Author: Livie jungiestar Yl / DorkyJung / L Hirasawa
DI LARANG COPAS TANPA SEIZIN AUTHOR!! APA LAGI TANPA MEMBERI CREDIT!!
Cast:
- Ham Eunjung as Ham Eunjung
- Park Hyomin as Ham Hyomin
- Lee Donghae as Lee Donghae
- Song Joongki as Song Joongki
Genre: SAD, FAMILY, ROMANCE
Length : 1 - 7
Cover Story : Jungiestar 1212 / Farra A.D
Eunjung memasukkan buku-buku dalam tasnya, hari ini suasana hatinya sedang tidak baik. Karena kejadian kemarin, saat ayahnya memutuskan dia harus pergi ke luar negeri.
Terlebih lagi Song Joongki teman semejanya ini terus mengoceh dan mengajaknya pergi kencan lagi. Dan Eunjung sudah tidak peduli lagi.Tidak ada gunanya merayu Joongki , Joongki sudah tidak berguna lagi baginya.
Dia tidak punya waktu lagi untuk mempermainkan Hyomin dan memperalat Joongki, sekarang dia harus mengasihani dirinya sendiri.
“Pergi ke taman hiburan akan sangat seru sekali.” Kata Joongki masih terus mengoceh.
“Joongki-ah..” kata Eunjung dengan nada kesal.
Eunjung menatap Joongki.
“Aku sudah bilang akhir minggu ini aku sibuk, apa kau tuli?” kata Eunjung.
“Bagaimana kalau minggu depan?” kata Joongki sambil nyengir dan dengan mata yang berbinar-binar seperti anak kecil.
“Mulai sekarang aku tidak bisa pergi denganmu lagi.”
Eunjung lalu mengambil tasnya dan buru-buru keluar dari kelas, Joongki masih terus mengikuti Eunjung.
“Eunjung-ah ada apa denganmu hari ini? Apa kau sedang marah padaku?” Tanya Joongki.
Kekesalan Eunjung benar-benar memuncak, dia sedang bad mood hari ini dan Song Joongki membuatnya makin kesal. Eunjung membalik badannya dan menatap Joongki.
“Aku bukan marah, tapi aku sudah bosan berakting di depanmu.” Kata Eunjung.
“Apa maksudmu?” Tanya Joongki.
“Kencan? Apa kau berpikir aku tertarik padamu? Yah Song Joongki, pasang telingamu baik-baik. Aku selama ini hanya berpura-pura, hanya mempermainkanmu untuk membuat Hyomin kesal, jadi mulai sekarang berhentilah seperti anak kecil yang terus mengikutiku!”
Joongki membeku di tempat, dia tidak menyangka akan mendengar kata-kata ini dari Eunjung.
“Mwo?mempermainkan aku?” kata Joongki masih tidak percaya apa yang di dengarnya.
“Sekarang kau sudah tahu yang sebenarnya, jadi berhenti mengikutiku.”
Eunjung lalu melangkah pergi, tapi Joongki menarik tangan kanannya. Joongki lalu menarik Eunjung menaiki tangga menuju loteng. Eunjung berusaha melepaskan cengkraman tangan Joongki di pergelangan tangannya, tapi cengkraman itu terlalu kuat. Setelah sampai di loteng Joongki melepas cengkramannya yang menyisakan warna merah di pergelangan tangan Eunjung. Eunjung meraba pergelangan tangan kanannya yang memerah.
“Apa maksud ucapanmu tadi? Jelaskan padaku?” kata Joongki.
“Apa kau masih kurang jelas? Aku hanya menggunakanmu untuk bermain-main, hanya untuk membuat Hyomin marah!!”
Joongki mendorong tubuh Eunjung merapat ke dinding, matanya menatap Eunjung dalam-dalam.
“Mengapa kau melakukan ini padaku?” pandangan mata Joongki berubah, pandangan mata yang biasanya ceria itu kini penuh kemarahan.
Eunjung menoleh ke samping, dia tidak sanggup melihat mata Joongki.
“Hanya untuk bersenang-senang!! Minggir aku mau pulang!!” kata Eunjung.
Joongki menahan pundak Eunjung dengan kedua tangannya agar tidak pergi.
“Setidaknya apa kau tidak bisa mengucapkan maaf padaku? Apa kau tidak merasa menyesal sudah mempermainkan aku?” kata Joongki lagi.
“Sayangnya aku sama sekali tidak menyesal, minta maaf? Aku sama sekali tidak berniat mengatakannya.” Kata Eunjung, dia masih tidak menatap Joongki.
“Tatap mataku!! Apa kau selama ini benar-benar hanya mempermainkan aku!!! Apa kau sama sekali tidak merasa bersalah!!! Apa ciuman itu semuanya juga palsu!!!” Joongki mengguncang bahu Eunjung.
Eunjung menatap Joongki dalam-dalam, dia melihat mata Joongki kini sudah berkaca-kaca.
“Ciuman itu? Bahkan aku tidak ingat lagi bagaimana rasanya, semuanya palsu..” kata Eunjung lirih.
“Menyenangkan bagimu? Bermain-main denganku? Jadi selama ini diam-diam kau menertawakan aku di belakang?”
“Benar, aku setiap hari menertawakan kebodohanmu!!!”
“Yah Ham Eunjung!!! Apa kau tahu kau sudah keterlaluan!!!”
Tangan Joongki mengepal seperti ingin memukulnya, Eunjung menutup matanya.
BUKKKKK…….
Terdengar suara keras, Eunjung membuka matanya perlahan. Joongki meninju dinding yang tepat berada di sampingnya, jari Joongki memar dan terluka karena menhantam dinding.
“Jangan pernah lagi bermain dengan perasaan orang lain, itu sangat menyakitkan.” Kata Joongki.
Joongki lalu berjalan pergi meninggalkan Loteng, Eunjung menarik napas. Jantungnya masih berdegup kencang, sungguh dia tidak meyangka Joongki akan semarah ini padanya.
Sebenarnya dia tidak berencana untuk memberitahu Joongki yang sebenarnya, bahwa selama ini dia hanya memperalat Joongki. Tapi hari ini Eunjung memang merasa kesal dan marah karena kejadian kemarin, jadi dia melakukan semua pelampiasan kemarahannya kepada Joongki.
Hari-hari yang berjalan selanjutnya seperti di neraka bagi Eunjung, entah mengapa sejujurnya dia merasa sangat bersalah pada Joongki. Setiap melihat Joongki dia cepat-cepat memalingkan wajah. Joongki juga tidak pernah lagi menyapa atau berbicara dengannya semenjak kejadian di loteng saat itu.
Eunjung merasa dia sedang membawa batu yang sangat besar dipunggungnya, merasa bersalah sungguh beban yang sangat besar. Dia sangat ingin mengucapkan kata “Mianhae” di depan Joongki, tapi dia tidak sanggup mengucapkannya. Kata itu seperti tersangkut di tenggorokannya dan tidak bisa keluar.
Sekarang malah Eunjung berharap dia cepat-cepat melewati kelulusannya yang sebentar lagi, mungkin saat dia sudah pergi jauh dan tidak pernah bertemu Joongki lagi, hatinya akan merasa lebih tenang.
-----
Donghae menatap Eunjung dari kejauhan, dia sedang duduk di bawah batang pohon yang rindang. Hari ini dia menemani Eunjung pergi ke makam ibunya. Donghae mulai memikirkan kejadian kemarin, dia sedikit terkejut, saat ayah tirinya menyuruhnya untuk ikut kuliah di luar negeri bersama Eunjung.
Sebentar lagi dia akan tinggal berdua saja dengan Eunjung, pergi keluar dari rumah ayah tirinya. Dia tidak akan melihat lagi wajah ibunya, Donghae merasa ini justru kebahagiaan yang akhirnya sampai di tangannya. Pergi jauh dari ibunya itu justru baik untuknya, dia sudah terlalu lama menanggung rasa sakit ini. Pergi jauh mungkin akan mengobatinya, apa lagi ada Eunjung di sampingnya.
Flash Back
Seseorang mengetuk pintu kamarnya, Donghae bangkit dari duduknya dan membuka pintu kamar. Dia sedikit terkejut melihat ayah tirinya yang mengetuk pintu.
“Ahjusii..” kata Donghae,
“Apa aku menganggumu? Boleh aku masuk sebentar.” Kata ayah tirinya.
Donghae mengangguk, ini adalah pertama kalinya ayah tirinya memasuki kamarnya.
“Kamarmu cukup nyaman.” Kata ayah tirinya sedikit berbasa-basi.
Ayah tirinya lalu duduk di tepi ranjang Donghae, dan Donghae menarik kursinya dan duduk di dekat ayah tirinya.
“Sebenarnya aku datang ke sini ingin memohon sesuatu padamu.” Kata ayah tirinya.
“Apa permintaan ahjussi?
“Apa kau sudah tahu, aku akan mengirim Eunjung ke luar negeri.” Kata ayahnya.
Donghae mengangguk, dia sudah mendengarnya dari Hyomin.
“Aku ingin kau menemaninya, menjaganya.” Kata ayah tirinya.
“Aku? “ kata Donghae masih terkejut.
“Aku tahu hubungan kita tidak terlalu akrab, tapi apa kau mau mengabulkan permintaanku ini. Hanya kau saja yang bisa aku percaya untuk menjaga Eunjung.”
Donghae mengangguk.
“Tenang saja ahjussi, aku akan menjaganya.”
End of Flash Back
Eunjung yang duduk di depan makam ibunya mulai bangkit, dia lalu berjalan mendekati Donghae yang sedang duduk di bawah pohon.
“Ayo kita pulang.” Kata Eunjung.
---------
Hyomin membuka pintu kamar Eunjung yang tidak di kunci, hari ini adalah hari kelulusan Eunjung dan Donghae dan mereka sudah bersiap-siap untuk pergi. Eunjung sedang memasukkan bajunya dalam koper, dia menoleh pada Hyomin yang sedang berdiri di depan pintu kamarnya.
“Sudah mau pergi?” Tanya Hyomin sambil tersenyum.
Eunjung tidak menjawab Hyomin, dan melanjutkan memasukkan barang-barangnya ke dalam koper.
“Kau tidak perlu cepat kembali, setiap liburan juga tidak perlu pulang ke sini. Bersenang-senanglah di sana.” Lanjut Hyomin.
“Kau tenang saja, aku memang berencana tidak akan pernah pulang walaupun saat libur.” Kata Eunjung.
“Begitu? Kalau begitu bagus lah, nikmati hari-harimu di sana.” Kata Hyomin riang.
“Tapi suatu hari aku akan kembali.” Kata Eunjung.
Eunjung lalu berdiri dan mendekati Hyomin.
“Aku akan kembali untuk merebut semuanya, saat aku kembali nanti kau harus bersiap-siap… “ kata Eunjung sambil menatap mata Hyomin.
“Persiapkanlah dirimu, saat aku kembali aku akan menjadi lebih kuat dan mengerikan dari sekarang. Sementara kau? Apakah akan selalu menjadi yang lemah dan bodoh?” lanjut Eunjung.
“Kau….” Hyomin mengepalkan tangannya menahan marah.
“Makanya Ham Hyomin..”
Eunjung mengelus rambut panjang Hyomin.
“Kau juga harus berubah, aku tidak sabar menanti lawan yang kuat, aku bosan dengan dirimu yang lemah.” Kata Eunjung.
“ Nanti aku akan kembali untuk menghancurkan keluarga ini..” Bisik Eunjung pelan di telinga Hyomin.
------
Hari ini pengumuman kelulusan, anak-anak kelas tiga bersorak sorai merayakan kelulusan mereka. Song Joongki menatap layar ponselnya,Message dari Donghae kalau dia dan Eunjung sudah berada di bandara, mereka sebentar lagi akan berangkat ke Paris.
Joongki membuka lokernya, sebuah amplop merah muda terjatuh dari sana. Joongki memungut amplop itu.
“Apa ini?” kata Joongki.
Joongki lalu membuka amplop tersebut, ada sebuah kartu kecil di sana yang bertuliskan sebaris kalimat.
Mianhae..Mianhae..Mianhae…
Aku sangat sulit mengucapkan kata-kata itu..
Sejujurnya aku sungguh merasa bersalah padamu..
Mianhe..Joongki-shi
Joongki masih memandang kartu itu, bahkan di kartu tersebut tidak di tulis nama pengirimnya. Tapi dia mengenali tulisan tersebut.
“Mengapa kau baru minta maaf sekarang..” gumam Joongki.
-----
Hyomin duduk terpaku di ranjangnya kata-kata Eunjung masih terus terngiang di telinganya, berulang-ulang tanpa henti.
“Kau juga harus berubah, aku tidak sabar menanti lawan yang kuat, aku bosan dengan dirimu yang lemah.”
TOK..TOK..TOK..
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya.
“Hyomin-ah apa kau di dalam?” terdengar suara ibunya dari luar.
“Ne..Omma..Masuklah, tidak di kunci” jawab Hyomin.
Tidak lama kemudian pintu kamarnya terbuka, ibunya berjalan memasuki kamar dan duduk di samping Hyomin.
“Mengapa kau tidak turun untuk makan?” Tanya ibunya lembut.
“Sedang tidak selera makan.” Kata Hyomin.
“Apa kau sakit?” Tanya ibunya sambil menyentuh dahi Hyomin.
Hyomin menggelengkan kepala, ibunya menghela napas.
“Ada apa denganmu? Harusnya kau senang, hari ini Eunjung pergi.” Kata ibunya.
“Dia sekarang pergi, tapi aku tetap tidak bisa bersenang-senang lagi.” Kata Hyomin.
“Apa maksudmu?” Tanya ibunya.
Hyomin menatap dinding yang ada di depannya.
”Suatu hari nanti dia kan kembali, aku tidak bisa hanya menjadi Hyomin yang sekarang, aku akan kalah darinya.” Kata Hyomin.
Ibunya menatap Hyomin, dia tidak pernah mendengar Hyomin bicara seserius ini.
“Aku tidak bisa manja lagi, aku harus berubah omma.. aku harus menjadi lebih kuat dan pintar.. bukan hanya seorang yang lemah dan bodoh..” gumam Hyomin.
“Siapa yang bilang begitu padamu? Eunjung? Dia benar-benar keterlaluan.” Geram ibunya.
“Dia benar.. kalau aku tetap seperti sekarang aku benar-benar akan kalah, dan aku tidak ingin dia tertawa lagi di depanku..menertawai kebodohanku, aku tidak ingin lagi.. aku takut omma..sangat takut sekarang.”
Ibunya memeluk Hyomin, dan mengusap rambut Hyomin lembut.
“Tidak ada yang perlu kau takutkan, ada omma yang terus berada di sampingmu.” Kata ibunya.
“Omma bantulah aku untuk berubah, aku sungguh ingin berubah..”
-----
Tujuh Tahun Kemudian
“Seoul, Korea Selatan”
Sesosok wanita anggun, langsing dan cantik berjalan memasuki sebuah Cafetarian, dia duduk di meja yang berada di dekat jendela. Di meja itu seorang pemuda tampan sedang duduk sambil menikmati kopinya.
“Kau baru datang? Ham Hyomin sepertinya sangat sibuk.” Kata Song Joongki pemuda tampan itu.
“Tadi aku baru selesai rapat.” Kata Hyomin.
“Jangan terlalu banyak bekerja, wajahmu bisa cepat keriput.” Canda Joongki.
Hyomin hanya tersenyum, dia lalu memesan kopi kepada pelayan. Selama tujuh tahun ini Hyomin sudah berusaha melupakan perasaannya pada Song Joongki, sekarang mereka hanya teman dekat tidak lebih. Walau hingga sekarang Hyomin masih yakin dia masih mencintai Joongki tapi buktinya selama tujuh tahun ini dia mampu menahan perasaannya terhadap Joongki.
Sekarang yang terpenting bagi Hyomin bukan masalah cinta, saat dia masih kecil impiannya hanya ingin menjadi isteri Song Joongki sebuah impian sederhana. Tapi sekarang situasi sudah berubah, Eunjung yang entah kapan kembali , dia harus mempersiapkan dirinya untuk bersaing dengan Eunjung.
Selama tujuh tahun ini Hyomin sudah banyak berubah, bukan lagi Hyomin yang manja dan cengeng seperti dulu. Hyomin banyak mengejar ketinggalannya, dia belajar keras tanpa lelah, dia ingin menjadi yang terbaik. Setelah lulus kuliah Hyomin menjabat sebagai menejer marketing di Hyundai Group perusahaan ayahnya. Dia ingin membuktikan pada ayahnya kalau dia tidak akan kalah dari Eunjung, dan suatu hari nanti Hyundai Group akan berada di tangannya.
“Temanku terus menanyakan tentangmu, aku harus bilang apa.” Kata Joongki.
“Aku benar-benar sibuk, tolong katakan pada temanmu untuk mencari wanita lain saja.”
“Kau benar-benar telalu serius, bahkan untuk kencan kau tidak punya waktu.” Kata Joongki.
“Aku tidak seperti oppa terus berganti-ganti teman kencan.” Ledek Hyomin.
“Benar juga.. aku yang sudah berganti-ganti juga tidak menemukan yang cocok.” Kata Joongki sambil tertawa.
Tidak lama kemudian kopi pesanan Hyomin datang, Hyomin lalu menyeruput kopinya.
“Bagaimana kabar Donghae sekarang?” Tanya Joongki.
“Entahlah, aku juga tidak pernah menghubunginya dan dia juga tidak pernah menghubungiku, tapi sepertinya dia kadang-kadang memberi kabar pada ayahku.” Kata Hyomin
Jujur saja dia menjadi tidak terlalu dekat dngan Donghae semenjak dia tahu kalau Donghae berada di pihak Eunjung.
“Begitu? Aku juga putus kontak dengannya sudah lama. Seperti apa dia sekarang? Sudah tujuh tahun berlalu.” Kata Joongki.
Hyomin tidak menjawab dan hanya terus menikmati kopinya.
Joongki lalu mengaduk-aduk kopinya dengan sendok, yang sebenarnya ingin dia tanyakan adalah bagaimana kabar Eunjung? Seperti apa Eunjung sekarang? Saat tahun-tahun awal Donghae berada di Paris, Joongki kadang-kadang menanyakan kabar Eunjung pada Donghae dan entah mengapa Donghae sepertinya enggan dan tidak suka saat dia bertanya mengenai Eunjung, tapi sekarang dia sudah putus kontak dengan Donghae, Donghae mengganti alamat emailnya juga nomor ponselnya.
-------
“Le Marais Paris, Perancis”
Sesosok wanita berambut pendek keluar dari kamar tidurnya, dia memakai kemeja putih berlengan panjang dan celana pendek. Rambut pendeknya sedikit berantakan karena baru bangun tidur, dia lalu berjalan menuju dapur tercium harum kopi dan mentega yang meleleh di atas roti panggang.
Lee Donghae yang memakai polo shirt biru sedang memanggang roti, rambutnya basah menandakan dia baru saja mandi, Donghae terlihat rapi dan tampan berbeda dengn penampilannya yang masih berantakan.
“Kau baru bangun?” Tanya Donghae saat melihat Eunjung yang berjalan ke arahnya.
Eunjung mengangguk, lalu dia mencuci tangannya dan mengambil roti yang baru di panggang Donghae.
“Matamu merah, kemarin kau lembur lagi?” Tanya Donghae lagi.
“Begitulah.” Jawab Eunjung pelan.
Dia duduk di kursi dan mulai memakan roti panggangnya.
“Di hari libur kita pergi ke mana? “ Tanya Donghae, ini adalah hari libur dan mereka berdua tidak bekerja.
“Tidak ke mana-mana, aku lelah.” Kata Eunjung.
Donghae membawa sepiring besar roti panggang dan seteko kopi dan meletakkannya di atas meja.
“Sebenarnya aku sedang memikirkan sesuatu..” kata Eunjung.
“Apa itu?” Tanya Donghae, dia duduk dan ikut menikmati sarapannya.
“Sudah saatnya kita kembali ke Korea, bukankah tujuh tahun di sini sudah terlalu lama…” kata Eunjung.
Donghae tertegun, sebenarnya dia lebih suka di sini bersama Eunjung, dari pada harus kembali ke Korea.
“Kau benar-benar ingin kembali?” Tanya Donghae.
Eunjung mengangguk.
“Hmm… aku sangat ingin kembali sekarang.. Appa juga sudah tahu dan menyetujuinya.” Kata Eunjung.
Eunjung melihat wajah Donghae yang terlihat sedikit kecewa.
“Mengapa? Kau tidak suka?” tanya Eunjung sambil menuang kopi.
Donghae tidak menjawab dan hanya terus memakan roti panggangnya, selama tujuh tahun Eunjung hidup berdua dengan Donghae. Selama tujuh tahun sebenarnya tanpa sadar Eunjung juga selalu bergantung pada Donghae, satu-satunya orang yang bisa dia percaya adalah Donghae dan mereka sekarang sepasang kekasih, ya Donghae sepupu tirinya sendiri menjadi kekasihnya tanpa sepengetahuan keluarga mereka.
Donghae menyatakan perasaannya dua tahun lalu dan Eunjung menerimanya, sebenarnya dia juga tidak tahu apa dia mencintai Donghae atau tidak, yang dia tahu hanya Donghae membutuhkannya dan juga dia membutuhkan Donghae. Selama hidup bersama, Donghae juga selalu sangat sopan padanya bahkan terlalu sopan, selama dua tahun mereka pacaran Donghae hanya pernah memeluknya atau memegang tangannya, kalau di lihat hubungan mereka sebenarnya lebih mirip hubungan dua orang sahabat dari pada orang yang sedang pacaran.
------
Eunjung mengeringkan rambutnya dengan handuk, lalu dia membuka pintu beranda apartemennya. Semilir angin yang sejuk menerpa wajah Eunjung, dia menutup matanya dan menikmati suasana ini, hingga tiba-tiba seseorang mendekapnya dari belakang.
Lee Donghae… Eunjung tersentak kaget, walaupun mereka sepasang kekasih sebenarnya dia merasa sedikit janggal dan tidak nyaman saat bersentuhan dengan Donghae. Walaupun dia dan Donghae sudah sangat dekat.
“Kau benar-benar ingin pergi?” kata Donghae.
“Tentu saja, aku sudah lama menantikannya.” Kata Eunjung.
Donghae mempererat pelukannya, kedua lengannya melingkar erat di pinggang Eunjung.
“Aku lebih bahagia di sini, hanya kita berdua saja. Bagiku asal sudah ada kau itu sudah cukup, aku ingin terus seperti sekarang.” Kata Donghae pelan.
Eunjung melepas pelukan Donghae, lalu dia berbalik dan menatap Donghae.
“Apa maksudmu? Bukankah kau selalu mendukungku dan berada di pihakku? Apa kau sudah lupa tujuan kita?”
Donghae menatap Eunjung.
“Apa kau tidak bahagia dengan keadaan sekarang? , di sini bersama denganmu membuatku lebih tenang, mengapa kau tidak melupakan saja semuanya. Kita sudah punya kehidupan di sini.” Kata Donghae.
“Donghae-ah sepertinya aku salah menilaimu, bagaimana kau bisa melupakan tujuan kita? Bukankah kau juga ingin menghancurkan ibumu itu? Bukankah kau juga membencinya? Mungkin kau bisa melupakan semuanya, tapi tidak denganku, selama ini aku selalu berpikir kita sama, tapi rupanya kita berbeda…”
Donghae hanya diam, Eunjung menatap mata Donghae.
“Aku tidak akan pernah rela Ibumu dan Hyomin menikmati harta Hyundai Group sendirian.” Kata Eunjung.
“Jujurlah padaku, tujuanmu itu balas dendam atau karena kau mulai menginginkan Hyundai Group menjadi milikmu?” Tanya Donghae.
“Aku menginginkan keduanya dan aku berhak mendapatkannya.” Jawab Eunjung.
Eunjung lalu kembali masuk ke dalam ruangan, Donghae menghela napas dan melihat atap-atap rumah dan pemandangan jalan dari beranda. Sampai sekarang pun dia tidak bisa mendapatkan hati Eunjung, yang Eunjung pikirkan hanyalah balas dendam. Bagi Eunjung balas dendam tentu lebih penting dari dirinya.
“Kau tetap selalu egois..Ham Eunjung..” gumam Donghae
----
Song Joongki memasuki bandara bersama sekretarisnya, hari ni dia menjemput klien penting dari Paris. Mereka hampir terlambat untuk menjemput karena pesawat dari Paris baru saja tiba, dia tidak ingin mengecewakan kliennya.
Dia dan sekretarisnya menunggu di terminal kedatangan, tidak lama kemudian orang-orang mulai bermunculan, mata Joongki mencari-cari “Mr. Bailey “ nama kliennya tersebut.
Seorang wanita cantik berambut pendek dan memakai sunglasses berjalan melewati pintu terminal, dia memakai jins dan blus berwarna krem. Wanita itu menarik troli yang berisi koper dan tasnya .
Wanita itu terus berjalan dan mendorong troli melewati Joongki, dia adalah Eunjung. Mata Joongki terus mencari-cari kliennya tersebut, dia tidak menyadari bahwa wanita yang berjalan melewatinya tadi adalah Eunjung dan Eunjung juga tidak menyadari kalau dia baru saja melewati Joongki.
Wajah Joongki tersenyum saat melihat sosok kliennya berjalan melewati pintu terminal, Joongki dan sekretarisnya bergegas mendekati kliennya tersebut.
“Agashi.” Sekretaris Park berjalan mendekati Eunjung.
Hari ini Eunjung di jemput oleh sekretaris ayahnya, sekretaris Park adalah pria yang umurnya hampir sama dengan ayahnya.
Eunjung membungkuk hormat dan Sekretaris Park juga membungkuk hormat pada Eunjung. Joongki menoleh sekilas pada Eunjung dan Sekretaris Park tapi dia masih tidak menyadarinya, lalu dia kembali menatap kliennya.
------
Pelayan mengeluarkan koper dan tas Eunjung dari bagasi mobil, Eunjung menatap rumah yang ada di depannya. Rumah ini belum berubah dari luar masih kokoh dan megah. Eunjung melangkah memasuki rumah dan melihat-lihat, dekorasi rumah ini sudah berubah, tidak sama dengan saat dia terakhir kali berada di sini.
Kenangan masa lalu berkelebat di benaknya, saat dia melewati ruang keluarga dia mulai teringat kenangan saat ayahnya tidak mempercayai ucapannya, sat ibu tirinya, Hyomin dan semua pelayan bekerjasama untuk menjatuhkannya. Tapi sekarang dia sudah kembali, dia bukan lagi gadis kecil yang hanya bisa mengancam lewat kata-kata, dia adalah wanita dewasa yang akan melakukan segala rencananya lewat tindakan.
“Kau sudah tiba?” terdengar suara berat pria.
Eunjung menoleh, itu ayahnya. Ayahnya masih sama seperti dulu, tapi sekarang semua rambutnya hampir memutih, dan kerutan semakin jelas di wajahnya.
“Appa..” kata Eunjung.
Dia berjalan mendekati ayahnya, lalu dia memeluk ayahnya itu. Ayahnya menepuk punggungnya lembut. Eunjung lalu melepas pelukannya, menatap wajah ayahnya yang tersenyum.
“Mana Donghae?” Tanya ayahnya.
“Donghae masih ada urusan pekerjaan di Paris, dia akan menyusul dan pulang tiga hari lagi.” Kata Eunjung.
“Begitu? Apa kau sudah makan?”
“Aku sudah makan di pesawat.”
Terdengar suara langkah kaki mendekat, wanita tinggi dan langsing berjalan mendekati mereka, dari cara dia berjalan terlihat sangat anggun menunjukkan dia berasal dari kelas atas, walaupun dia sudah di makan usia garis-garis kecantikan masih terpancar jelas dari wajahnya. Eunjung menatap wanita itu, sudah lama sekali dia tidak melihat ibu tirinya.
“Kejutan, akhirnya kau kembali.” Kata ibu tirinya sambil tersenyum palsu.
“Tentu, apa ini kejutan yang besar untukmu?” kata Eunjung membalas senyuman ibu tirinya.
“Kau semakin cantik saja, kau sudah dewasa.” Lanjut ibu tirinya.
“Begitu pula dengan ahjumma…” jawab Eunjung .
Walau keduanya berbicara dengan nada manis dan saling tersenyum tapi dari sorot mata tidak bisa dibohongi keduanya saling berpandangan tidak suka.
“Sepertinya Eunjung lelah, biarkan dia beristirahat di kamarnya.” Kata ayahnya.
“Benar, naiklah ke atas. Kamarmu sudah dibersihkan dan di siapkan pelayan.” Kata Ibu tirinya dengan tutur kata lembut.
Eunjung menatap ibu tirinya sekilas, lalu dia menatap ayahnya dan tersenyum.
“Appa aku ke kamarku dulu.”
Ayahnya mengangguk.
Eunjung menaiki tangga, dan berjalan menuju kamarnya, saat ingin memasuki kamar dia menatap pintu kamar Hyomin yang berada di sebelah kamarnya, apa Hyomin ada di rumah?
Eunjung memutar kenop pintu perlahan, tidak di kunci. Eunjung mengintip ke dalam kamar, tidak ada Hyomin di dalam sana. Kamar itu kosong, Eunjung lalu menutup kembali pintu kamar Hyomin.
“Kau mencariku?”
Terdengar suara yang sudah lama dia tidak dengar, Eunjung menoleh dia melihat Hyomin berjalan mendekatinya. Tujuh tahun tidak bertemu Hyomin juga sudah berubah menjadi sosok wanita dewasa, ,dia sangat cantik dan semakin mirip dengan ibunya membuat Eunjung semakin muak saat menatapnya.
“Lama tidak bertemu..” kata Hyomin lirih.
Dia memandang Eunjung dari atas ke bawah.
“Kau tidak menyangka aku akan kembali bukan?” kata Eunjung.
“Benar, aku sedikit terkejut.” Jawab Hyomin tenang.
“Apa kau sudah siap untuk menangis lagi?” Tanya Eunjung.
“Aku tidak cengeng lagi seperti dulu, apa kau tidak tahu? Aku sudah berubah, karena kata-katamu aku banyak berubah, aku tidak sabar menunggu persaingan kita.” Jawab Hyomin.
“Begitu? Mari kita lihat seberapa banyak kau sudah berubah.” Kata Eunjung sambil tersenyum.
Eunjung lalu berjalan memasuki kamarnya, tidak ada yang berubah dari kamar ini masih seperti dulu. Eunjung mulai membereskan barang-barang di dalam koper dan tasnya, tapi saat meraih tas hitam dan membuka isinya itu sama sekali bukan tas miliknya.
“Apa tasku tertukar?” gumam Eunjung.
-------
Eunjung berbaring di ranjangnya sambil menatap langit-langit kamar, dia benar-benar lelah. Dia tadi kembali ke bandara lagi karena tasnya tertukar dengan penumpang pesawat yang lain.
Eunjung merasa ponsel yang ada di saku celana jinsnya bergetar, dia merogoh saku celana dan mengambil ponselnya, telepon dari Donghae.
“Yoboseyo?” kata Eunjung.
“Eunjung-ah kau sudah tiba?” Tanya Donghae lembut.
“Hmm..baru saja..”
“Aku merindukanmu..” kata Donghae pelan.
Eunjung hanya terdiam beberapa saat, hingga dua tahun mereka pacaran bahkan dia masih merinding jika Donghae mulai berbicara seperti ini.
“Aku juga..” jawab Eunjung hanya sekedar basa-basi.
Bip..bip..
Eunjung melihat monitor ponselnya, ada nomor lain yang tidak di kenal berusaha menghubunginya.
“Donghae-ah ada orang lain yang meneleponku, aku matikan dulu..ne”
Eunjung lalu memutuskan sambungan teleponnya dari Donghae dan mengangkat telepon dari nomor yang dia tidak kenal.
“Yoboseyo..” terdengar suara pria dari ujung telepon.
“Ne..yoboseyo..ini siapa?”
“Apa kau pemilik tas yang tertukar?”
tadi Eunjung memang meninggalkan nomor ponselnya di bandara, agar pemilik tas yang tertukar bisa menghubunginya.
“Iya..benar..”
--------
Eunjung melirik jam tangannya, ini sudah lewat 30 menit dari jam yang sudah ditentukan untuk bertemu, pemilik tas yang tertukar belum juga datang. Eunjung mengaduk-aduk strawberry floatnya dengan kesal. Tidak lama kemudian sesosok pria tampan membawa tas hitam besar berjalan mendekati Eunjung.
“Permisi, apa kau pemilik tas ini?” pria tampan itu mengulurkan tas yang di bawanya.
Eunjung menoleh pada sumber suara tersebut, matanya saling bertatapan dengan orang tersebut. Walau sudah tujuh tahun berlalu, wajah itu masih begitu familier dan masih dia kenal.
“Song Joongki-shi..” kata Eunjung terkejut.
Pria di depannya membeku sesaat, memperhatikan Eunjung lalu dia tiba-tiba tersentak kaget.
“Eunjung? apa itu kau?”
Joongki dan Eunjung sekarang duduk saling berhadapan, rupanya tas Eunjung tertukar dengan tas Mr.Bailey klien Joongki.
“Sudah lama sekali, aku berpikir kau tidak akan kembali lagi dari Paris.” Kata Joongki sambil nyengir.
Cara Joongki tersenyum sama sekali tidak berubah.
“Aku harus kembali, aku akan membantu mengurus perusahaan appa.” Kata Eunjung.
“Ah bersama Hyomin? Aku senang kau kembali, apa Donghae juga pulang?”
“Dia pulang tiga hari lagi, dia masih ada urusan kerja di Paris. Kau sendiri, bagaimana denganmu?”
“Aku sekarang mengurus bisnis Real Estate, belum terlalu besar tapi Mr.Bailey akan mengadakan kerjasama dengan kami.” Jawab Joongki.
“Oh..begitu..” kata Eunjung canggung, dia bingung harus bicara apa lagi dengan Joongki.
Mereka lalu terdiam beberapa caat, suasana canggung saat ini begitu terasa di antara mereka berdua.
“Tujuh tahun lalu, gumawo kau akhirnya minta maaf padaku, walaupun hanya lewat tulisan. Tapi aku sangat senang, aku tidak menyangka kau sangat menyesal.” Kata Joongki.
“Kalau aku tidak minta maaf padamu, aku tidak akan pernah merasa tenang.”
Mereka berdua lalu saling diam lagi, kadang-kadang saling berpandangan sekilas.
“Kalau aku kapan-kapan mengajakmu makan malam apa kau akan menolak?” Tanya Joongki.
“Hmm..boleh saja.” Kata Eunjung.
“Ah benarkah? aku pikir kau akan menolaknya lagi, aku harus pergi dulu masih ada urusan lain. Kapan-kapan kita pergi makan bersama.” Kata Joongki .
Setelah mereka berdua bertukar nomor ponsel , Joongki lalu melangkah pergi, dari balik jendela Eunjung masih melihat Joongki yang melambaikan tangannya dari luar, Eunjung sendiri terkejut dia tidak menolak ajakan Joongki untuk makan malam, dia merasa dia sendiri tidak tega untuk menolak, kalau ingat perlakuannya dulu terhadap Joongki, tidak ada salahnya sekarang dia mencoba bersikap lebih baik.
-------
Eunjung melangkahkan kakinya menyusuri koridor Hotel, Donghae baru tiba kemarin tapi dia tidak pulang ke rumah melainkan menginap di Hotel, tadi pagi Donghae menelponnya menyuruhnya datang. Eunjung berhenti di kamar nomor 2050, dan dia mengetuk pintu.
TOK..TOK.TOK..
Donghae membukakan pintu, rambut Donghae agak berantakan sepertinya dia baru bangun dari tidur siang. Eunjung melangkah memasuki kamar, Donghae lalu menutup pintu kamarnya.
“Mengapa kau tidak pulang ke rumah?” Tanya Eunjung sambil meletakkan tasnya di atas meja.
“Rasanya canggung untuk pulang.” Jawab Donghae.
“Appa menyuruhmu pulang.” Kata Eunjung .
“Benarkah? kalau begitu besok aku pulang.”
Eunjung melirik desain bangunan di kertas putih yang ada di atas meja, Eunjung meraih kertas itu dan memandanginya.
“Kau sudah dapat tawaran kerja ? secepat ini? Siapa yang mengontrakmu?” Tanya Eunjung.
Donghae adalah seorang arsitek.
“Perusahaan Wraps, dia menghubungiku saat aku masih di Paris untuk mendesain kantornya yang baru.”
“Wraps? Itu perusahaan saingan Hyundai bukan?”
Donghae mengangguk. Eunjung meletakkan kertas gambar itu kembail ke meja, lalu berjalan mendekati jendela, dia melihat pemandangan dari jendela kamar Hotel.
“Kau tidak langsung pulang ke rumah apa karena kau tidak nyaman karena harus bertemu ibumu?” tanya Eunjung sambil melihat ke luar jendela.
“Begitulah, sudah sekian lama aku tidak melihat wajahnya dan merasa tenang. Tapi kalau melihatnya lagi mungkin aku akan merasa sakit lagi.”
Eunjung hanya diam Donghae sudah menceritakan semua masa lalunya pada Eunjung dan dia mengerti bagaimana perasaan Donghae sekarang, Eunjung masih berdiri di dekat jendela.
“Eunjung-ah..kapan kita harus mengatakan yang sebenarnya?” Tanya Donghae.
Eunjung mengalihkan pandangannya dari jendela dan menatap Donghae.
“Maksudmu?” Tanya Eunjung.
“Hubungan kita, kapan kita harus menceritakan hubungan kita pada ayahmu? Kalau selama dua tahun ini kita diam-diam pacaran?”
“Mwo? Jangan bilang kau berniat ingin mengatakannya. Aku tidak berencana ingin mengatakan hubungan kita pada siapa pun.”
“Kau benar-benar tidak berniat ingin menjelaskan tentang hubungan kita?” kata Donghae lagi.
“Lee Donghae apa yang kau pikirkan? Apa kau berpikir aku pulang ke Korea untuk mengatakan hubungan kita? Aku punya tujuan lebih penting, bukankah kau yang paling mengerti diriku?”
Donghae berjalan mendekati Eunjung.
“Kadang-kadang aku berpikir kau tidak pernah menganggapku Ham Eunjung, apa menurutmu hubungan kita dua tahun terakhir ini tidak penting?”
“Aku rasa aku tidak perlu menjawabnya, bukankah kau tahu apa yang paling penting bagiku?”
Donghae meletakkan kedua tangannya di bahu Eunjung, dia mendekatkan wajahnya ke wajah Eunjung, lalu mulai memiringkan kepalanya dan mendekatkan bibirnya, tapi Eunjung memalingkan wajah. Donghae menegakkan kepalanya kembali.
“Lihatlah, kau selalu begini? Kau selalu seperti ketakutan saat aku ingin menyentuhmu, kau selalu menolakku…” kata Donghae.
“Aku harus pulang, ada urusan lain. Aku tidak menyangka kau menuruhku datang cuma ingin membicarakan ini.” Kata Eunjung sambil berjalan lalu meraih tasnya yang ada di atas meja.
“Apa kau tahu? Selama dua tahun aku berusaha menahan diri, aku berusaha untuk tidak menyentuhmu. Karena kau selalu terlihat takut dan tidak nyaman, apa kau tidak mencintaiku? Apa selama tujuh tahun kita hidup bersama tidak sedikit pun kau punya perasaan padaku? Apa aku cuma dianggap mainan olehmu?”
Eunjung terdiam sejenak, lalu dia membalik badannya dan menatap Donghae.
“Kau sudah selesai bicara? Aku pergi dulu.” Kata Eunjung.
“Apa kau mencintaiku atau tidak!!!” suara Donghae seperti ingin membentaknya.
“Donghae-shi bersikaplah dewasa, mengapa kau meributkan masalah kecil seperti ini?”
Donghae hanya diam dan menatap Eunjung. Mata mereka berdua sekarang saling bertatapan.
“Baiklah kalau kau ingin benar-benar ingin tahu, jujur saja aku memilih untuk bersamamu karena kita berdua sama-sama kesepian, juga memiliki tujuan yang sama. Aku tidak tahu aku mencintaimu atau tidak tapi aku sudah membuat pilihan untuk bersamamu, apa itu saja tidak cukup untukmu?”
Donghae diam dan tidak menjawab.
"Kalau kau sudah merasa lelah denganku, kau boleh pergi dari sisiku. Aku tidak akan pernah menahanmu pergi." lanjut Eunjung.
Eunjung lalu berjalan pergi, tangannya baru ingin membuka kenop pintu. Tapi dia merasa seseorang menumburnya dari belakang, Donghae memeluknya dari belakang.
"Jangan pernah menyuruhku pergi dari sisimu Eunjung-ah.. kau tahu aku sangat mencintaimu.."
-----
Hyomin mengetik laporan di laptopnya, dia mendengar pintu kamarnya sedikit berderit karena seseorang membukanya. Hyomin menoleh, itu ibunya. Ibunya menutup daun pintu perlahan dan mendekati Hyomin.
“Masih bekerja? Kau harus istirahat.” Kata ibunya.
“Sebentar lagi selesai.” Kata Hyomin.
Ibunya mendekati Hyomin dan mengelus kepala Hyomin.
“Kau sudah berusaha keras Hyomin-ah, selama tujuh tahun selalu berusaha keras. Kau pasti akan mendapatkan apa yang kau inginkan.” Kata ibunya.
“Omma tenang saja, aku akan menang darinya.” Kata Hyomin.
“Tentu, aku percaya padamu. Kau adalah harapanku satu-satunya.” Kata ibunya lembut.
“Aku dengar dari appa, Donghae oppa sudah pulang. Apa menurut omma Donghae nantinya akan membantu Eunjung untuk urusan Hyundai?”
“Sepertinya begitu, Eunjung itu licik. Dia pasti akan menggunakan Donghae untuk kepentingannya. Sudah jangan dipikirkan Hyomin-ah.”
Hyomin mengangguk, Ibunya lalu keluar dari ruangan kamarnya, Hyomin memperhatikan punggung ibunya hingga hilang dari pandangannya.
“Dan aku sendiri takut omma…..aku takut kau sama seperti Eunjung…” gumam Hyomin.
“Aku takut sebenarnya aku ini hanya alat yang digunakan olehmu, takut kau hanya memanfaatkan aku…”
-----
Eunjung memasuki ruang kerjanya, dia melihat sebuah kotak merah besar ada di atas meja. Eunjung mendekati kotak tersebut dan membukanya, isinya coklat dan ada sebuah kartu di sana.
Makanlah coklat sebelum bekerja,
Itu akan membuatmu lebih rileks.
Di setiap coklat ada petunjuk.
Kau harus menghabiskan semuanya.
Kau tidak takut gendut bukan? Hehehehehe
Song Joongki
“Tidak berubah, masih selalu kekanak-kanakan.” Kata Eunjung sambil memandang coklat itu.
Eunjung mengambil sebutir coklat dan menggigitnya sedikit, ada kertas putih menyembul dari coklat itu. Eunjung menarik gulungan kertas itu dan membukanya, di kertas itu tertera angka 9.
“Dia mencoba bermain puzzle?” kata Eunjung.
Dia harus memakan semua coklat ini dan menemukan bagian-bagian kata untuk di susun. Eunjung memandang kertas kecil yang bertuliskan angka 9 itu.
“Angka 9 ini apa maksudnya? Apa mengajak bertemu pukul 9?”
-------
Hyomin duduk di ruang rapat, dia memainkan bolpoin yang ada di tangan dengan memutar-mutarnya. Hyomin berhenti memutar bolpoin saat dia melihat Eunjung memasuki ruangan, Eunjung duduk di kursi yang ada di seberangnya.
Ayahnya juga sudah memasuki ruangan dan duduk di kursi direktur. Dan semua kursi di ruang rapat mulai di penuhi orang-orang penting di perusahaan.
“Tujuan aku mengumpulkan kalian adalah untuk membicarakan masalah salah satu pabrik kita…” kata Ham Kun Hee.
Mereka semua hening menunggu Ham Kun Hee melanjutkan kata-katanya.
“Tentu kita semua sudah tahu Hyundai Group selama 23 tahun menguasai pasar Elektronik di Korea, tapi saingan sekarang semakin banyak. Salah satu produk Hyundai Group yang tidak sukses di pasaran adalah telepon genggam.”
Ham Kun Hee mengeluarkan ponsel dari sakunya.
“Produk kita ini tidak bisa bersaing di pasaran. Aku ingin mendengar pendapat kalian untuk mengatasi masalah ini."
Ham Kun Hee memandang berkeliling pada orang-orang yang berada di ruang rapat.
" Kalau boleh aku terlebih dulu ingin mendengar pendapat dari Ham Eunjung Agashi.” Kata Ham kun Hee sambil memandang puterinya.
Hyomin memandang Eunjung, tidak sabar ingin mendengar pendapat lawannya. Eunjung lalu berdiri menatap orang-orang yang ada di sekeliling ruangan, dan terakhir matanya menatap Hyomin.
“Aku sudah melihat data perusahaan kita, pabrik telepon genggam Hyundai Group memiliki 1239 karyawan, tapi karyawan yang aktif hanya setengahnya, ini di karenakan produksi telepon genggam Hyundai yang semakin hari semakin menurun karena permintaan pasar yang sedikit, bukankah itu pemborosan yang sangat banyak? Pabrik telepon genggam di bangun sembilan tahun lalu, dan selama sembilan tahun angka penjualan terus merosot, pendapatan yang kita dapatkan selalu minus untuk menutupi gaji 1239 karyawan, jadi menurutku…..”
Eunjung memandang mata ayahnya.
“Mengapa kita tidak menutup pabrik yang mengecewakan itu? Kita harus lebih fokus pada pabrik utama Hyundai yang lebih menghasilkan.” kata Eunjung, dia lalu duduk setelah menyatakan pendapatnya.
Sorot mata Ham Kun Hee sedikit kecewa mendengar jawaban Eunjung. Hyomin lalu berdiri dia ingin menyatakan pendapatnya.
“Kalau bisa, aku ingin mengajukan pendapatku.” Kata Hyomin.
“Silakan.” Kata Ham Kun Hee.
“Nona Ham Eunjung-shi pendapatmu adalah menutup pabrik, tapi apa kau tahu apa motto dari perusahaan kita? Salah satu dari motto perusahaan kita adalah melindungi seluruh karyawan Hyundai Group tidak peduli apa posisi mereka penting atau hanya pekerja biasa. Kalau kita berpikiran egois menutup pabrik memang hal yang mudah, tapi bagaimana dengan kehidupan 1239 karyawan yang bergantung pada pabrik itu?”
Eunjung menatap mata Hyomin.
“Mengapa kita tidak mengadakan survei? Melakukan penelitian apa yang menyebabkan telepon genggam Hyundai tidak bisa bersaing di pasaran. Kita akan melakukan survei dengan membagikan selebaran dari jalan ke jalan, menayakan apa pendapat konsumen kekurangan dan kelebihan dari telepon genggam Hyundai, juga menanyakan minat konsumen terhadap telepon genggam adalah yang seperti apa? Menurutku itu adalah cara yang lebih baik, bukan hanya berpikiran sempit ingin menutup pabrik karena dianggap tidak berguna. Kehidupan 1239 karyawan, kita tidak bisa menganggapnya remeh.” Lanjut Hyomin.
Semuanya yang di ruangan rapat mengangguk tanda setuju dengan yang di katakan Hyomin, dan Ham Kun Hee juga terlihat puas dengan jawaban Hyomin.
“Aku rasa usul Ham Hyomin Agashi itu bagus, dan aku mempunyai sebuah ide.” Kata Ham Kun Hee.
“Setelah kita melakukan survei dan mendapatkan hasilnya, kita akan memproduksi telepon genggam baru sesuai keinginan konsumen, aku akan membagi dua tim, yaitu tim Eunjung dan tim Hyomin. Masing-masing tim akan memperoduksi telepon genggam Hyundai jenis baru, dan kita akan lihat tim mana yang bisa meningkatkan angka penjualan.” Kata Ham Kun Hee lagi."
Eunjung menunduk, ayahnya sengaja membagi dua tim untuk melihat perbandingan antara kemampuannya dan kemampuan Hyomin, dia tidak boleh kalah dari Hyomin.
“Rapat kita akhiri di sini.” Lanjut Ham Kun Hee.
--------
Semua orang sudah meninggalkan ruangan rapat kecuali Eunjung dan Hyomin, Eunjung membereskan map yang berisi data perusahaan yang ada di depannya.
“Aku pikir lulusan dari universitas Paris akan sehebat apa..” kata Hyomin sambil menatap Eunjung.
Eunjung pura-pura tidak melihat Hyomin dan terus membereskan mapnya.
“Rupanya kau bukan apa-apa, kau tidak sehebat yang aku pikir. Persaingan kita nanti aku akan yang akan menang.” Kata Hyomin tersenyum.
Lalu Hyomin pergi meninggalkan ruangan rapat. Eunjung mengatur napasnya yang memburu karena marah dan kesal.
Hyomin memang sudah berubah, dia selama ini selalu menganggap remeh Hyomin. Di persaingan kali ini dia harus lebih serius, kalau tidak ayahnya akan melihat kalau Hyomin punya potensi yang lebih baik darinya.
Selama ini dia hanya menganggap Hyomin lawan yang lemah, selama tujuh tahun Hyomin sudah berkembang sejauh ini, bagaimana dengan dirinya? Sekarang Hyomin sudah berubah menjadi rival terberatnya…..
To be continued……
1x klik = Rp 250,- Donate Anda
Senin, 28 November 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar