WARNING: DI LARANG COPAS TANPA SEIZIN AUTHOR APA LAGI TANPA MEMBERI CREDIT!!!
Cast:
- YUI ( Yoshioka Yui )
- Lee Seung Gi
- Jang Geun Seok
- Go Hara ( KARA )
- Ham Eunjung ( T-ARA )
Genre: Drama,Romance, Comedy
Length: 1-5
Menejernya menatap Geun Seok heran.
“Mengapa kau tiba-tiba sakit perut?”
“Pokoknya batalkan saja semua jadwal pemotretan. Aku tidak tahan mau ke toilet lagi.”
Geun Seok memasuki toilet. Menejernya mengetuk pintu toilet.
“Apa perlu aku bawakan obat, apa kau tidak apa-apa?”
“Tidak apa-apa ini karena kebanyakan makan Ddeokbokki.”
“Bukankah kau tidak tahan makanan pedas?, mengapa makan Ddeokbokki?”
---
Yui meletakkan kopi di atas meja dan selembar kertas. Seung Gi melirik kertas tersebut.
“Apa ini?” Seung Gi melihat kertas itu.
“Itu konsep cerita yang akan aku tulis, tolong dibaca.” Kata Yui.
“Benar-benar tidak putus asa, aku baca sebentar saja.”
Seung Gi membaca lalu melirik Yui.
“Bagaimana?, bagus kan?, sangat bagus kan?”
“Mengapa begitu percaya diri?, aku belum bilang apa-apa.”
“Jadi bagaimana?”
“Tanda tangan kontrak saja.”
“Benarkah, aku bilang juga apa. Tapi tunggu dulu apa kau sudah gila?”
“Siapa yang gila, aku hanya kasihan padamu.”
“Dulu bilang kalau kau mau artinya kau sudah gila dan hilang kewarasan siapa yang bilang begitu?”
“Kalau tidak mau batal saja!”
“Aku tidak bilang tidak mau, sekarang aku sudah jadi penulismu juga kontrak sebagai penulis, kontrak jadi pembantu dibatalkan saja.”
“Lalu mobilku yang kau rusak bagaimana?”
“Aku dapat bayaran sebagai penulis, akan aku ganti.”
Yui mengambil surat kontrak pembantunya lalu merobeknya.
“Yang kau simpan itu robek juga, sudah tidak berlaku lagi.”
“Memang suka seenaknya sendiri.” Kata Seung Gi
----
Geun Seok memencet bel, merapikan rambut dan bajunya sambil bersiul. Yui membukakan pintu.
“Apa Seung Gi ada?” Tanya Geun Seok.
“Baru saja pergi.”
Geun Seok masuk ke dalam.
“Siapkan aku minuman.”
“Aku bukan pembantu lagi di sini, jadi aku tidak melayanimu.”
“Jangan bercanda, aku haus sekali. Nanti aku laporkan pada Seung Gi kau tidak melayani tamu.”
“Laporkan saja, aku akan batalkan kontrak lalu drama barumu juga akan gagal.”
“Maksudmu apa?”
“Aku adalah penulis skenario yang baru, kau tidak tahu?”
“Apa kau?, bagaimana bisa?”
Yui tertawa.
“Makanya baik-baiklah padaku, ambilkan aku minuman.” Yui duduk santai di sofa.
Geun Seok membawakan Yui segelas jus jeruk.
“Mengapa sekarang aku yang jadi pembantu?’ kata Geun Seok.
Yui meminum jus jeruknya.
“Dari awal melihatmu aku sudah tahu kau bukan gadis biasa.” Kata Geun Seok.
“Sebentar lagi kau pasti ingin memujiku, tapi memboroskan waktu langsung bicara intinya saja.”
“Dari luar kelihatannya polos tapi rupanya sangat pintar, intinya aku akan memberi kehormatan padamu.”
“Kehormatan apa?”
“Kehormatan untuk kencan denganku, tapi kau jangan berharap lebih. Hanya kencan saja, aku mungkin akan membawamu kencan beberapa kali.”
“Benarkah, aku sangat ingin.” Kata Yui.
“Jadi kau mau?, sudah kuduga.” Geun Seok tersenyum.
“kau berharap aku mengatakan itu?, mimpi saja. Kehormatan apa itu?, menganggap kau begitu hebat?. Kau berharap aku seperti gadis kebanyakan yang kau ajak kencan lalu kau tinggalkan?”
“Jadi kau tidak mau?”
“Tentu saja tidak mau, kau pikir aku suka denganmu?, sama sekali tidak.” Yui tersenyum.
“Kalau begitu aku beri kehormatan lebih tinggi, jadi pacarku saja.”
Yui tertawa lebih keras.
“Mengapa begitu tebal muka, kencan saja juga ditolak kau pikir aku mau jadi pacarmu?”
“Aku pikir ini salah satu tak-tikmu, kau tidak ingin cuma di ajak kencan tapi ingin lebih, aku benar kan?”
“Kau berharap aku akan jadi gadis yang menjerit kegirangan bagaikan mendapat harta jatuh dari langit?, Lalu setelah kencan berapa kali, kau akan memutuskan hubungan dan membuangku, tapi bagaimana lagi aku lebih memilih jadi gadis keren yang menolakmu dan membuangmu duluan.”
“Aku tidak menyangka kau akan mengatakan hal yang kejam seperti ini padaku.”
“Tentu saja, bukankah kau sendiri yang bilang aku bukan gadis biasa?”
Keringat dingin Geun Seok mulai turun.
“Memang hebat, baru kali ini aku merasa segugup ini.” Kata Geun Seok.
“Sepertinya kau tidak datang untuk mencari Seung Gi, aku banyak kerjaan, mengapa tidak pulang?”
Geun Seok bangkit dari duduknya berjalan menuju pintu.
“Yoshioka Yui lihat saja nanti, kau berbeda dari yang lain, aku akan mengejarmu dan kali ini aku serius.” Kata Geun Seok.
-----
Seung Gi menuju meja makan tidak ada apa-apa di atas meja, Seung Gi mengetuk pintu kamar Yui. Yui membuka pintu.
“Ada apa?” kata Yui.
“Sudah jam segini belum menyiapkan sarapan!”
“Apa kau sudah lupa?, aku adalah penulismu bukan pembantumu lagi.”
“Tapi kau tetap makan dan tidur di sini harusnya tahu sedikit sopan santun, paling tidak membersihkan rumah dan menyiapkan sarapan.”
“Kalau begitu apa bedanya aku jadi penulis dan pembantu?, tenang saja aku akan bayar sewa kamar ini tidak akan makan dan numpang tidur gratis.”
“Kalau begitu mana uangnya.” Seung Gi menyodorkan tangannya.
“Potong saja dari bayaranku.” Yui menutup pintu.
“Aish….aku lapar!!” Seung Gi berteriak.
----
Seung Gi menuju tempat parkir, Yui sudah menunggu di depan mobil.
“Sedang apa kau di sini?”
“Bukankah hari ini ada rapat para pemain dengan para kru, aku adalah penulis skenario tentu saja aku harus ikut.”
“Tidak ikut juga tidak apa, aku akan menjelaskan konsepnya lewat tulisanmu kemarin. Kau cukup mengetik saja di rumah.”
“Aku mau ikut, aku harus ikut.”
----
Geun Seok memasuki ruang rapat. Pandangannya tertuju pada Yui yang duduk di samping Seung Gi.
“Kau juga datang?” kata Geun Seok.
“Tentu saja, aku penulisnya.” Kata Yui.
Setelah semuanya berkumpul Seung Gi memperkenalkan para pemain.
“Kali ini aku putuskan pemeran utama pria dalam drama ini adalah Jan Geun Seok.”
Geun Seok bangkit dari duduknya dan membungkuk.
“Aku Jan Geun Seok, mohon bantuannya.” Kata Geun Seok.
“Pemeran utama wanitanya Park Shin Hye.”
Park Shin Hye juga bangkit dan menunduk seperti Geun Seok.
“Aku Park Shin Hye mohon bantuannya.” Kata Shin Hye.
----
Geun Seok mengambil seikat mawar dari dalam mobilnya. Park Shin Hye mendekati Geun Seok.
“Geun Seok apakah kau membawa mawar untukku, mau meminta maaf?” kata Shin Hye.
“Bukan untukmu, tapi kalau kau mau aku beri setangkai.”
Geun Seok mencabut bunga mawar setangkai dan memberikannya pada Shin Hye. Park Shin Hye hanya bengong menatap bunga itu. Geun Seok mendekati Yui dan Seung Gi yang sedang berdiskusi.
“Aku punya kejutan untukmu.” Kata Geun Seok.
“untukku?” kata Seung Gi.
“Bukan untukmu, maksudku untuk Yui tadi rencananya aku akan datang ke apartemen Seung Gi dan menyerahkannya, tapi berhubung kau sudah ada di sini aku berikan sekarang saja.”
Geun Seok meyerahkan seikat bunga mawar merah di tengahnya ada sekuntum mawar putih.
“Kau tahu, kau bagaikan mawar putih diantara mawar-mawar merah ini, karena kau berbeda.” Kata Geun Seok.
Seung Gi tertawa, dan memegangi perutnya.
“Mengapa tertawa, memangnya lucu?” kata Geun Seok.
“Tidak ada apa-apa.” Kata Seung Gi.
Yui mengambil mawar itu.
“Aku terima, lumayan untuk jadi pengharum toilet.” Kata Yui.
Seung Gi tertawa lebih keras.
“Mawar dariku ingin dijadikan pengharum toilet?” kata Geun Seok.
---
Yui meletakkan bunga mawar itu di vas yang sudah diisi air.
“Bukankah katanya ingin dijadikan pengharum toilet?, tapi sepertinya sebenarnya kau senang menerima bunga itu.” Kata Seung Gi.
“Aku hanya tidak ingin Geun Seok besar kepala, jadinya bilang seperti itu. Tapi sebenarnya aku juga baru kali ini menerima bunga dari laki-laki.” Yui tersenyum memandangi mawar itu.
“Jadi sebenarnya kau suka Geun Seok?” kata Seung Gi.
“Siapa yang bilang aku suka dia, tapi sebenarnya perasaan ada sedikit terharu dibawakan bunga.” Kata Yui.
“Kalau begitu kalau aku membawakan ini, apakah kau akan terharu?” Seung Gi menyerahkan sebuah kotak.
“Apa ini?”
Yui membuka kotak itu, di dalamnya ada sebuah ponsel.
“Kau serius membelikan aku ponsel, kamsamnida aku benar-benar terharu.” Kata Yui senang.
“Siapa yang bilang aku berikan dengan gratis?, itu akan aku potong dari bayaranmu.” Kata seung Gi.
“Memang sifat pelit tidak pernah berubah.”
----
Yui menekan nomor ayahnya dan menelepon.
“Mengapa tidak diangkat?” kata Yui.
Lalu dia menekan nomor Shion.
Shion: Moshi-moshi
Yui: Shion ini aku Yui.
Shion: Benarkah Yui?, mengapa nomormu tidak bisa dihubungi aku hampir gila di sini.
Yui: Ceritanya panjang, ponselku dicuri orang. Tolong bilang pada ayahku aku baik-baik saja.
Shion: Ayahmu pergi ke Taiwan untuk mencari inspirasi nomornya juga tidak bisa dihubungi. Mengapa ayah dan anak sama saja, aku disuruh ayahmu tinggal sementara dirumahmu sampai kau atau dia kembali tapi kalian malah membuatku pusing dan tidak ada kabar juga.
Yui: Gomen, tapi mulai sekarang aku akan terus menghubungimu.
Shion: Kapan kau pulang?, aku pusing penagih naskah itu terus datang.
Yui: Tidak bisa, sekarang di sini aku dapat kerjaan bagus. Kau tahu apa?, aku jadi penulis skenario.
Shion: Benarkah?, itu bagus. Tapi nasibku bagaimana?
Yui: Nanti aku akan menghubungimu lagi Ja Ne.
Yui memutuskan telepon. Sebuah nomor yang tidak dikenal menghubunginya.
Yui: Yobseyo, ini siapa?
Geun Seok: ini aku pangeranmu.
Yui: Geun Seok?, tapi kalau tidak salah dia itu cuma fans beratku.
Geun Seok: Iya aku fans beratmu, aku yang menyuruh Seung Gi membelikanmu ponsel aku sangat baik kan?
Yui: Ini juga bukan diberikan gratis, dipotong dari bayaranku.
Geun Seok: Kalau aku belikan pasti kau tidak mau menerima.
Yui: kau benar juga, sekarang aku sibuk aku tutup dulu.
Geun Seok: tunggu dulu, aku ingin mengajakmu makan. Makan enak, bukankah kau suka makan?
Yui: Baiklah, hanya makan saja.
---
Yui memakan sushi dengan lahap.
“Ini siapa yang bayar?” Tanya Yui.
“Tentu saja kau, bukankah kau sudah jadi penulis?” kata Geun Seok.
“Mengapa tidak bilang dari tadi?”
“Kalau aku bilang pasti kau ingin traktir di pinggir jalan lagi.”
“Aku tidak bawa uang sebanyak itu.” Kata Yui.
“Cuma bercanda, aku yang bayar.” Geun Seok tersenyum.
“Syukurlah kalau begitu.”
“Sepertinya kau benar aku yang terlalu sombong, aku sudah memikirkannya kemarin. Aku ingin mengatakan kalau aku tetap ingin menjadikanmu pacarku, kali ini aku ingin serius, pikirlah baik-baik dulu tidak perlu menjawab sekarang.” Kata Geun Seok.
“Aku tidak mau berpikir, karena aku takut akan punya pikiran akan menerimamu. Jadi lebih baik aku memutuskan sekarang, aku tidak bisa.”
“Kalau begitu memang kau sengaja takut untuk suka padaku begitu kan?”
“Tepat sekali.”
“Mengapa?, aku berkata kali ini aku serius aku tidak akan main-main denganmu.”
“Jenis orang sepertimu yang paling aku takuti, bersikap manis lalu melukai hati orang.”
“Tapi sekarang aku tidak akan begitu lagi.”
“Cuma ucapan manis di mulut saja, selera makanku sudah hilang aku pergi dulu.” Yui tersenyum
----
Seung Gi memasuki kamar Yui.
“Apakah sudah selesai diketik?” Tanya Seung Gi.
“Belum, baru sedikit. Aku tidak konsentrasi.” Kata Yui.
Seung Gi keluar dari kamar Yui dan setengah jam kemudian masuk lagi.
“Apakah sekarang sudah selesai diketik?”
“Kau terus-terusan bertanya bagaimana bisa selesai mengetik.”
“Dari kemarin alasannya selalu tidak konsentrasi, cuma alasan saja!!”
“Mengapa berteriak?, dari dulu suka sekali berteriak, apakah dibadanmu ada bom yang gampang meledak?”
“Kalau kau bekerja dengan benar aku tidak akan berteriak.”
“Aku tahu akan aku ketik, tapi kau juga tidak perlu bertanya terus-menerus.”
“Besok pagi harus selesai.”
Yui terus mengetik tapi ponselnya berdering, Yui mengangkatnya.
-----
“Kau sudah datang?, dia sangat mabuk. Aku bertanya rumahnya di mana dia tidak mau menjawab katanya disuruh menghubungimu saja.”
“Iya tidak apa-apa, maaf sudah merepotkan.” kata Yui.
Yui mendekati Geun Seok yang sudah mabuk.
“Ayo kita pulang.” Kata Yui.
“Yui..kau datang.. aku tahu kau pasti datang..ha..ha..ha..”
“Mengapa kau minum-minum?, sungguh bau alkohol.”
Yui memapah Geun Seok menuju taksi dan mendudukkannya di dalam.
“Apakah kau bawa uang?, aku tidak punya uang.” Kata Yui.
Yui meraba saku belakang Geun Seok mencari dompet Geun Seok.
“Mengapa kau meraba pantatku..ha..ha..ha..” kata Geun Seok.
“Sepertinya memang benar-benar mabuk, ah ini dia.” Yui meraih dompet Geun Seok.
“Katakan rumahmu di mana?, aku akan mengantarmu pulang.”
“Aku tidak tahu rumahku di mana.. aku lupa.. rumahku mungkin ada di langit.” Kata Geun Seok.
“Benar-benar membuat orang pusing.” Kata Yui.
“Jadi mau diantar ke mana?” Tanya sopir taksi.
----
Yui memapah Geun Seok memasuki hotel, setelah memesan kamar dan membaringkan Geun Seok di ranjang. Yui melangkah keluar.
“Jangan pergi.” Tangan Geun Seok menarik tangan Yui.
“Aku harus pulang.”
“Aku seperti ini karena siapa?, jadi jangan pergi.”
“Aku tidak pergi, tidur saja.”
Geun Seok menutup matanya.
“Benar-benar merepotkan.” Kata Yui.
Yui memperhatikan wajah Geun Seok yang sedang tertidur.
“Lihat apa?, apa aku begitu tampan?” kata Geun Seok dengan mata tertutup.
“Kau belum tidur?” kata Yui.
“Takut kau pergi, jadi tidak berani tidur.”
“Cepatlah tidur, aku tidak akan pergi.”
Yui duduk di lantai dan semakin lama juga merasa matanya semakin berat dan dia tertidur. Geun Seok bangun dan melihat Yui tertidur di lantai. Geun Seok lalu menggendong Yui ke ranjang.
“Saat tidur sangat manis.” Bisik Geun Seok.
---
Yui membuka matanya perlahan, dan melihat Geun Seok yang tertidur ada di sampingnya.
“Aaaaahhhhhhh!!!!!!” Yui berteriak.
“Ada apa?” Geun Seok bangun mendengar teriakan Yui.
“Mengapa aku bisa tidur di atas ranjang, dan kemarin aku memakai jaket mengapa sekarang tidak lagi?, jawab apa yang kau lakukan?”
“Aku kasihan melihatmu tidur di lantai makanya menggendongmu ke tempat tidur, lalu jaket itu kau sendiri yang melepasnya.”
“Tapi semalam tidak ada terjadi apa-apa kan?”
“Sebenarnya ada sedikit.” Geun Seok tersenyum jahil.
“Kau melakukan apa!!” Yui mencekik Geun Seok.
“Tidak ada apa-apa, hanya semalam kita tidur sambil berpegangan tangan.”
Yui melepas tangannya dari leher Geun Seok.
“Tapi benar kan tidak terjadi apa-apa selain itu?”
“Kau pikir aku serigala yang bisa menyambarmu, aku juga punya etika.”
Ponsel Yui berdering, nama Lee Seung Gi tertera di monitornya.
Yui: Yobseyo
Seung Gi: Mengapa semalaman tidak pulang!!!
Yui: mengapa berteriak begitu keras, aku hampir tuli.
Seung Gi: Kau ada di mana sekarang?
Geun Seok menyambar ponsel Yui.
Seung Gi: mengapa tidak jawab?
Geun Seok: Jangan marah, dia bersamaku.
Seung Gi: mengapa bisa bersamamu, mengapa tidak mengantarnya pulang.
Geun Seok: aku hanya tidur bersama saja dengannya.
Seung Gi: Apa?, kau bilang tidur bersama.
Geun Seok: Nanti akan aku antar dia pulang.
Geun Seok mematikan ponsel Yui.
“Mengapa kau bilang kita tidur bersama, dia bisa salah paham.” Kata Yui.
“Biar saja, semalam aku baru tahu kau khawatir padaku.”
“Siapa yang khawatir padamu, aku cuma terpaksa karena ditelepon semalam.”
“Kalau kau benar-benar tidak peduli bisa saja tidak datang, tapi kau tetap datang.”
“Karena aku ini orangnya sosial, jangan berpikir yang bukan-bukan.”
Geun Seok menatap Yui dan Yui memalingkan wajah.
“Mengapa melihatku seperti itu?”
“Jujur saja, tidak perlu berpura-pura atau takut.”
Wajah Yui memerah dan Geun Seok mencium Yui *sensor… sensor*
----
Yui memasuki ruangan dengan hati-hati dan berusaha tidak menimbulkan suara sekecil apa pun.
“Sudah pulang?” kata Seung Gi yang tiba-tiba muncul.
“Aku hampir jantungan, kau tidak pergi kerja?”
“Hari ini aku libur, semalaman bersama Geun Seok melakukan apa?”
“Tidak ada apa-apa.”
“Jangan begitu lagi, walaupun kau pacaran dengannya tapi kau masih tinggal di sini jadi aku tidak mau hal yang kemarin terulang lagi.”
“Siapa yang bilang aku pacaran dengan Geun Seok?”
“Tadi Geun Seok mengirim pesan isinya ‘Aku dan Yui sudah pacaran’, aku mau tidur dulu kau tahu semalaman aku tidak tidur menunggumu pulang, aku pikir terjadi sesuatu yang buruk padamu.”
“Maafkan aku, tidak akan terjadi lagi.” Kata Yui.
“Kau harus mengetik skenario, saat aku bangun semuanya sudah harus selesai.” Seung Gi masuk ke dalam kamarnya.
----
Go Hara memencet bel, Yui membukakan pintu.
“Wanita penggoda apa Seung Gi oppa ada di dalam?” kata Hara.
“Dia sedang tidur wanita genit.” Kata Yui.
Hara mendorong Yui lalu masuk dan membuka pintu kamar Seung Gi.
“Oppa..” Hara mendekati Seung Gi yang sedang tidur.
“Oppa bangun.” Hara mengguncang-guncang tubuh Seung Gi.
“Ada apa, aku sangat mengantuk.” Seung Gi menutupi kepalanya dengan selimut.
“Oppa wanita penggoda itu bukan pembantu oppa lagi, mengapa masih harus tinggal di sini?”
“Dia bayar sewa kamar, biarkan saja.”
“Dari pada oppa sewakan kamar dengannya mengapa tidak sewakan kamar untukku saja?”
“Jangan ganggu aku, aku benar-benar ingin tidur.”
“Dia bisa saja pindah ke tempat lain mengapa harus tetap di sini, dia pasti ingin menggoda oppa.”
“Bukan, lagi pula dia itu pacarnya Geun Seok.”
“Apa?? dia sudah pacaran dengan Geun Seok oppa?”
----
Yui duduk di depan laptopnya dan mulai mengetik, ponselnya berdering.
Yui: ada apa lagi?
Geun Seok: sangat rindu padamu, ayo bertemu sekarang.
Yui: aku sedang sibuk, besok saja.
Geun Seok: aku traktir makan.
Yui: mengapa selalu membujukku dengan makanan?, aku tidak bisa pergi dan sangat sibuk.
Geun Seok: baru saja jadi pacar tadi pagi mengapa sikapnya masih seperti ini.
Yui: Aku sedang banyak kerjaan, sudah ya.
Geun Seok: Tunggu dulu jangan ditutup, aku mencintaimu.
Yui: iya aku tahu, sudah ya.
Geun Seok: tunggu dulu, kau juga harus bilang yang sama baru boleh memutuskan telepon.
Yui: Aku mencintaimu.
Yui mematikan ponselnya lalu tersenyum.
---
Yui menyerahkan beberapa lembar skenario kepada Seung Gi.
“Silakan di baca dulu, lanjutannya aku ketik malam ini juga.”
“Sepertinya suasana hati sedang bagus, dari tadi juga senyum-senyum sendiri.”
“Memangnya aku sedang tersenyum?”
“Lupakan saja, ketik lanjutannya baru boleh menemui pacarmu tersayang.” Kata Seung Gi.
“Akan aku ketik secepatnya.”
----
Geun Seok memencet bel, ditangannya memegang sebuket bunga lily putih. Seung Gi membukakan pintu.
“Apa Yui ada?” Geun Seok berjalan memasuki ruang tamu.
“Dia sedang bekerja, sebantar lagi baru mengganggunya.”
“Aku akan tunggu.” Kata Geun Sok.
“Mau minum apa?” kata Seung Gi.
“Tidak perlu.”
Seung Gi duduk di samping Geun Seok.
“Apa kali ini kau serius?” kata Seung Gi.
“Maksudmu serius dengan Yui?, tentu saja aku serius.”
“Bukankah kau gampang suka pada gadis-gadis?”
“Suka memang sering tapi jatuh cinta tidak mudah, aku rasa kali ini aku benar-benar sedang jatuh cinta.”
“Aku merasa pernah mengajukan pertanyaan yang sama dan kau menjawab hal yang sama. Kau masih ingat saat kita masih sekolah dulu Ham Eun Jung?”
“Bagaimana mungkin aku lupa, cinta pertamaku. Tapi dia juga sudah pergi dan sekarang ada Yui.”
“Aku harap kali ini kau benar-benar serius, jangan menyakitinya.”
“Tentu saja, tapi aku merasa kau sedikit perhatian padanya, ada apa?”
“Tidak ada apa-apa, hanya dia penulisku kalau terjadi sesuatu padanya aku akan membunuhmu.”
“Tenang saja.”
Yui keluar dari kamarnya membawa lembaran kertas.
“Ini sudah aku selesaikan.”
Yui menyerahkan kertas itu pada Seung Gi dan menatap Geun Seok dan buket bunga lily yang disampingnya.
“Kau datang, apa bunga itu untukku?”
“Bukan, untuk Seung Gi.”
Yui cemberut.
“Tentu saja untukmu.” Geun Seok menyerahkan bunga itu pada Yui.
“Cantik sekali, gumawo.”
“Aku pergi dulu, tidak mau mengganggu kalian.” Seung Gi bangkit dari duduknya.
---
Ham Eun Jung menginjakkan kakinya di bandara Seoul. Matanya menutup menikmati udara Korea.
“Akhirnya aku kembali.”
“Eun Jung onnie.” Seseorang memanggilnya.
“Hara?” Eun Jung mendekati Hara.
“Sekarang kau sudah dewasa, juga sudah jadi wanita cantik.” Kata Eun Jung.
“Onnie juga semakin cantik, mengapa Onnie tidak memberi tahu Geun Seok oppa onnie sudah kembali?”
“Aku ingin memberi kejutan padanya.”
“Tapi onnie, Geun Seok oppa…” Hara terlihat ragu-ragu.
“Ada apa?” Eun Jung menatap Hara.
“Geun Seok oppa sekarang sudah punya pacar, gadis Jepang menyebalkan namanya Yoshioka Yui.”
“Aku tidak kaget dia punya pacar, Geun Seok orang yang gampang suka pada orang lain tapi jatuh cinta tidak mudah, aku yakin pacarnya sekarang hanya orang yang dia suka saja.”
“Aku harap juga begitu, gadis itu memang menyebalkan. Pertama-tama dia menggoda Seung Gi oppa tapi mungkin karena Seung Gi tidak tertarik padanya sekarang dia menggoda Geun Seok oppa.” Kata Hara.
“Bagaimana kabar Seung Gi sekarang?, setelah dengar pernikahannya dengan Yoona batal aku tidak pernah dengar kabar lagi tentangnya.” Kata Eun Jung.
“Seung Gi oppa masih sendiri.”
“Kalau kau?”
“Aku juga masih sendiri.”
“Mengapa begitu?, aku tidak percaya tidak ada laki-laki yang tidak menyatakan cinta pada Hara.”
“Onnie juga tahu aku sangat suka Seung Gi oppa, aku tidak tertarik pada yang lain.”
“Aku pikir waktu Seung Gi bertunangan dengan Yoona kau sudah menyerah.”
“Waktu itu memang sudah menyerah, tapi sekarang sepertinya ada harapan. Ayo onnie aku antar kau sampai ke rumahmu.”
“Antarkan aku ke apartemen Geun Seok saja, ingin memberi kejutan padanya.”
To be continued…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar