Author : L Hirasawa aka Livie Jungiestar Yl
WARNING: DI LARANG COPAS TANPA SEIZIN AUTHOR APA LAGI TANPA MEMBERI CREDIT!!!
Cast:
- YUI as Yoshioka Yui
- Kim Jeong Hoon as Kim Joeng Hoon *namanya berubah dari jeong jadi joeng karena dulu aku salah ngetik malas ganti piss*
- Go Younha as Yoshioka Younha
- Koike Teppei as Koike Teppei
Genre: Family, Romance, Sad, Comedy
Length: 1- 5
Paginya mereka bersiap-siap pulang. Younha mengemasi bajunya dalam diam dan mata Yui terus mengawasinya.
"Saat pulang nanti ada yang ingin aku bicarakan padamu."Kata Yui.
"Apakah semuanya sudah siap?" Tanya Teppei.
Mobil Teppei meluncur meninggalkan vila. Teppei memperhatikan Yui dan Joeng hoon dari kaca spion. Dari kemarin saat Joeng hoon berhasil menyelamatkan Yui mereka sudah aneh. Walaupun tidak berbicara tapi mereka saling bepandangan dan tersenyum. Sementara Younha terlihat sangat sedih dan berubah menjadi pemurung.
---
Yui memasuki kamar Younha dan menatap adiknya itu. Pikirannya penuh pertanyaan mengapa adiknya melakukan itu.
"Apa yang ingin kau tanyakan?" kata Younha.
"Mengapa kau harus berpura-pura menjadi aku?"
"Aku juga tidak tahu megapa aku melakukan itu." Younha menangis.
"Mengapa kau bisa tidak tahu?"
"Aku rasa aku hanya terlalu menyukainya, aku ingin menceritakan yang sebenarnya tapi tidak bisa."
"Tapi kau juga tidak boleh seperti ini padaku, kau menyakiti aku dan juga Joeng hoon."
"Aku tahu aku salah, tapi perasaan menyukai seseorang seperti ini aku juga baru merasakannya Nee-chan."
Yui hanya diam menatap Younha yang sedang terisak.
"Dari dulu sampai sekarang, baru kali ini merasakan begitu menyukai seseorang."
Yui beranjak pergi dari kamar Younha tapi Younha berlutut dan menarik kakinya.
"Apa yang sedang kau lakukan?"
"Aku.. aku sedang memohon padamu."
"Apa?"
"Aku sedang memohon padamu, tolong Nee-chan tidak boleh bersama Joeng hoon."
"Permohonanmu sangat konyol, kau tahu cinta itu tidak bisa dipaksakan. Kalau aku tidak bersama Joeng hoon dia juga belum tentu menyukaimu."
"Aku tahu Joeng hoon tidak mungkin mencintaiku, tapi aku sangat takut Nee-chan...."
Yui diam menunggu Younha menyelesaikan kata-katanya.
"Aku sangat takut membayangkan bagaimana perasaanku jika melihat Joeng hoon bersama Nee-chan, seumur hidup melihat orang yang kita cintai bersama kakak sendiri rasanya terlalu mengerikan. Aku bisa mati Nee-chan."
Yui terdiam dan setetes air mata mengalir dipipinya.
"Aku tahu aku tidak punya hak berbicara seperti ini, aku tahu aku sangat egois. Tapi aku takut sekali, tidak pernah merasa sesakit ini. Nee-chan bisa saja tidak mempedulikan aku dan terus bersama Joeng hoon. Tapi aku...aku....."
Younha tidak bisa lagi melanjutkan kata-katanya dan hanya terus menangis.
---
Joeng hoon menunggu Yui di depan sekolah.
"Yui.." Joeng hoon melambaikan tangan.
Yui tidak memedulikannya dan langsung berjalan melewati Joeng hoon. Joeng hoon mengejar Yui.
"Yui, ada apa? Dari kemarin aku menelepon kau tidak mengangkatnya. Apa kau sakit?"
Joeng hoon menyentuh dahi Yui.
"Aku tidak apa-apa." Yui menepis tangan Joeng hoon dengan kasar.
"Mengapa sikapmu berubah menjadi seperti ini?"
"Aku memang gadis yang meyebalkan, kau sendiri yang bilang begitu."
"Apa sesuatu terjadi kemarin?, apa yang Younha katakan padamu?"
"Tidak ada, semuanya tidak ada hubungannya dengan Younha."
Yui memasuki kelas dan duduk di bangkunya. Joeng hoon terus mengikutinya.
"Pasti terjadi sesuatu, tidak mungkin kau berubah begitu cepat."
"Apa yang berubah?, dari dulu aku sudah seperti ini."
Selama jam pelajaran Joeng hoon terus bertanya pada Yui, dan Yui tidak menjawab.
"Kupingku sudah panas mendengarmu dari tadi, bisakah kau pindah tempat duduk?" Yui menatap Joeng hoon.
"Tidak akan, mengapa aku harus pindah."
"Kalau begitu aku yang pindah."
Yui mengambil tasnya dan berjalan ke depan.
"Bisa kita tukar tempat duduk?" kata Yui pada gadis yang duduk di depan.
"Aku bisa duduk di sebelah Joeng hoon?, aku mau." Kata gadis itu.
---
Yui memasuki kelas di sekolah musik dan ada Joeng hoon disana. Yui keluar dari kelas.
"Yui tunggu.." Joeng hoon mengejar Yui.
"Mengapa kau bisa ada di sini?"
"Apakah salah, tidak ada peraturan aku tidak boleh masuk kesini."
"Yui!!!" Teppei memanggil.
Teppei mendekati Yui dan Joeng hoon.
"Oh, Joeng hoon kenapa kau bisa ada di sini?"
"Ayo Teppei bukankah kau mengajak aku hari ini kencan?"
Yui langsung menarik tangan Teppei.
"Apa kencan?" Teppei kebingungan.
Yui langsung menginjak kaki Teppei.
"Ah iya aku lupa, bagaimana aku bisa melupakannya. Ayo kita pergi kencan." Kata Teppei.
"Aku ikut." Kata Joeng hoon.
"Kami pergi kencan, kau cuma akan jadi pengganggu saja."Kata Yui.
Teppei dan Yui lalu pergi dan Joeng hoon mengikuti diam-diam.
"Mereka mau pergi ke mana?" kata Joeng hoon.
Yui dan Teppei memasuki sebuah food court.
"Joeng hoon tadi sepertinya sedang mengikuti kita, tapi sekarang sepertinya tidak lagi." Kata Teppei.
"Dia masih mengikuti, dia mencabut daun dan menutupi wajahnya dengan itu. Yang aku heran mengapa orang yang IQnya 146 bisa berbuat bodoh seperti itu." Kata Yui.
"Benar, kasihan daun yang dicabut." Kata Teppei.
Joeng hoon yang berada di luar dan sedang menutupi wajahnya dengan daun tetap mengintip dengan cermat.
"Yui sebenarnya ada apa?, rasanya aneh sekali." TanyaTeppei.
"Dunia memang sudah aneh, tidak perlu bertanya lagi."
"Kalu kau punya masalah, ceritakan saja padaku."
Teppei mengenggam tangan Yui.
"Apa berani-beraninya dia." Joeng hoon kesal.
Setelah keluar dari food court Yui menggandeng lenganTeppei.
"Apa?, kenapa dia melakukan itu." Kata Joeng hoon.
Joeng hoon mendekat dan Yui langsung berbalik.
"Joeng hoon jangan mengikuti kami lagi."
"Aku bukan Joeng hoon, aku manusia daun."
"Terserah kau saja." Kata Yui.
"Lain kali pakai balon saja, kasihan daun itu. Mengerti?"kata Teppei.
Yui dan Teppei lalu berlalu pergi.
"Dasar sial!!!"
Joeng hoon membuang daun itu.
"Aku kelihatan seperti orang bodoh!!!" teriak Joeng hoon.
Anak kecil yang sedang memegang balon di dekat Joeng hoon langsung menangis.
"Mengapa kau menangis?"
"Paman mengapa teriak begitu keras, aku kaget." Kata anak kecil itu.
"Maafkan aku, tapi aku ini bukan paman. Aku ini masih muda."
Tidak lama kemudian ibu anak itu datang.
"Apa yang kau lakukan pada anakku?"
"Tidak ada, maaf."
Joeng hoon langsung pergi dari tempat itu.
---
Younha menatap secarik kertas kumal yang ada di kamar Yui.
"Apa ini?, apa dia menciptakan sebuah lagu?" kata Younha.
Dia memainkan lagu yang ada di kertas itu dengan piano.
"Aku tidak percaya, lagunya sangat sempurna. Ini tidak mungkin, tidak mungkin Yui bisa menciptakan lagu sebagus ini."
Air mata Younha menetes membasahi tuts piano.
"Setelah Joeng hoon direbut olehnya sekarang rupanya dia juga sudah punya kemampuan lebih dari aku?, ini tidak adil!!!"
---
"Teppei." Kata Yui.
"Ada apa?"
"Bagaimana kalau kita pacaran saja?"
"Apa aku sedang tidak salah dengar?"
"Tidak, aku serius. Mengapa kita tidak pacaran saja?"
"Benarkah? ini benar-benar keinginanmu?"
"Mengapa kau tanyakan ini keinginanku atau bukan, katanya kau suka aku, jatuh cinta padaku."
Teppei menatap mata Yui.
"Walaupun aku bodoh, aku juga tahu sebenarnya kau tidak menyukaiku."
"Yang penting kau suka padaku itu sudah cukup kan?"
"Tidak Yui, kalau aku orang yang egois aku akan menerimanya. Aku sudah bahagia bisa bersamamu, walaupun kau tidak menyukaiku."
"Kalau begitu, mengapa kau menolak?"
"Karena aku ingin kau bahagia Yui, bersamaku tapi kau tidak mencintaiku itu hanya akan membuatmu sakit."
Yui terdiam, dia merasa terharu akan ucapan Teppei.
"Teppei maaf, mengapa aku tidak bisa menyukaimu. Aku sendiri juga bingung."
"Tidak apa Yui, aku harap kau bisa menemukan orang yang baik dan kau cintai. Aku hanya ingin kau bahagia, tapi kita masih tetap berteman bukan?"
"Tentu Teppei, aku rasa kau adalah temanku yang paling baik."
"Kalau kau punya masalah ceritakan saja padaku, walaupun kau tidak cerita aku tahu kau sedang punya masalah dengan Joeng hoon."
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"Aku rasa kau menyukai Joeng hoon dan dia juga begitu,mengapa kalian tidak jadian saja?"
"Ini rasanya tidak adil bagi Younha."
"Jadi kau akan menutupi perasaanmu sendiri dan terus menghindari Joeng hoon?"
"Iya, aku rasa begitu."
---
Teppei mengantar Yui pulang.
"Terimakasih untuk hari ini Teppei."
"Sama-sama."
Yui memasuki rumah dan Teppei berjalan dan menghela napas.
"Koike Teppei kau benar-benar orang bodoh, tidak ada orang yang lebih bodoh darimu. Berpura-pura jadi orang baik dan merelakan orang yang kau cintai. Memang kau manusia yang bodoh." Teppei bicara pada dirinya sendiri.
"Tapi walaupun bodoh aku rasa keputusanmu benar Teppei, kau ingin orang yang kau cintai bahagia. Ganbatte!!!"
Teppei berlari sekencang-kencangnya, percaya bahwa hari esok akan lebih baik, dan keputusannya sudah tepat.
---
Yui baru saja tertidur tapi ponselnya berdering. Yui meraih ponselnya dan melihat Joeng hoon yang menelepon. Yui tidak mengangkatnya, dan tidak lama kemudian ada pesan masuk.
From: Joeng hoon
Message: Aku menunggu di depan rumahmu keluarlah.
Yui tidak membalas pesan tersebut dan naik ke atas tempat tidurnya, tapi dia juga tidak bisa tertidur. Setengah jam kemudian ada pesan masuk lagi.
From: Jeong hoon
Message: Aku akan terus menunggu di sini, aku tidak akan pergi sebelum kau keluar.
"Biarkan saja, nanti dia juga akan pulang." Kata Yui.
Dua jam kemudian ada pesan masuk lagi.
From: Joeng hoon
Message: Aku hampir mati kedinginan, apa kau tidak peduli padaku?
"Apa dia masih belum pulang juga?, sebentar lagi pasti pulang" gumam Yui.
Tidak lama kemudian ada pesan masuk.
From: Joeng hoon
Message: aku tahu kau tidak akan keluar, tapi aku tidak akan pergi. Aku akan menunggu di sini hingga besok pagi.
"Baiklah aku lihat apakah kau akan benar-benar menunggu hingga pagi."
Yui mencoba tidur tetapi tidak bisa. Hari sudah hampir pagi.
"Apa dia benar-benar menunggu?."
Yui membuka pintu depan dan melihat ke luar.
"rupanya sudah pulang." Kata Yui
"Yui.."
Sebuah suara memanggil. Yui melihat kearah suara itu, dan Joeng hoon rupanya sudah meringkuk kedinginan di luar pagar. Bibirnya sudah membiru.
"Apa yang kau lakukan di sini, apa kau sudah idiot?"
"Akhirnya kau keluar juga." Kata Joeng hoon.
"Pulanglah."
"Tidak, aku ingin menanyakan sesuatu."
"Apa yang ingin kau tanyakan?"
"Mengapa kau menghindariku, aku ingin tahu alasannya."
"Apa cuma demi jawaban itu kau menunggu di sini?"
"Aku yakin ini ada hubungannya dengan Younha."
"Sudah aku bilang ini semua keputusanku sendiri, tidak ada kaitannya dengan Younha."
"Kalau begitu, kau pasti punya alasan kan?, mengapa menghindariku?"
"Setelah aku pikir-pikir aku tidak punya perasaan apa-apa padamu, bukan berarti karena kita punya kenangan masa lalu aku harus terikat denganmu."
"Jadi kenangan itu apakah menurutmu tidak berarti?"
"Sebelum kau mengatakan kau adalah yang dulu, sebenarnya aku sudah lupa padamu. Itu hanya janji anak kecil Joeng hoon. Aku juga tidak menyangka kau benar-benar idiot datang ke sini untuk menepati janji."
"Jadi kenangan itu bagimu adalah apa?"
"Kenangan itu hanya masa lalu, tidak ada artinya lagi bagiku."
"Kau sedang berbohong."
"Aku berkata yang sejujurnya."
"Kalau memang kau mengatakannya dengan jujur, coba katakan sekali lagi dan tatap mataku."
Tangan dingin Joeng hoon mencengkram kedua lengan Yui.
"Jika aku melakukannya kau tidak akan mengangguku lagi?"Tanya Yui.
"Jika kau melakukannya, aku tidak akan muncul dihadapanmu lagi."
Yui menatap mata Joeng hoon dalam-dalam.
"Kenangan masa lalu itu tidak berarti bagiku, itu hanya masa lalu."
Cengkraman Joeng hoon pada lengan Yui mengendur.
"Rupanya ini adalah yang ada di dalam hatimu yang paling dalam?"
"Iya, ini adalah kata hatiku yang sesungguhnya."
"Benar-benar wanita berhati dingin, aku tidak akan mengganggumu lagi sekarang."
Joeng hoon pergi dan Yui terus memperhatikan hingga sosok itu menghilang.
"Benar-benar laki-laki jahat." Kata Yui.
"Sengaja menyuruhku mengatakan itu sambil melihat matanya sangat menyakitkan bagiku, dia sengaja mengujiku. Dasar laki-laki jahat."
---
Younha berjalan keluar dari sekolah, matanya terhenti dengan sosok yang ada di depannya.
"Teppei?" kata Younha.
"Apa punya waktu, mari kita berbincang-bincang sebentar."
Younha mengikuti Teppei, mereka duduk di bangku taman yang tidak jauh dari sekolah.
"Ada apa?"
"Aku bingung mau mengatakannya langsung atau harus berbasa-basi dulu."
Younha tertawa.
"Katakan saja langsung."
"Yui sangat menderita."
"Apa?"
"Dia sangat menderita, tidak bisa bersama orang yang dia cintai. Itu karena dia sayang padamu."
"Begitukah?, bukankah ini sebuah keuntungan bagimu?, katanya kau menyukai kakakku?"
"Tapi aku tahu dia tidak menyukaiku, jadi aku sudah merelakannya. Aku hanya ingin dia bahagia."
"Biarkan saja semuanya begini, kau juga cepatlah sadar dan jangan berpura – pura jadi baik hati."Younha bangkit dari bangku taman.
"Rupanya wajah asli Yoshioka Younha adalah ini."
"Apa maksudmu?"
"Yoshioka Younha yang aku kenal selalu bersikap manis didepan orang rupanya hanya seorang wanita yang egois."
"Kau tidak mengerti siapa aku sebenarnya."
"Apa wajah asli Yoshioka Younha begitu menakutkan?, aku sangat tidak menyangka."
"Ini semua tidak ada hubungannya denganmu, jangan ikut campur."
"Mengapa kau begitu tega dengan kakakmu sendiri?"
"Kakak??... dia bukan kakakku, kau tidak mengeti apa-apa jadi lebih baik tutup mulutmu."
Younha pergi meninggalkan Teppei.
---
Joeng hoon menatap wajah pamannya yang sedikit terkejut.
"Paman, aku benar-benar ingin pulang ke korea."
"Kau yakin ingin pulang?, apa ada masalah? Katakan saja padaku." Kata Pamannya.
"Tidak ada masalah apa-apa, aku hanya merasa tidak betah disini."
"Tapi kau baru beberapa bulan berada di sini."
"Aku sudah memutuskannya paman."
"Baiklah kalau begitu, aku juga tidak bisa menahanmu disini."
"Terimakasih paman."
Joeng hoon kelar dari ruangan pamannya.
"Lihat Yui aku menepati janji, aku tidak akan muncul lagi dihadapanmu, tidak akan mengganggumu."
---
Yui melihat hari sudah gelap dan Younha belum juga pulang.
"Aku harus mencarinya."
Yui menyambar jaketnya dan baru ingin keluar tapi dia melihat Younha sudah sampai di rumah.
"Mengapa semalam ini baru pulang?" Tanya Yui.
"Hanya berjalan-jalan sebentar saja."
"mengapa mukamu pucat?, apa kau sakit?"
Yui menyentuh dahi Younha.
"Bisa tidak jangan pura-pura baik dan khawatir padaku?" kataYounha.
"Apa maksudmu?"
"kau tidak punya alasan untuk peduli padaku."
"Apa yang kau katakan, kau adalah adikku?"
"Adik?, aku bukan adikmu kau juga tahu itu."
"Yoshioka Younha apa yang kau katakan."
"Dan namaku bukan Yoshioka Younha tapi Makino Younha."
"Mengapa kau tiba-tiba berkata seperti ini?"
"Karena ini memang kenyataannya. Aku bukan adikmu, aku bukan anak kandung keluarga ini. Aku hanya anak pembantu keluarga ini yang diangkat menjadi anak. Kalian semua tidak benar-benar sayang padaku, kalian cuma kasihan padaku!!!"
"Apa yang kau katakan?, jangan berkata seperti ini. Ayah dan ibu akan sedih jika tahu kau mengatakan ini?"
"Mereka bukan ayah dan ibuku. Mereka cuma ayah dan ibumu."
Plakk... Yui menampar Younha. Yui terkejut, tidak menyangka dia akan melakukan itu.
"Kau menamparku?"
Air mata mengalir di pipi Younha.
"Bagus tampar saja aku sesukamu, pukul aku dan kalau perlu bunuh aku juga. Bunuh aku seperti kau membunuh ibu kandungku!!!"
"Apa maksudmu?"
"Kau yang menyebabkan ibu kandungku meninggal."
"Aku benar-benar tidak mengerti apa yang kau ucapkan."
"Ayah dan Ibumu mengubur rahasia ini dalam-dalam dari kita berdua. Tapi aku akhirnya tahu juga. Ayah dan Ibumu mengangkatku menjadi anak karena merasa bersalah padaku. Karena perbuatanmu jadi ibu kandungku meninggal. Sejak aku tahu yang sebenarnya saat itu juga aku sudah membencimu, aku ingin mengalahkanmu dalam segala hal. Selama 9 tahun berpura-pura jadi anak yang manis dan menyenangkan, selama 9 tahun berusaha supaya orang-orang lebih menyukaiku daripada kau. Aku ingin merebut semua yang kau punya"
"Tolong jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi, apa kaitanku dengan meninggalnya ibumu."
"Tanya saja pada ibumu apa yang dia sembunyikan selama 12 tahun ini, aku ingin tidur dulu. Sudah sangat lelah Nee-chan."
---
Yui termenung di kamarnya.
"Apa yang sebenarnya sudah aku lakukan?, apakah aku benar-benar membunuh?, mengapa aku tidak ingat apa-apa lagi."
Yui berusaha mengingat-ingat tapi dia tidak bisa mengingat apa yang terjadi, dia cuma ingat setelah keluar dari rumah sakit, Ibu dan Ayahnya membawa pulang Younha dan mengangkatnya sebagai anak.
Flash back
Yui baru pulang dari rumah sakit saat itu dia masih berumur 5 tahun, Ayah dan Ibunya menunggu di rumah dan ada Younha di sana.
"Yui ayo ke sini." Kata Ibunya.
Yui mendekat.
"Sekarang kau akan punya adik, Ayah dan Ibu akan mengangkat Younha jadi anak."
"Tapi bukankah Younha sudah punya ibu?, bibi yang suka memasak di rumah kita." Kata Yui.
"Pokoknya sekarang Younha sudah jadi adikmu. Ajak dia bermain, mengerti." Kata Ayahnya.
"Ayo Younha kita main."
Yui menarik tangan Younha. Mereka bermain seharian, tapi Younha tiba-tiba menangis.
"Aku rindu ibuku."
"Memangnya ibumu pergi ke mana?"
"Katanya ibuku sekarang pergi ke langit, dan bahagia disana. Mengapa ibuku meninggalkan aku di sini?. Mengapa dia tidak mengajak aku ke langit."
"Jangan menangis, mungkin kau harus tumbuh besar dulu baru bisa menyusul ibumu ke langit."
"Benarkah?"
"Iya aku yakin."
End of flashback
"Aku tidak bisa mengingat mengapa ibunya meninggal, mengapa tidak ada seorangpun yang memberitahu aku."
Yui memegang kepalanya.
"Aku harus mengingatnya."
Bayangan orang yang berlumuran darah muncul dipikirannya
"Tidakk!!!!!!!!"
Yui berteriak dan dia hilang kesadaran.
To be continued....
1x klik = Rp 250,- Donate Anda
Selasa, 22 November 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar