkan aku sendiri omma..jeball..” kata Hyomin.
Jun Inhwa menghela napas, bagaimanapun dia membujuk Hyomin tetap saja Hyomin tidak mau bergeming.
-------
Eunjung bergegas memasuki gedung kantor Hyundai, Donghae mengikuti di belakangnya. Lobi kantor penuh sesak oleh karyawan dan pekerja di pabrik Hyundai, bahkan karena saking sesaknya para pekerja juga memadati halaman kantor. Mereka mendengar kabar bahwa Mr.Kim mulai berencana untuk menutup Hyundai Group, Mr. Kim berencana menjual gedung kantor dan juga pabrik-pabrik Hyundai untuk mengembalikan modal yang dulu dia tanam, para karyawan dan pekerja yang mendengar kabar ini lalu berduyun- duyun datang ke kantor untuk meminta kepastian.
Banyak pekerja pabrik dan karyawan kantor Hyundai yang sudah mengundurkan diri, tapi masih banyak juga yang masih berharap pada Hyundai Group. Kebanyakan yang bertahan adalah pekerja dan karyawan yang sudah lama mengabdi pada Hyundai.
Saat melihat Eunjung datang seorang wanita tua pekerja di pabrik mendekati Eunjung.
“Agashi….” Kata wanita tua itu.
Eunjung dan Donghae menghentikan langkahnya, mereka berdua menatap wanita tua itu.
“Agashi apa benar Hyundai akan di tutup? 20 tahun aku mengabdi di sini. Jika ini benar terjadi bagaimana dengan cucuku, orangtua dari cucuku sudah meninggal dunia, agashi tolonglah selamatkan kami.” Kata wanita tua itu sambil menangis.
Mata Eunjung berkaca-kaca menatap wanita tua itu, dia menyentuh bahu wanita itu.
“Ahjumma tenang saja, aku akan berusaha untuk mempertahankan Hyundai.”
Sekretaris Park berjalan mendekati mereka berdua.
“Agashi, Mr.Kim sudah menunggu.” Kata sekretaris Park
Donghae , Eunjung dan sekretaris Park lalu bergegas menaiki lift menuju ruang pertemuan. Di dalam ruang pertemuan Mr.Kim yang merupakan sahabat ayahnya sudah menunggu di dalam, dia lah pemegang saham terbesar di Hyundai Group.
Donghae dan Eunjung menunduk hormat dan mereka berdua duduk di kursi kosong yang tersisa di ruangan itu. Sementara sekretaris Park berdiri di sudut ruangan. Mr.Kim mulai menyatakan tujuannya untuk menutup Hyundai.
“Mr.Kim yang terhormat, aku mohon anda memberi kami waktu, kami akan berusaha keras untuk membuat Hyundai bangkit kembali.” Kata Eunjung.
“Agashi, apa kau pikir mengembalikan Hyundai seperti semula semudah itu? Bagaimana bisa aku mempercayakan Hyundai hanya pada orang yang masih tidak memiliki pengalaman sepertimu.” Kata Mr. Kim.
“Walau aku masih banyak kekurangan, aku berjanji akan berusaha sekuat tenaga. Tolong berikan kami kesempatan.”
Mr Kim menggelengkan kepalanya, menunjukkan wajah tidak percaya pada kemampuan Eunjung.
“Mr.Kim anda adalah sahabat dari Mr.Ham, apa Mr.Kim tidak bisa memberikan kami kesempatan dengan melihat sisi itu? Ham Eunjung adalah puteri kandung Mr, Ham, dia adalah puteri dari sahabat anda sendiri.” Kata Donghae.
“Masalah bisnis tidak bisa di kaitkan dengan masalah pribadi.” Kata Mr. Kim.
Donghae dan Eunjung berusaha meyakinkan lagi, tapi sepertinya keputusan Mr.Kim sudah bulat. Mr.Kim lalu pergi meninggalkan ruangan pertemuan itu.
Donghae menatap Eunjung yang sepertinya sudah hampir menangis. Sekretaris Park juga menunduk sedih, dia tidak ingin Hyundai yang sudah susah payah dibangun oleh tuannya musnah begitu saja.
“Kita sudah berusaha melakukan yang terbaik, tapi kita harus menerimanya kalau semua tidak bisa berjalan sesuai keinginan kita.” Kata Donghae sambil menepuk bahu Eunjung.
“Benar agashi kau sudah berusaha.” Kata Sekretais Park.
“Tidak, ini belum berakhir.” Kata Eunjung.
Eunjung lalu bergegas menyusul Mr.Kim, Donghae dan sekretaris Park lalu berjalan menyusul Eunjung.
Mr.Kim sudah berjalan di halaman kantor Hyundai, Eunjung berlari mengejarnya, para pekerja dan karyawan yang masih menunggu di luar menatap Mr.Kim yang berlalu pergi dengan sorot mata kecewa, sepertinya mereka sudah tidak punya harapan lagi.
“Tunggu dulu.” Kata Eunjung.
Mr.Kim lalu menghentikan langkahnya , Eunjung sedang berjalan mendekatinya.
“Mr.Kim harap dengarkan kata-kataku yang terakhir.” Kata Eunjung.
dia menatap Eunjung, menunggu Eunjung melanjutkan kata-katanya.
“Semua karyawan dan pekerja Hyundai yang ada di sini bergantung pada Hyundai Group, banyak dari mereka sudah mengabdi selama belasan bahkan puluhan tahun. Appaku, dia sangat mencintai semua karyawan dan pekerja Hyundai Group dan aku yakin sekarang dia ingin aku melindungi semua pekerja dan karyawan yang ada di sini.”
Eunjung lalu berlutut di hadapan Mr.Kim. Donghae, sekretaris Park dan semua orang yang berada di tempat itu memandang Eunjung terkejut.
“Demi semua pekerja dan karyawan yang ada di sini apa kau tidak bisa memberi kami kesempatan.” Kata Eunjung.
“Agashi kau tidak perlu hingga berlutut seperti itu, untuk apa kau berlutut dan membuang harga dirimu seperti itu.” Kata Mr. Kim
“Tidak tuan, aku tidak merasa kehilangan harga diriku, aku sedang berjuang demi semua pekerja dan karyawan Hyundai Group, sekarang mereka semua berada di dalam tanggung jawabku, semua kehidupan mereka bergantung padaku. Jika aku di suruh melakukan lebih dari sekedar berlutut aku akan melakukannya, bahkan untuk di suruh mencium kaki anda atau menyembah akan aku lakukan. Jadi tolong selamatkan kami, selamatkan kehidupan semua pekerja di sini, selamatkan mereka, jangan rampas kehidupan mereka. Aku yakin Mr.Kim adalah orang yang sangat baik.” Eunjung lalu menundukkan kepalanya.
Donghae lalu berjalan mendekati Eunjung dan dia juga berlutut di samping Eunjung.
“Tolong selamatkan kami.” Kata Donghae.
Serempak sekretaris Park dan seluruh karyawan dan pekerja Hyundai juga ikut berlutut di belakang mereka.
“Tolong selamatkan kami.” Kata mereka semua serempak.
Mr.Kim mulai terlihat ragu, melihat pemandangan seperti ini bagaimana hatinya tidak terenyuh. Setelah berpikir sejenak Mr.Kim lakhirnya membuat keputusan.
“Bangkitlah agashi, dan kalian semua bangkitlah tidak perlu berlutut lagi.” Kata Mr. Kim.
Eunjung lalu bangkit berdiri di ikuti oleh yang lain.
“Aku sudah memutuskan untuk tidak menutup Hyundai Group, mari kita memulai semua dari awal, walau harus memulai dari nol mari kita bersama-sama berjuang.” Kata Mr. Kim
Semua orang bersorak-sorai mendengar pernyataan itu, Eunjung menangis, air matanya mengalir deras. Tapi kali ini adalah tangis kebahagiaan.
“Kamsahamnida…jeongmall kamsahamnida.” Eunjung menundukkan kepalanya.
Mr Kim tersenyum, dia lalu menyentuh bahu Eunjung.
“Nak kau benar-benar keras kepala, kau sangat mirip dengan ayahmu. Pasti ayahmu sangat bengga sekali mempunyai puteri sepertimu.” Kata Mr. Kim
“Kamsahamnida...” kata Eunjung lagi.
Mr. Kim dan yang lalu pergi meninggalkan halaman kantor Hyundai. Eunjung menoleh pada Donghae yang sedang tersenyum sambil menatapnya.
“Aku sangat kagum padamu, agashi.” Kata Donghae.
“Sejak kapan kau mamanggilku agashi.” Kata Eunjung sambil meninju bahu Donghae pelan.
Mereka berdua lalu tertawa bersama, Eunjung menatap langit. Apa ayahnya sekarang sedang memperhatikannya dari atas sana sekarang?
“Appa..aku berjanji, sekarang aku akan berjuang bukan demi kepentinganku sendiri, tapi demi orang banyak, karena mereka semua adalah orang-orang yang kau cintai..”
-------
Inhwa meletakkan gagang telepon kembali ke tempatnya, tubuhnya bergetar marah. Tadi dia baru mendapat kabar dari Sekretaris Park. Itu memang kabar gembira Hyundai berhasil di selamatkan tapi yang menyelamatkannya adalah Eunjung dan Eunjung sekarang pasti akan mengusai Hyundai Group.
Inhwa bergegas menuju kamar Hyomin, dia lalu mengetuk pintu. Dia sekarang benar-benar emosi.
TOK..TOK..TOK…
Inhwa mengetuk pintu kamar Hyomin dengan keras dan tidak sabaran, Hyomin lalu membuka pintu kamarnya.
“Ada apa omma..” kata Hyomin pelan.
Inhwa lalu memasuki kamar Hyomin, dia lalu menatap anaknya marah.
“Dasar gadis bodoh apa kau tahu apa yang terjadi sekarang?” kata Inhwa.
Hyomin menatap ibunya terkejut, baru kali ini ibunya berkata begitu kasar padanya.
“Omma…” kata Hyomin.
“Aku berpikir aku bisa mengandalkanmu tapi apa kau tahu apa yang sudah kau lakukan? Sekarang Eunjung akan menguasai Hyundai, lalu buat apa kau bersusah payah selama tujuh tahun belajar keras? Semua sia-sia, semua akan di ambil oleh Eunjung.”
“Omma…” Air mata Hyomin mengalir.
“Sebelum semuanya terlambat kau harus mengambil alih Hyundai, apa kau mau Eunjung tertawa mengejek di depanmu seperti dulu?”
“Omma kau benar-benar keterlaluan!!!” Hyomin menjerit.
Air mata Hyomin tumpah dan mengalir deras.
“Omma keterlaluan? semua ini demi dirimu gadis tengik, demi masa depanmu.”
“Jangan selalu bilang ini semua demiku!! Aku sudah muak!!” Hyomin menjerit.
Hyomin menatap ibunya itu, dia masih terisak.
“Aku tahu omma tidak sungguh-sungguh mencintaiku!! omma cuma menjadikan aku sebagai alatmu, alat untuk mendapatkan harta!! Itu sebabnya omma membuang Donghae oppa karena kau menganggap dia tidak berguna!!! omma benar-benar kejam!!!”
Jun Inhwa menatap Hyomin tajam.
“Selama ini aku selalu menyayangimu Hyomin-ah, lalu apa kau berpikir semua itu gratis? Tidak, apa kau tahu tidak ada yang gratis di dunia ini, kau harus membayarnya, makanya lakukanlah perintah ommamu ini.” Kata Inhwa tanpa perasaan pada Hyomin.
Ibunya lalu pergi meninggalkan kamarnya, Hyomin masih menangis sambil menatap punggung ibunya itu. Benar apa yang dia takutkan selama ini, dia hanya menjadi alat bagi ibunya, alat untuk mencapai ambisi ibunya yang gila harta itu....
Dari dulu saat ibunya mengatakan kalau ibunya banyak berharap padanya Hyomin selalu menuruti kata-kata ibunya itu, dia tidak pernah membantah, saat Eunjung datang ke rumah ini dia menjadi takut karena punya saingan, Hyomin takut segalanya di rebut Eunjung dan Ibunya menjadi tidak mencintainya lagi karena dia kalah dari Eunjung, dia takut ibunya membuang dirinya seperti ibunya membuang Donghae....
-----
Donghae menatap cangkir kopi yang ada di depannya lalu dia menatap Joongki sahabat lamanya itu. Joongki mengajaknya keluar untuk minum kopi bersama, suasana canggung menyelimuti mereka berdua, padahal dulunya mereka adalah sahabat baik.
“Sudah lama kita tidak pergi bersama seperti ini.” Kata Joongki.
“Benar, sudah lama sekali.” Kata Donghae.
“Dulu aku memukulmu benar-benar mianhae…” kata Joongki.
“Sudahlah semua sudah berlalu.” Kata Donghae.
Joongki lalu meminum kopinya lalu dia meletakkan cangkir kopi itu, dia menatap Donghae.
“Tapi aku tidak bisa menipu diriku sendiri, walau Eunjung dan kau adalah sepasang kekasih tapi aku masih mencintainya.” Kata Joongki.
Tangan Donghae bergetar, dia berusaha mengendalikan emosinya.
“Jadi apa yang kau inginkan?” Tanya Donghae.
“Aku masih bingung dengan sikap Eunjung padaku, kalau dia benar-benar mencintaimu dia tidak akan membalas perhatian-perhatianku padanya.”
Joongki lalu tersenyum pada Donghae.
“Mianhae Donghae-ah, aku tahu kau sahabatku tapi aku berencana memperjelas hubunganku dengan Eunjung, aku ingin tahu apa dia mempunya perasaan padaku atau dia benar-benar mencintaimu, aku ingin mencoba sekali lagi.” Kata Joongki.
Donghae hanya diam tidak menjawab, Joongki benar-benar tidak mau menyerah, sementara di dalam hati kecilnya dia mulai takut kalau Eunjung sebenarnya mencintai Joongki...
------
Eunjung ,Donghae dan ibu tirinya sedang duduk di meja makan, Eunjung menatap kursi Hyomin yang kosong. suasana terasa begitu sunyi dan sepi.
“Mana Hyomin? “ Tanya Eunjung.
“Sepertinya masih mengurung diri di kamar.” Kata Donghae.
Ibu tirinya hanya melanjutkan makan tanpa menunjukkan sikap khawatir pada Hyomin.
“Anak manja itu, biarkan saja dia..” kata ibu tirinya.
Eunjung dan Donghae berpandangan heran, mengapa Jun Inhwa jadi bersikap begitu dingin kepada Hyomin sekarang?
“Biar aku yang memanggilnya.” Kata Eunjung.
Eunjung lalu pergi meninggalkan meja makan, dia menaiki tangga menuju kamar Hyomin.
TOK..TOK..TOK…
Eunjung mengetuk pintu kamar Hyomin.
“Hyomin-ah….” Eunjung memanggil Hyomin.
Tidak ada jawaban, Eunjung lalu memutar kenop pintu yang rupanya tidak di kunci. Eunjung membuka pintu kamar Hyomin.
Hyomin ada di dalam sedang memegang cutter, Hyomin sedang berusaha mencari urat nadinya sendiri, pergelangan tangan Hyomin sudah sedikit terluka.
“Hyomin-ah…..” kata Eunjung terkejut.
Eunjung merebut cutter yang ada di tangan Hyomin dan melemparnya ke dekat pintu.
“Apa yang sedang kau lakukan!!” kata Eunjung.
“Di mana urat nadiku? Aku sangat ingin memotongnya? Bantu aku mencarinya? Bantu aku memotongnya? Jeball..jeball..” kata Hyomin sambil menangis.
Mata Eunjung berkaca-kaca, dia menatap Hyomin yang menangis di depannya. Hyomin terduduk di lantai dan menangis, dia terlihat begitu lemah dan rapuh.
“Bantu aku untuk memotongnya.. aku tidak sanggup untuk hidup lagi..”
“Hyomin-ah..”
“Lebih baik aku menyusul appa pergi…..”
Eunjung memeluk Hyomin dan air matanya ikut mengalir.
“Jangan begini Hyomin-ah, tunjukkan padaku kalau kau adalah Hyomin yang kuat..”
Hyomin menangis makin keras.
“Aku..aku tidak sekuat itu.. aku tidak sanggup lagi menopang hidupku sendiri…tidak sanggup lagi…” isak Hyomin.
Ibu tirinya dan Donghae yang mendengar keributan di atas bergegas pergi ke kamar Hyomin. Mereka berdua terkejut melihat Hyomin yang sedang menangis berpelukan dengan Eunjung.
“Ada apa ini?” kata ibunya.
Ibunya menatap pergelangan tangan Hyomin yang terluka lalu dia menatap cutter di dekat kakinya, Jun Inhwa memungut cutter itu, ada bekas noda darah Hyomin di sana. Tubuhnya bergetar, apa Hyomin sedang berusaha untuk bunuh diri?
“Hyomin-ah apa yang sedang kau lakukan..” kata ibunya.
“Jangan mendekat!! Jangan mendekat padaku!!!” kata Hyomin pada ibunya.
Hyomin memeluk Eunjung makin erat, tubuh Hyomin bergetar.
“Hyomin-ah..” kata ibunya, mata Jun Inhwa mulai berkaca-kaca.
“Suruh dia pergi dari kamarku..aku takut padanya…aku takut..” kata Hyomin pada Eunjung.
Jun Inhwa berjalan mendekati Hyomin.
“Hyomin-ah mengapa? aku ibumu.” Kata ibunya.
“Tidak..kau pasti bukan ibuku..kau pasti bukan ibuku..ibu kandungku tidak mungkin sekejam itu..” kata Hyomin.
Perlahan air mata ibunya menetes memandang Hyomin yang ketakutan saat melihatnya.
“Seorang ibu tidak mengkin menggunakan anaknya sendiri sebagai pemuas nafsu serakahnya..kau bukan ibuku…aku tidak punya ibu seperti itu..pergi..cepat pergi..” lanjut Hyomin masih terisak.
Eunjung menatap Donghae yang berdiri di ambang pintu.
“Donghae-ah bawa ibumu keluar dulu.” Kata Eunjung.
Donghae lalu membawa ibunya itu keluar dari kamar Hyomin, kaki ibunya bergetar saat menuruni tangga, timbul rasa penyesalan dalam hatinya, dia telah menekan Hyomin hingga seperti itu, dia telah menekan Hyomin terlalu kejam hingga Hyomin berniat bunuh diri.
------
Setelah kejadian itu Eunjung membawa Hyomin pergi ke psikiater, Hyomin mengalami guncangan jiwa yang cukup serius hingga berniat untuk bunuh diri. Untuk sementara Eunjung meminta agar ibu tirinya itu tidak menemui Hyomin agar Hyomin tidak kembali tertekan.
Penyesalan yang berlarut-larut akhirnya membuat Jun Inhwa jatuh sakit, dia merasa menyesal selama ini menjadikan Hyomin sebagai alat pemuas ambisinya, Hyomin benar dia tidak pantas di panggil ibu.
Jun Inhwa terbaring lemah di ranjang, dia sedang sakit tapi tidak ada yang peduli padanya. Pelayan-pelayan yang yang di rumah sudah tidak ada lagi karena dia sendiri, karena sikap egois dan serakahnya semua pergi meninggalkan dirinya, sekarang dia begitu kesepian terbaring lemah tak berdaya di kamarnya. Inhwa memejamkan matanya, setetes air mata mengalir di pipinya, apa ini semua Hukuman dari Tuhan untuknya.
Perlahan pintu kamarnya membuka, Donghae membawa obat di tangannya juga segelas air. Jun Inhwa menatap Donghae terkejut. Donghae meletakkan obat dan segelas air itu di atas meja ibunya.
Donghae lalu membantu ibunya untuk duduk. Perlahan air mata Inhwa mengalir lagi, saat dia sakit yang datang padanya justru Lee Donghae, anak yang selama ini dia sia-siakan, anak yang tidak pernah dia cintai, anak yang dia anggap tidak berguna.
Donghae menyodorkan gelas air putih itu padanya, tangan ibunya bergetar saat meraih gelas itu.
“Omma minumlah obat ini.” Kata Donghae sambil menyerahkan obat.
Inhwa lalu menelan obat itu lalu meminum air yang di bawa Donghae, entah mengapa air matanya mengalir lebih deras dari sebelumnya. Persaannya campur aduk, dia menatap Donghae....
“Istirahatlah…” kata Donghae.
Donghae lalu bergegas ingin keluar dari kamar ibunya.
“Tunggu dulu..” kata ibunya.
Donghae membalikkan badannya dia menatap ibunya yang sedang menangis itu.
“Mengapa kau begitu baik padaku..setelah apa yang aku lakukan padamu..” kata Inhwa.
“Karena aku pernah kesepian seperti omma sekarang, aku tahu bagaimana rasanya jika tidak ada yang peduli padamu.” Jawab Donghae
Donghae lalu melangkah keluar dari kamar ibunya itu dan menutup pintu, Jun Inhwa menangis lebih keras, yang keluar hanyalah air mata penyesalan.
------
Joongki menunggu di luar ruangan Eunjung, dia sudah membuat janji dengan Eunjung sebelumnya. Sekretaris Eunjung lalu menyuruh Joongki langsung masuk saja ke ruangan Eunjung.
Joongki mengetuk pintu ruangan Eunjung.
“Masuklah..” terdengar suara Eunjung.
Joongki lalu membuka pintu, dia menatap Eunjung yang sepertinya sedang sibuk dengan kertas-kertas penting yang ada di depannya.
“Aku menganggumu ya? Direktur kita sepertinya sedang sibuk?” Tanya Joongki.
“Mianhae Joongki-ah kita tidak bisa bertemu di luar, aku benar-benar sibuk jadi aku menyuruhmu datang ke sini.” Kata Eunjung.
“Tidak apa-apa.” Kata Joongki sambil tersenyum.
“Kita bicara di ruang pertemuan saja.” Kata Eunjung.
Joongki mengangguk, Eunjung dan Joongki lalu berjalan keluar dari ruangan Eunjung, Donghae yang baru saja ingin melangkah menemui Eunjung di ruangannya menghentikan langkahnya, dia menatap punggung Joongki dan Eunjung yang berjalan pergi, diam-diam Donghae mengikuti mereka dari belakang.
Eunjung dan Joongki memasuki ruang pertemuan, mereka lalu duduk di sana. Donghae berdiri di balik pintu yang sedikit terbuka.
“Apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan?” Tanya Eunjung.
“Aku ingin membicarakan tentang kita Eunjung-ah…”
Eunjung terdiam, menunggu Joongki melanjutkan ucapannya.
“Aku ingin membicarakan masalah ini di waktu yang tepat, aku tahu kau banyak masalah akhir-akhir ini, tapi aku tidak bisa menahan diri lagi.” Kata Joongki.
“Apa yang ingin kau ketahui?” Tanya Eunjung.
“Aku ingin tahu apakah kau mempunyai perasaan padaku, aku ingin kau jujur Eunjung-ah…”
Jantung Donghae berdetak lebih cepat saat mendengar Joongki menanyakan masalah ini pada Eunjung.
“Aku tahu kau adalah kekasih Donghae, tapi yang membuat aku penasaran mengapa kau selalu merespon perhatian yang aku berikan? Mulanya aku berpikir kau mempermainkan aku lagi tapi hatiku mengatakan kalau saat itu kau tidak mempermainkan aku, aku yakin itu adalah keinginanmu yang sebenarnya, saat kau tertawa bersamaku, saat kau membalas ciumanku, aku yakin ini adalah memang keinginanmu, sebenarnya bagaimana perasaanmu padaku?”
Eunjung menatap mata Joongki.
“Jujur aku akui saat kau memberi perhatian-perhatian kecil padaku itu membuatku terhibur, tanpa sadar aku tersenyum karenamu, tanpa sadar aku rasa aku mulai menyukaimu…” jawab Eunjung.
Joongki tersenyum sambil memandang Eunjung, lalu Eunjung menundukkan wajahnya.
Mata Donghae berkaca-kaca mendengar semua ini, Eunjung mengatakan dia menyukai Joongki?
“Jadi kau sebenarnya menyukaiku?” Tanya Joongki.
“Tapi aku tidak bisa menyukaimu Joongki-ah, aku tidak bisa karena Donghae…”
Donghae tidak ingin mendengar semuanya lebih lanjut lagi, dia tidak ingin mendengar yang lebih menyakitkan dari ini lagi. Donghae bergegas menjauh dari ruang pertemuan itu, dia bergegas pergi dari sana. Lukanya kembali terbuka lagi, sekarang lebih sakit dari sebelumnya, lebih sakit setelah mengetahui yang sebenarnya terjadi. Seperti ada benda tajam yang menusuk-nusuk ulu hatinya, dan merobek organ-organ tubuhnya dari dalam.
Jadi Eunjung menyukai Joongki tapi Eunjung tetap memilih bersamanya karena Eunjung kasihan padanya? Eunjung tidak mencintainya..yang di cintai Eunjung adalah Joongki bukan dirinya…
------
Eunjung memasuki rumah, dia benar-benar lelah hari ini. Dia masih memikirkan pertemuannya dengan Joongki tadi, dia tahu dia sudah menyakiti hati Joongki dengan berbicara seperti itu, tapi ini memang kenyataan yang terjadi pada dirinya. Eunjung melewati ruang keluarga, ada ibu tirinya di sana, Ibu tirinya tersenyum saat melihatnya.
“Kau sudah pulang? Aku sudah menyiapkan makan malam.” Kata ibu tirinya.
“Kamsahamnida ahjumma.” Kata Eunjung sambil tersenyum.
Ibu tirinya itu lalu berjalan memasuki dapur, semenjak kejadian Hyomin yang berusaha bunuh diri dan setelah dia sempat jatuh sakit sikap ibu tirinya itu benar-benar berubah, sepertinya dia benar-benar menyesal.Hyomin setelah seminggu di bawa ke Psikiater kondisinya juga makin membaik, besok Hyomin akan kembali ke kantor untuk bekerja, dia mengatakan ingin ikut membantu Eunjung juga.
“Onnie…” Hyomin baru saja menuruni tangga memanggilnya.
Hyomin berjalan mendekati Eunjung.
“Donghae oppa pulang kantor lebih dulu apa kau tahu?”
“Mwo? Benarkah? aku tidak menyadarinya, tadi aku terlalu sibuk.” Kata Eunjung.
“Apa yang terjadi dengan oppa? Dia pulang dan mengemasi barang-barangnya, katanya mau kembali ke Paris, ada apa sebenarnya onnie?”
Eunjung menatap Hyomin terkejut, Donghae ingin kembali ke Paris?
“Mwo? aku menemuinya dulu Hyomin-ah..”
Eunjung bergegas menuju kamar Donghae, pintu Donghae sedikit terbuka dan Donghae sedang berada di dalam sambil menatap miniatur rumah di atas meja yang dulu Eunjung berikan padanya.
“Donghae-ah..” kata Eunjung.
Donghae menoleh padanya sekilas, lalu menunduk. Eunjung menatap koper Donghae yang sepertinya sudah dia siapkan.
“Aku dengar dari Hyomin sebenarnya kau mau kembali ke Paris? Mengapa?”
“Aku mendapat tawaran kerja di sana. Tawaran itu terlalu bagus, dan aku tidak bisa menolaknya” Kata Donghae.
“Donghae-ah mengapa begitu tiba-tiba? Mengapa kau tidak mengatakan padaku lebih dulu?”
"Sebenarnya sudah lama aku merencanakannya, tapi melihat Hyundai dalam kesulitan aku tidak bisa langsung pergi begitu saja, tapi sekarang sudah ada Hyomin, kau tidak butuh bantuanku lagi bukan?" kata Donghae berbohong
"Lalu bagaimana dengan aku? apa kau akan meninggalkan aku di sini begitu saja? bukankah kau bilang sangat mencintaiku? bukankah kau selalu bilang tidak bisa hidup tanpaku? lalu mengapa? mengapa kau sekarang memutuskan pergi?"
Donghae menatap Eunjung, lalu dia memalingkan wajah.
“Aku sudah memikirkan semua ini Eunjung-ah, aku ingin hubungan kita berakhir.” Kata Donghae.
Eunjung terkejut, dia memegang lengan Donghae.
“Mengapa? Apa maksudmu? Bukankah akhir-akhir ini hubungan kita baik-baik saja? Apa salahku padamu?” Tanya Eunjung.
Donghae melepas tangan Eunjung yang memegang lengannya, dia menatap mata Eunjung yang berkaca-kaca, mengapa Eunjung mulai seperti ingin menangis? Karena kasihan padanya? Donghae mulai benci selalu menjadi orang yang dikasihani.
“Selama ini aku sudah menjadi bodoh, mencintaimu seperti orang gila, rela di manfaatkan olehmu, jadi Eunjung-ah mulai sekarang aku ingin berhenti, ingin mencari kehidupanku yang baru..” kata Donghae.
“Donghae-ah sekarang aku benar-benar tidak ada niat untuk memanfaatkanmu, aku sungguh-sungguh mencintaimu sekarang..” kata Eunjung.
Donghae memalingkan wajah, matanya juga sudah mulai berkaca-kaca, dia tidak ingin Eunjung melihatnya seperti ini, dia tidak ingin di kasihani lagi.
“Tapi bagaimana lagi? Aku sudah lelah berada di sampingmu, bukankah kau pernah bilang padaku? kalau aku sudah lelah pergi saja dari sisimu, kau tidak akan pernah menahanku, bukankah begitu? jadi kali ini biarkan aku pergi aku benar-benar sudah lelah denganmu.” kata Donghae.
Donghae bergegas keluar dari kamarnya tapi Eunjung memeluk pinggangnya dari belakang.
“Donghae-ah jangan pergi..” kata Eunjung.
Air mata Donghae mulai menetes, lalu dia melepas tangan Eunjung dari pinggangnya. Donghae lalu berjalan keluar dari kamarnya, Eunjung menatap punggung Donghae yang berjalan pergi, air matanya perlahan mengalir.
Donghae secepat mungkin pergi dari kamarnya, dia tidak sanggup menatap Eunjung lebih lama, dia harus secepatnya meninggalkan rumah ini, dia tahu keputusannya ini terlalu terburu-buru, tapi jika dia menahan diri lebih lama di sini dia takut dia berubah pikiran dan tidak bisa pergi meninggalkan Eunjung, dia tidak ingin terus menekan Eunjung, dia tidak ingin lagi membuat Eunjung bersama dengannya karena terpaksa. Mulai besok secepatnya dia akan pergi kembali ke Paris.
------
Joongki memakai jasnya, dia baru saja bersiap-siap ingin pergi tapi telepon rumahnya berdering. Joongki mengangkat gagang teleponnya.
“Yoboseyo…” kata Joongki.
"Ini aku.." kata Donghae."
“Aku sudah berada di bandara..” lanjut Donghae.
Joongki terdiam, sebelumnya Donghae sudah menceritakan padanya tentang keinginannya pergi ke Paris karena Donghae mendengar pembicaraannya dengan Eunjung waktu itu.
“Aku tahu selama ini aku terlalu egois menahan Eunjung di sisiku, mungkin aku tidak akan pernah kembali lagi”
“Apa kau tidak akan pernah menyesal?” Tanya Joongki.
Terdengar suara hening di ujung telepon sampai akhirnya Donghae menjawab.
“Aku harap tidak, jaga Eunjung baik-baik, aku tahu kalian saling mencintai.”
Joongki terdiam, sebenarnya ada sesuatu yang ingin dia katakan pada Donghae tapi kata hatinya mengatakan kalau dia tidak perlu mengatakannya, dia harus tetap diam.
“Donghae-ah jaga dirimu baik-baik, aku akan menjaga Eunjung.” Kata Joongki.
Tut..tut..tut..
Donghae memutuskan sambungan telepon, Joongki meletakkan gagang telepon itu kembali ke tempatnya, dadanya masih berdebar keras, selama Donghae meneleponnya jantungnya tadi berdetak lebih cepat, dia merasa sangat bersalah pada sahabatnya itu.
“Mianhae Donghae-ah..” kata Joongki
------
Lima bulan kemudian….
Eunjung sedang melihat berkas-berkas data, dia melirik sekilas pada arloji yang melingkar di tangannya, sudah pukul delapan malam, saat melihat pintu ruangannya terbuka dia menoleh, Hyomin berada di depan pintunya berjalan mendekatinya.
“Onnie ini sudah malam, bukankah kau sudah berjanji ingin menemaniku.” Kata Hyomin manja.
“Ah…” Eunjung memegang kepalanya, dia lupa.
“Kau lupa? Yah onnie cepatlah, kita harus pulang dan bersiap-siap.” Kata Hyomin.
Eunjung tersenyum, dia lalu membereskan barang-barangnya dan mematikan lampu kantor.
“Sebenarnya siapa yang ingin kau kenalkan padaku?” Tanya Eunjung.
Hyomin mengatakan akan mengenalkan Eunjung dengan seseorang yang penting untuknya.
“Rahasia..” kata Hyomin sambil mengamit lengan Eunjung.
Sekarang hubungannya dengan Hyomin beberapa bulan ini semakin membaik, bahkan mereka sekarang sudah semakin akrab seperti saudara.
------
Hyomin menghentikan mobilnya di depan restoran mewah, dia menatap Eunjung yang terlihat begitu cantik memakai gaun putih di atas lutut, tadi dia yang mendandani Eunjung. Hyomin tersenyum sambil memandangi kakak tirinya itu.
“Sebenarnya ingin bertemu siapa? Mengapa aku juga harus berdandan?” Tanya Eunjung.
“Onnie masuklah dulu, aku ingin memarkir mobil.” Kata Hyomin.
Eunjung lalu membuka pintu mobil dan berjalan memasuki restoran, Hyomin memperhatikan Eunjung. Dia yang memilih restoran ini, restoran yang paling romantis di Seoul.
“Kalian harus bahagia..” bisik Hyomin.
Hyomin lalu mengeluarkan ponsel dari tasnya, dia menelepon Donghae. Setelah menunggu beberapa saat teleponnya di angkat. Mata Hyomin mulai berkaca-kaca.
“Oppa…” kata Hyomin.
“Hmm.. ada apa kau tiba-tiba meneleponku?”
“Aku hanya rindu pada oppaku yang tampan..”
Hyomin memandang restoran itu lagi dari balik kaca mobil.
“Bohong, apa sesuatu terjadi padamu? Dari suaramu sepertinya kau ingin menangis.”
“Tidak oppa..” kata Hyomin tapi dia mulai terisak.
“Ada apa Hyomin-ah, katakan padaku?”
“Oppa kau pergi dari Eunjung onnie karena kau begitu mencintainya bukan?” Tanya Hyomin.
Terdengar suara hening dari ujung telepon sampai akhirnya Donghae menjawab.
“Tentu saja Hyomin-ah, aku ingin dia bahagia.”
“Aku juga sangat mencintai Joongki jadi aku bermaksud untuk merelakannya.” Isak Hyomin.
“Hyomin-ah…”
“Oppa.. hari ini Joongki oppa akan melamar Eunjung onnie, aku yang membantunya memilihkan cin-cin dan mencarikan restoran , aku berharap mereka berakhir bahagia.”
Hyomin menghapus air matanya, tapi air mata ini malah mengalir lebih deras.
“Oppa kita terlihat sangat keren bukan? Merelakan orang yang kita cintai, bukankah kita terlihat keren?”
“Benar, kita adalah dua saudara yang sangat keren…”
“Aku sekarang ingin tersenyum dan terlihat keren, tapi mengapa air mataku tidak bisa berhenti mengalir sekarang….”
------
Eunjung memasuki restoran, tapi restoran itu terlihat sepi. Hanya ada seorang pria yang duduk di sebuah meja paling ujung, apa itu orang yang ingin Hyomin kenalkan padanya?
Seorang waitress berjalan mendekati Eunjung.
“Agashi silakan duduk di meja itu.”
Waitress itu menunjuk meja yang di duduki pria tersebut. Eunjung lalu melangkah mendekati meja tersebut, saat pria yang berada di meja itu menoleh, Eunjung terkejut.
“Joongki-shi…”
“Kau terlihat cantik sekali malam ini.” Puji Joongki sambil memperhatiakn Eunjung dari atas hingga ke bawah.
Joongki tersenyum padanya, Eunjung duduk di seberang Joongki, Suasana restoran saat ini benar-benar romantis, semua lampu di matikan, penerangan hanya berasal dari lilin-lilin putih panjang yang berada di atas meja. Mereka berdua lalu makan malam bersama dan juga minum sampanye. Hyomin tidak terlihat batang hidungnya, Eunjung mulai mengerti ini semua adalah bagian dari rencana Hyomin.
Pelayan lalu mengantar lagi sebuah makanan terakhir yang di tutup dengan tudung.
“Ini adalah makanan penutup.” Kata Joongki.
Pelayan itu lalu membuka tudung itu, di dalamnya sebuah kotak beledu merah yang tutupnya terbuka dan sebuah cin-cin yang sangat cantik berada di sana.
Joongki meraih kotak cin-cin itu, dan mendekatkannya pada Eunjung.
“Aku ingin menjadikanmu milikku seutuhnya.” Kata Joongki.
Dia menatap wajah Joongki yang ada di depannya dengan wajah berbinar-binar menatap ke arahnya, lalu dia menatap cin-cin yang berada di tangan Joongki.
“Bagaimana keputusanmu?” Tanya Joongki lagi penuh harap.
-----
Hyomin menghapus air matanya, tinggal menjalankan misinya yang terakhir. Saat Joongki dan Eunjung berjalan berdua keluar dari restoran dia akan langsung berkata” chukae” dengan wajah yang riang, walaupun sebenarnya hatinya terasa sangat sakit.
Hyomin melihat sosok Joongki yang keluar dari restoran dan Hyomin bergegas keluar dari mobilnya, tapi dia heran melihat Joongki yang hanya keluar sendirian. Hyomin berjalan mendekati Joongki.
“Mana Eunjung onnie?” Tanya Hyomin.
“Dia masih di dalam.” Kata Joongki ada nada getir di suaranya.
“Bagaimana?” Tanya Hyomin.
Joongki tersenyum tapi sorot matanya menunjukkan kesedihan, Joongki meletakkan telapak tangannya di atas kepala Hyomin.
“Aku di tolaknya Hyomin-ah..” kata Joongki pelan.
“Mwo?”
“Dia menolakku…”
“Oppa…”
Kata Hyomin sambil menatap Joongki.
“Hatiku sekarang sakit sekali, aku tidak menyangka dia akan menolakku.”
Hyomin memandang wajah Joongki, dan perlahan air mata Hyomin menetes lagi. Joongki menatap Hyomin yang menangis di depannya.
“Mengapa kau menangis Hyomin-ah…” kata Joongki.
“Aku mengerti perasaan oppa sekarang, aku mengerti..” kata Hyomin sambil terisak.
“Jangan habiskan air matamu hanya untuk pria sepertiku..” kata Joongki.
Tapi Hyomin malah menangis lebih keras.
Joongki menatap Hyomin, wanita yang di depannya ini ikut merasa sedih karena dia, menangis karena dia, wanita yang selalu di acuhkan olehnya selama belasan tahun, dia bisa melihat kalau Hyomin benar-benar mencintainya, mengapa selama ini dia hanya memandang Hyomin sebelah mata saja?
Joongki lalu menarik Hyomin ke pelukannya, dia memeluk Hyomin erat, dan Hyomin menangis di dalam dekapan Joongki.
Flash Back
Eunjung menatap wajah Joongki yang ada di depannya dengan wajah berbinar-binar menatap ke arahnya, lalu dia menatap cin-cin yang berada di tangan Joongki.
“Bagaimana keputusanmu?” Tanya Joongki lagi penuh harap.
“Mianhae Joongki-ah aku masih tidak bisa menerimamu.” Kata Eunjung.
“Mengapa? Apa kau masih mencintai Donghae?” Tanya Joongki.
Eunjung menunduk tidak berani menatap wajah Joongki.
“Kau masih mencintainya walaupun dia meninggalkanmu?”
Perlahan air mata Eunjung mengalir.
“Aku masih belum bisa melupakannya..” isak Eunjung.
Hati Joongki benar-benar terasa sakit, dia menatap wanita yang sedang menangis di depannya. Joongki hanya diam sambil menatap Eunjung yang menangis, akhirnya Joongki memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya pada Eunjung.
“Mianhae Eunjung-ah ada yang belum aku katakan padamu..” kata Joongki.
Eunjung menatap Joongki, dia masih terisak
.
“Sebenarnya Donghae meninggalkanmu karena dia berpikir kita saling mencintai, dia ingin kau bahagia jadi dia meninggalkanmu..”
Mata Eunjung membelalak, dia terkejut mendegar kata-kata Joongki.
“Sebenarnya dia menceritakan padaku tentang keinginannya untuk berangkat ke Paris dan alasan yang sebenarnya, aku tahu aku seharusnya mengatakan kejadian yang sebenarnya, mengatakan bahwa dia hanya salah paham, tapi aku tidak melakukannya, aku terlalu egois, aku terlalu pengecut, aku membiarkan dia pergi..Mianhae Eunjung-ah..”
End of flash back
------
“Le Marais Paris , Perancis”
Donghae turun dari bus, dia berjalan kaki menuju apartemannya. Udara yang sangat dingin membekukan tubuhnya, dia menggigil hingga ke tulang sum-sumnya, dia ingin cepat-cepat kembali ke apartemen. Saat ini sudah memasuki awal dari musim dingin, hari sudah mulai gelap, Donghae berjalan melewati sebuah café kecil yang terletak di ujung jalan, dia berhenti sesaat di sana. Dulu dia dan Eunjung sering pergi minum kopi di sana.
Selama lima bulan ini dia sudah berusaha untuk melupakan Eunjung dengan kembali ke Paris, dia berharap saat memulai kehidupan dari awal lagi di Paris bisa membuatnya untuk melupakan Eunjung, tapi justru kebalikannya dia semakin mengingat wanita itu. Terlalu banyak kenangan indah antara dia dan Eunjung saat berada di Paris.
Donghae menghapus pikirannya itu jauh-jauh, beberapa hari yang lalu Hyomin menelponnya mengatakan kalau Joongki akan melamar Eunjung, dia merasa sakit sekali saat mendengar itu, tapi bukankah ini yang dia harapkan? Dia hanya ingin Eunjung bahagia.
Donghae sudah memasuki apartemennya, dia bergegas menaiki lift. Donghae semakin mempercepat langkahnya, akhirnya dia sampai di depan pintu apartemennya, apartemen yang dulu dia tempati bersama Eunjung. Donghae membuka pintu dengan password dan bergegas masuk ke dalam.
Donghae menghentikan langkahnya, ada yang aneh. Lampu di ruangan menyala, dia ingat dia sudah mematikan lampu tadi pagi tapi mengapa sekarang lampu menyala, lalu dia mendengar suara-suara dari kamarnya. Perlahan Donghae melangkahkan kakinya mendekati kamarnya, lalu membuka pintu kamarnya perlahan.
Saat pintu terbuka, Donghae kaget bukan main. Seorang wanita duduk di ranjangnya, wanita itu sedang membereskan pakaiannya ke koper, wanita yang selama lima bulan ini terus dia rindukan, wanita yang berusaha dia lupakan, wanita yang selalu muncul dalam mimpinya selama lima bulan terakhir ini, Ham Eunjung….
Eunjung menoleh dan memandang Donghae yang membeku di depan pintu.
“Kau sudah datang? Baguslah, ayo bantu aku membereskan barang-barangmu.” Kata Eunjung sambil tersenyum ke arahnya.
Perlahan Donghae berjalan mendekati Eunjung, apa sekarang dia tidak sedang bermimpi? Perasaannya sekarang campur aduk entah sedih, marah, atau justru bahagia.
“Kau, mengapa kau ada di sini?”
“Untuk membawamu pulang kembali ke Korea, apa kau tahu direktur Hyundai ini sangat sibuk tapi masih meluangkan waktu untuk menjemputmu pulang.” Canda Eunjung.
Tapi Donghae sama sekali tidak tertawa.
“Mengapa kau ada di sini? Kau dan Joongki? Harusnya kalian berdua..” kata Donghae.
Eunjung menatap Donghae, lalu dia kembali menatap baju Donghae yang dilipatnya.
“Kau mendengar dari Hyomin? Aku menolaknya..” kata Eunjung.
“Mengapa kau menolaknya? Apa kau mulai berpikir untuk mengasihaniku? Kau tidak perlu memikirkan aku!!!” kata Donghae marah.
Eunjung menatap Donghae, dia lalu berjalan mendekati Donghae. Eunjung menatap mata Donghae yang berkaca-kaca.
“Mengapa kau selalu seenaknya sendiri!! Apa kau tahu aku sudah susah payah berusaha untuk melupakanmu!! Tapi mengapa kau datang lagi dan mengacaukan segalanya!!!” Donghae membentak Eunjung.
“Mengapa kau marah padaku? Harusnya aku yang marah padamu!!!” Eunjung balas membentaknya.
Donghae terdiam dia menatap Eunjung. Mata Eunjung juga mulai berkaca-kaca.
“Mengapa kau tidak mengatakan sejujurnya? Kalau kau pergi karena berpikir aku mencintai Joongki?”
“Buat apa? Aku tidak ingin kau terus-terusan kasihan padaku.”
“Apa kau tahu kau sedang salah paham, aku tidak mencintai Joongki yang aku cintai adalah dirimu..Lee Donghae..” kata Eunjung.
Donghae terdiam, apa dia tidak salah mendengar?
“Tidak mungkin, saat sebelum aku pergi ke Paris, saat di ruang pertemuan itu kau dan Joongki membahas masalah kalian dan kau mengatakan kau menyukai Joongki tapi kau tidak bisa menyukainya karena aku.” Kata Donghae.
“Apa kau tidak mendengar lanjutan kata-kataku? Aku mengatakan aku rasa saat itu aku mulai menyukai Joongki tapi aku tidak bisa menyukainya lagi karena Lee Donghae telah mengambil hatiku, Lee donghae telah membawa pergi cintaku, jujur aku akui waktu itu mungkin aku mulai menyukai Joongki tapi aku belum sepenuhnya mencintainya, yang aku cintai adalah dirimu, semenjak hari setelah appa meninggal aku baru menyadari kalau aku mulai mencintaimu…”
Air mata Eunjung mulai menetes. Donghae terdiam, dia menunggu Eunjung melanjutkan ucapannya.
“Apa kau tahu bagaimana aku setelah kau tinggalkan begitu saja? Aku merasa ada yang hilang dari diriku, aku merasa ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang berharga di ambil dariku.. Aku baru menyadari kalau kau selalu berada di sampingku, kau selalu ada untukku, kau selalu ada untuk menghiburku, berada di sisiku, melindungiku, aku merasa sangat kehilangan dirimu apa kau tahu itu? Tapi kau malah seenaknya pergi begitu saja, pergi jauh tanpa bertanya perasaanku padamu, aku berusaha untuk menelponmu tapi mengapa kau tidak pernah mengangkat teleponku? Membuat aku menderita sepanjang malam memikirkanmu, membuat aku terus melamun memikirkanmu, membuat aku terus menangisimu, membuat aku..”
Eunjung menghentikan kata-katanya, Karena secara spontan Donghae mencium bibirnya, ciuman yang sangat lembut mendarat di bibirnya. Donghae melepas ciumannya, dia memandang Eunjung yang membeku karena masih terkejut.
“Kalau aku tidak menciummu, apa kau akan terus menceramahiku hingga pagi?” canda Donghae.
Pipi Eunjung bersemu merah, dia menatap Donghae yang tersenyum padanya dan mereka berdua tertawa kecil.
“Aku..aku… aku harus membereskan barang-barangmu lagi..” kata Eunjung gugup.
Eunjung berjalan menuju ranjang ingin kembali membereskan pakaian Donghae, tapi Donghae manarik lengannya. Mata Donghae kembali menatapnya.
“Membereskan barang? Itu bisa menunggu bukan?” Kata Donghae.
Donghae kembali menciumnya, bibir mereka bersentuhan lagi. Perlahan Eunjung memejamkan matanya, dia mengalungkan lengannya di leher Donghae dan Donghae memeluk pinggangnya erat.
Dari balik jendela kamar Donghae mulai terlihat butiran-butiran salju yang turun. Salju pertama di awal musim dingin di Paris menjadi saksi bisu dua insan yang sedang di mabuk asmara itu.
~ The End ~
sorry lama part terakhirnya hahaha..
gumawo buat yang udah baca fanfic ini dari awal hingga akhir,
walau sebagian besar semuanya silent reader hehehehe
karena ini part terakhir bisa minta gak pendapat kalian yang baca fanfic ini?
gimana endingnya? memuaskan atau kurang?
1x klik = Rp 250,- Donate Anda
Selasa, 13 Desember 2011
REVENGE PART 7 -END-
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kerennn chingu :D
BalasHapusabis ini buat fanfic lagi ya, tapi yang maen YUI :D haha
kalo fanfic YUI udah banyak aku buat sebelumnya chingu...ampe gak ada ide lagi karena gak semua karakter cocok buat YUI hahaha..
BalasHapusKarakter YUI yang kyk di Fanfic My Little Boyfriend bagus tuhh =D haha
BalasHapusiya chigu..tapi bosan juga chingu kalau nulis karakter yang sama terus-menerus yang ada ujung-ujung ceritanya terkesan sama..maunya setiap nulis ff ceritanya beda gitu..
BalasHapuskayak ide yang muncul misalnya aku mau nulis kisah "cewek matre" tapi YUI gak cocok dengan karakter itu..
tapi kalau ada ide nanti pasti nulis ff YUI lagi , cuma gak tau kapan..sekarang aku lagi hiatus nulis ff hahaha
buat tentang sooyoung dan jungshin donk....
BalasHapuskeren banget tuh
Kalo gtu , Bikin Karakter YUI jadi cewe Genit aja , xD
BalasHapuskan beda tuhh , wkwk
@anonim: kalau bukan biasku gak ada feel buat nulis hehehe
BalasHapus@ferin: aku kan udah bilang gak semua karakter cocok buat YUI, karakter cewek genit itu gak cocok juga buat YUI..jadi waktu nulis gak bisa ngembayangin YUI kayak gitu alias gak dapat feelnya, dan hasil tulisan jadi jelek gitu..kalau aku nulis ff itu harus cocok karakternya ..contohnya eunjung di dream high dia pernah main antagonis makanya dia cocok dengan ide yang aku pikirin di ff ini sebagai cewek main cast tapi antagonis, gitu chingu ^^
AWWWWW!! LOVE IT!LOVE IT!
BalasHapusgak bisa berenti baca dari part 1-7!
hmmm... nilai nya 100/100
haha
souka, yaudah .. kalo punya ff baru jangan lupa di post ya di FP sama Blog xD
BalasHapus@Astri: gumawo dah baca.. bagus deh kalau menurut chingu memuaskan ^^
BalasHapus@Ferin: hahaha iya kalau bikin lagi bakal aku posting ke blog ini ^^
OK ^^
BalasHapusDitunggu lohh.. hihi
I love the story and Ham Eunjung. Gomawo dah share
BalasHapusRequest bikin storynya Eun-jung eonni lagi doonk- couplein sama Lee Jong suk atau Chanyeol ya kak!! Gomawooo
BalasHapus