TOLONG KLIK IKLAN DI BAWAH INI, ANDA BAIK SEKALI..^^

1x klik = Rp 250,- Donate Anda

Kamis, 24 November 2011

Life Like A Korean Drama part 1

Author : L Hirasawa aka Livie Jungiestar Yl

WARNING: DI LARANG COPAS TANPA SEIZIN AUTHOR APA LAGI TANPA MEMBERI CREDIT!!!

Cast:
- YUI ( Yoshioka Yui )
- Lee Seung Gi
- Jang Geun Seok
- Go Hara ( KARA )

Genre: Drama,Romance, Comedy

Length: 1-5





Debur ombak memecah keheningan di pantai. Namie berlari menuju tebing, Shojiro mengejarnya.

“Biarkan aku mati!!!” Namie berteriak.

“Jangan berbuat seperti ini, kita akan cari jalan keluarnya.” Kata Shojiro.

“Tapi aku sudah tidak tahan lagi, aku ingin mati saja.” Kata Namie.

“Jangan, kalau kau mati aku juga akan mati.”

Namie menangis dan Shojiro memeluknya.

“Tenanglah, aku berjanji akan mencari jalan keluar masalah kita.” Kata Shojiro.

…………..



“Apa lagi yang harus aku ketik?”, Yui menghela napas sambil menatap laptopnya.

Cerita Shojiro dan Namie tadi baru saja dibuat dan dia sudah kehilangan ide.

“Otakku mengapa suka mampet sekarang.” Yui menepuk-nepuk kepalanya sendiri.

Yui membuka kulkas dan mengambil sebotol jus jeruk lalu meminumnya.

“Lagi pula kalau di pikir-pikir cerita pasangan kekasih tidak disetujui orangtua sudah sangat pasaran. Aku harus mencari ide baru, tapi harus bagaimana?”

Yui Yoshioka 23 tahun, pekerjaannya adalah seorang penulis novel, tidak pernah pacaran tapi selalu ahli dalam membuat cerita cinta. Novelnya laris manis di kalangan remaja.



Ting..tong… bel rumah Yui berbunyi.

“Penagih naskah datang, aku harus bagaimana sekarang???”

Yui memasang tampang memelas menatap dirinya di cermin, setelah yakin tampang memelasnya meyakinkan dia membuka pintu. Di depan berdiri Tsuji Shion sahabatnya sejak masih sekolah. Yui menarik napas lega.

“Aku kira kau penagih naskah?” kata Yui.

“Novelmu belum selesai?, mana paman?” kata Shion masuk ke rumah Yui.

“Ayahku sudah dua hari tidak pulang, katanya mau mencari inspirasi untuk lukisannya. Apa kau bawa makanan?” Kata Yui menatap plastik hitam yang di bawa Shion.

“Aku bawa takoyaki, mengapa kalau soal makanan penciumanmu sangat tajam?”

Yui menyambar kotak takoyaki dan memakannya.

“Aku ingin novelku kali ini sukses, aku ingin ceritanya mirip seperti drama korea.” Kata Yui.

“Makanya kau harus banyak-banyak nonton drama korea.”

“Aku sudah nonton semuanya, kau tanya aku apa saja ceritanya aku masih hapal, bahkan sekarang aku sudah lancar berbahasa korea hasil belajar otodidak lewat drama. Tapi idenya masih belum muncul” Kata Yui.

“Apa?, kau sudah bisa bahasa Korea?. Tapi memang tidak heran dari dulu kau sudah sangat pintar, saat di sekolah dulu selalu juara umum.” Kata Shion.

“Kau ini membuatku jadi malu.” Yui tersenyum.

“Tapi aku benar-benar terkejut, soalnya tampangmu tidak kelihatan seperti orang pintar.” Lanjut Shion.

“Kau ini mau memujiku atau menghinaku?”

“Jadi kalau masih tidak dapat ide bagaimana?, tulis kisahku saja?” kata Shion.

“Kisahmu mana ada yang bagus, bukuku tidak akan laku.”

“Kau ini, aku masih mendingan darimu. Kau juga tidak pernah pacaran. Tabunganmu juga sudah banyak mengapa tidak benar-benar ke Korea saja mencari ide.”

“Idemu itu tidak masuk akal.” Kata Yui.

Ponsel Yui berdering, dari penagih naskah. Dengan ragu Yui mengangkatnya. Setelah teleponnya diputus Yui terduduk di lantai sambil menutupi wajahnya.

“Ada apa?” kata Shion.

“Aku disuruh menyerahkan naskah seminggu lagi, sepertinya aku memakai idemu saja. Aku lari saja ke Korea. Jadi bisa menghindari penagih naskah, dan siapa tahu dapat ide baru.”



----



Yui menarik kopernya, dia sudah sampai di bandara Incheon Seoul.

“Akhirnya sampai juga.”

Yui menyetop taksi, untungnya sekarang dia sudah bisa berbahasa Korea. Yui memasuki hotel dan memesan kamar. Dia merebahkan dirinya di ranjang hotel.

“Benar-benar nyaman, tidak ada orang yang mengganggu.” Kata Yui.

Dia menyibak gorden dan melihat pemandangan kota Seoul dari jendela.

“Aku tidur saja dulu, tapi tidak bisa. Bagaimana bisa mendapat ide kalau tidak jalan-jalan keluar?”

Yui meraih jaket dan sepatunya lalu mengambil tas selempang, dompet, dan ponselnya. Dia berjalan kaki di sekitar hotel, lalu naik taksi menuju pasar. Yui berjalan-jalan dan melihat benda-benda lucu, Dia mampir membeli soondae dan baru saja ingin membayar tapi seseorang menyambar tasnya.

“Pencuri..pencuri!!!!” teriak Yui.

Semua orang mengejar pencuri itu tapi pencuri itu berhasil lolos.

“Uangku????” ratap Yui.

Yui kembali ke hotel dengan lemas, lalu berusaha menghubungi ayahnya dan Shion melalui telepon hotel tapi tidak satupun dari mereka yang mengangkat. Setelah dua hari uangnya benar-benar habis, Yui keluar dari hotel, dia menarik kopernya dan berjalan lemas, perutnya sangat lapar. Yui merongoh sakunya tidak ada uang sepeser pun.

“Apa aku harus menjual laptopku?” kata Yui.

Dia menyebrang sambil melamum, sebuah BMW seri 6 meluncur ke arahnya dan mengerem mendadak. Yui terjatuh, seorang pemuda keluar dari mobil dia tinggi dan tampan.

“Apakah kau tidak apa-apa?” tanya pemuda itu.

Yui hanya terdiam menatap pemuda itu lalu menatap BMW seri 6 yang tadi hampir menabraknya dia pasti orang kaya, aku harus mengendalikan situasi ini untuk bertahan hidup pikir Yui dalam hati.

“Aku..aku..”

Bruuk.. Yui pura-pura pingsan.



----



Yui membuka matanya dan dia berada di rumah sakit, dia menguping pembicaraan dokter dan pemuda yang tadi menolongnya.

“Apa dia baik-baik saja?”

“Dia hanya pingsan karena terkejut, tidak ada luka hanya sedikit memar.Kalau sudah sadar dia sudah boleh pulang.”

Pemuda itu mendekati Yui, dan Yui cepat-cepat menutup matanya.

“Lama sekali, masih pingsan juga rupanya.” Kata pemuda itu.

Perlahan-lahan Yui membuka matanya.

“Aku di mana?” tanya Yui.

“Di rumah sakit, aku akan mengantarmu pulang.”

Pemuda itu menarik Yui menuju mobilnya, Yui masuk dan pemuda itu menyetir.

“Rumahmu di mana?”

“Tapi namamu siapa?” tanya Yui.

“Lee Seung Gi. Rumahmu di mana?”

“Aku sangat lapar,tidak bisa berpikir sekarang.” Kata Yui.

Lee seung gi menghentikan mobilnya di depan warung jajangmyun.

“Aku kenyang.” Kata Yui setelah meletakkan piringnya yang ketiga.

“Sudah kenyang apa sudah bisa berpikir?, di mana rumahmu?”

“Rumahku benar-benar jauh, apa serius ingin mengantarku pulang?”

“Iya makanya cepat katakan,”

“Rumahku ada di Jepang, tiket lumayan mahal. Apa tidak apa-apa kalau kau membayari?”

“Jangan bercanda, cepat katakan di mana rumahmu?”

“Rumahku benar-benar di Jepang.”

“Aissh..aku benar-benar tidak tahan, jangan bercanda denganku!!!” Seung gi berteriak.

Yui menangis.

“Kenapa kau berteriak padaku, aku mengatakan yang sejujurnya. Mengapa kau begitu?”

Semua orang yang ada di warung itu menatap Seung gi dan Yui.

“Anak muda mengapa kau membuat pacarmu menangis?” tanya seorang nenek yang duduk di sebelah mereka.

“Dia bukan pacarku.”

Tangisan Yui makin keras.

“Kau ini tidak boleh kasar pada wanita, apa lagi dengan pacarmu sendiri.” Lanjut nenek itu.

“Sudah aku bilang dia bukan pacarku!”

“Kau ini, wanita secantik ini juga mau kau tinggalkan, apa kau ini selingkuh?” tanya bapak-bapak yang duduk disebelah nenek tadi.

“Sepertinya begitu, dari tampangnya saja sudah kelihatan. Kasihan sekali wanita itu.” Kata nenek itu.

Seung gi menarik tangan Yui keluar dari warung jajangmyun.

“Kau ini mengapa tidak menjelaskan dan hanya terus menangis?, semua orang jadi berprasangka buruk padaku.” Kata Seung gi.

“Habis kau tidak percaya, aku datang dari Jepang beberapa hari lalu, tapi tasku dicuri dan semuanya sudah habis. Pinjam uang denganmu apakah tidak bisa?” tanya Yui.

“Aku tidak meminjamkan uang pada orang yang tidak di kenal.” Kata Seung gi.

“Aku pasti akan mengembalikan, mengapa kau tidak percaya padaku?”

“Pokoknya tidak bisa, sekarang urus saja masalahmu sendiri.”

Seung gi mengeluarkan koper Yui dari bagasi.

“Kau tadi sudah menabrakku, sekarang tidak bertanggung jawab meninggalkanku sendiri?”

“Tadi aku sudah bertanggung jawab, membayar rumah sakit juga tiga mangkok jajangmyun yang tadi kau makan. Sekarang tanggung jawabku sudah selesai.”

“Tidak menyangka orang Korea sangat jahat, aku di sini ditinggal sendirian. Tidak punya tempat tinggal dan makanan, mungkin beberapa hari lagi akan mati.” Kata Yui.

“Jangan berusaha merajuk di depanku.” Kata Seung gi.

Yui kamu harus mengarang cerita yang bisa membuatnya terharu, buat apa selama ini menjadi penulis kalau kau tidak ahli dalam mengarang cerita pikir Yui dalam hati.

“Padahal aku datang jauh ke sini ingin bertemu ibu kandungku, selama ini aku tidak tahu siapa ibu kandungku. Mungkin sudah nasibku tidak bisa bertemu ibuku, mengapa dunia ini begitu kejam.”

Yui menangis.

“Mungkin Ibuku nanti akan menyesal, tidak sempat bertemu denganku karena aku sudah meninggal di jalanan karena kelaparan. Mengapa nasibku begitu buruk,”lanjut Yui.

“Apa kau benar-benar tidak ada tempat tinggal?” tanya Seung gi.

Yui mengangguk.

“Kalau begitu tinggal di tempatku saja.”



-----



Yui memandang aparteman Seung gi yang luas, benar-benar mewah.

“Di sini kamarmu.” Seung gi meletakkan koper Yui di sebuah kamar.

Yui memasuki kamar yang luas itu, dengan ranjang tinggi yang besar dan empuk. Yui merebahkannya dirinya di atas ranjang.

“Lebih empuk dari ranjang hotel. Hidupku benar-benar berubah jadi seperti drama Korea” Kata Yui senang.

“Tapi tunggu dulu, orang itu mengapa tiba-tiba baik dan menyuruhku tinggal di rumahnya. Pasti aku tidak bisa tinggal dengan gratis, menurut drama Korea yang sudah ditonton……..Apakah aku aku akan dijadikan pembantu?” kata Yui.

Seung gi mengetuk pintu.

“Masuklah.” Kata Yui lemas.

Seung gi menyerahkan surat kontrak pada Yui.

“Ini apa?” tanya Yui.

“Surat kontrak menjadi pembatu di rumah ini, jangan harap kau bisa makan dan tidur gratis di sini. Aku juga akan membayarmu nantinya, dengan uang itu kau bisa kembali ke Jepang. Kebetulan aku juga sedang mencari pembantu.”

“Sudah ku duga.” Kata Yui.

Yui meraih surat kontrak dan membacanya.


Yoshioka Yui akan bekerja di rumah Lee Seung Gi sebagai pembantu rumah tangga selama 30 hari, setelah itu Lee Seung Gi akan membayar tiket pesawat Yoshioka Yui untuk kembali ke Jepang. Dengan syarat-syarat berikut ini:

1. Yoshioka Yui akan mematuhi semua perintah Lee Seung Gi.
2. Yoshioka Yui harus selalu minta izin sebelum keluar rumah kepada Lee Seung Gi.
3. Jika Lee Seung Gi tidak puas dengan pekerjaan Yoshioka Yui, Lee Seung Gi berhak mengusir Yoshioka Yui dari rumah tanpa membayar sepeserpun.

Yui selesai membaca isi surat kontrak dan melirik Seung gi.

“Itu, aku rasa isi surat kontrak yang terakhir terlalu berlebihan. Masa aku diusir tanpa diberi uang sepeserpun?.” Kata Yui.

“Kalau tidak mau ya sudah, silakan keluar dari sini.” Seung gi menyambar surat kontrak yang ada di tangan Yui.

“Tunggu dulu, aku kan tidak bilang tidak mau.” Kata Yui.

Selesai menandatangani surat kontrak, Seung gi menyerahkan salah satunya pada Yui dan dia menyimpan yang satunya.

“Sekarang buatkan aku kopi, tidak terlalu panas tidak terlalu dingin, gulanya cukup satu sendok.” Kata Seung gi lalu pergi meninggalkan kamar Yui,

“Baru tandatangan kontrak saja dia langsung memerintahku.” Kata Yui kesal.

Yui membuat kopi dan meletakkannya di atas meja. Seung gi meminumnya.

“Terlalu panas, kau sengaja ingin membunuhku?” kata Seung gi.

“Biasanya orang minum kopi memang panas-panas, tapi ditiup dulu mana ada orang sepertimu minum kopi sekaligus seperti minum air putih.”

“Tadi aku sudah bilang jangan terlalu panas dan jangan terlalu dingin, aku tidak punya waktu banyak seperti orang lain duduk-duduk santai minum kopi, aku banyak kerjaan.”

Yui kesal dan mengambil cangkir kopi dari tangan Seung gi.

“Baru saja kau bekerja padaku, tapi aku sudah tidak puas dengan pekerjaanmu. Masih berani membantah perintah majikan, apa kau mau diusir keluar dari sini?” kata Seung gi.

“Aku baru kali ini jadi pembantu jadi aku tidak terlalu mengerti.”

“Sama saja, kalau sudah jadi pembantu jangan bersikap sombong bersikaplah sebagai pembantu,”

“Kau pikir aku tidak bisa dapat kerjaan di tempat lain?, aku masih punya harga diri. Surat perjanjian tadi batal.” Kata Yui.

Dia masuk ke kamar dan mengemasi semua bajunya dalam koper.

“Dia pikir karena dia kaya bisa begitu sombong, baiklah kita lihat saja nanti.” Kata Yui.

Dia membawa kopernya turun.

“Jangan nanti datang ke sini lagi dan mengemis padaku.” kata Seung gi.

“Tidak akan terjadi, kalau itu terjadi pastilah aku sudah sangat gila, otakku sudah hilang kewarasan.” Kata Yui.

Dia keluar dari apartemen Seung gi, dan melihat BMW Seung gi ditempat parkir. Yui mengeluarkan cutter dari kopernya dan menggaris body BMW seri 6 yang mulus itu.

“Ini oleh-oleh dariku sebelum aku pergi.” Kata Yui.



----





“Jika dia masih seperti itu lebih baik dikeluarkan saja dari proyek film kali ini. Aku tidak butuh pemain tidak profesional seperti dia.” Kata Seung gi berbicara melalui ponselnya.

Seung gi berjalan menuju BMWnya dan melihat ada goresan memanjang dibody mobilnya.

“Mobilku…..” kata Seung gi.

Dia menuju pos satpam dan melihat dari kamera pengintai.

“Oh gadis itu yang melakukannya.” Kata Satpam sambil menunjuk layar monitor.

“Apa ??, dasar Yoshioka Yui jika aku bertemu sekali lagi denganmu kau pasti mati!!!”



---





Yui menarik kopernya sambil menendang dedaunan di jalan.

“Yoshioka Yui apa kau bodoh, harga dirimu begitu tinggi. Kalau begitu apa harga diri bisa memberimu makan dan tempat tinggal?.” Yui mengomel pada dirinya sendiri.

Langkah Yui terhenti saat melihat sosok yang memakai kacamata hitam, topi. Dan syal masuk ke dalam sebuah toko bunga.

“Itu, pencuri tas itu. Aku ingat, dandanannya juga sama.” Kata Yui.

Yui langsung memasuki toko bunga dan melihat si pencuri sedang melihat-lihat bunga. Yui langsung menyambar lengan si pencuri.

“Kembalikan uangku dan ponselku yang dicuri!!!” Yui berteriak.

Semua orang yang ada di toko langsung menatap mereka.

“Apa maksudmu, aku bukan pencuri.” Kata pemuda itu.

“Aku tidak salah lihat lagi, kalau bukan pencuri mengapa kau berdandan seperti ini sangat mencurigakan, pasti kau pencuri cepat kembalikan uangku.”

Yui memukul-mukul pemuda itu.

“Apa kau wanita gila?, sudah aku bilang aku tidak mencuri tasmu.”

Kacamata hitam pemuda itu terlepas, dan memperlihatkan wajahnya yang tampan. Yui tercengang, sepertinya dia pernah melihat pemuda ini entah di mana.

“Kyaaa..Jan Geun Seok!!!!” salah satu pengunjung toko berteriak.

Yui menatap wajah Geun seok.

“Ah rupanya aku salah orang, aku minta maaf. Apakah kau Jan Geun Seok bintang film yang terkenal itu?” Tanya Yui.

Geun seok tidak menjawab dan hanya menatap kesal kearah Yui.

“Geun seok oppa!!!!” semua orang yang di toko mengerumuni Geun seok.

Geun seok langsung menyambar koper Yui lalu lari. Semua orang mengejarnya, Yui hanya terdiam.

“Mengapa dia membawa koperku?” Yui keheranan.

Dia melihat tas besar yang tergeletak di lantai.

“Apa dia salah bawa??”

Yui ikut mengejar Geun Seok di kerumunan orang-orang yang semakin ramai.

“Geun seok tas kita tertukar!!!!” Yui berteriak.

Sebuah mobil berhenti dan Geun seok langsung memasuki mobil itu.

“Geun seok tas kita!!!” Yui berteriak.

Mobil yang membawa Geun seok berlalu pergi.



---





Geun seok melihat koper yang dipegangnya.

“Apa ini?, mengapa aku bisa membawa ini?”

“Ada apa?” Tanya menejernya.

“Sepertinya aku salah bawa tas, mungkin tasku masih ketinggalan di toko bunga.”

“Biar nanti aku yang mengambilnya.” Kata menejernya.

“Tapi koper ini milik siapa?”

Geun seok teringat dengan gadis di toko bunga yang menuduhnya pencuri.

“Apa milik gadis itu?”



----

Yui duduk di bangku taman.

“Bagaimana ini?, bahkan bajupun sekarang aku tidak punya, dan laptopku ada di dalam sana. Mengapa aku bisa sial seperti ini?”

Yui membuka tas Geun seok, isinya dua pasang sepatu mahal, jam tangan bermerk, dan beberapa botol parfum mahal semuanya masih baru.

“Benda-benda mahal ini, kalau dijual harganya berapa?” Yui tersenyum.

“Tapi tidak boleh ini namanya mencuri, semua ini harus dikembalikan. Tapi saat hampir mati kelaparan dan tidak punya tempat tinggal semua orang juga bisa berubah menjadi jahat.” Kata Yui.

“Tidak boleh, aku tidak boleh melakukannya. Kalau ketahuan aku bisa dipenjara. Apa sekarang aku harus kembali mengemis pada Seung gi?”

Yui berjalan lemas menuju apartemen Seung gi dan menunggu di depan pintu. Karena terlalu lama menunggu Yui tertidur di depan pintu.

---





Seung gi memarkir mobilnya yang sudah tergores, lalu naik lift dan menemukan Yui di depan pintunya.

“Mengapa gadis ini datang lagi?”

Seung gi memperhatikan Yui yang sedang tertidur.

“Cepat bangun, ada apa datang kembali ke sini?, bangun.”

Seung gi mengguncang-guncang bahu Yui. Yui membuka matanya dan langsung bangkit.

“Oh, kau sudah datang?”

“Mengapa datang lagi ke sini?”

“Itu setelah aku pikir-pikir rasanya tidak profesional setelah tandatangan kontrak langsung pergi. Jadi aku harap kita kerjasama lagi.” Kata Yui.

Seung gi tertawa dengan keras.

“Apa kau sudah gila?, siapa yang bilang kalau kembali ke sini artinya kau sudah gila, kewarasanmu sudah hilang?”

“Tidak apa-apa kau anggap aku gila, aku juga rela kau tertawakan. Tapi kita lupakan saja masalah tadi, mulai dari awal lagi. Aku akan baik-baik melayanimu.” Kata Yui.

“Lalu dengan mobilku yang sudah kau gores bagaimana?” kata Seung gi.

“Oh.. goresan itu, cuma goresan kecil. Ha..ha…” Yui tertawa di buat-buat.

“Sepertinya cukup panjang, sekiar 60 cm..ha..ha..” Seung gi ikut tertawa.

“Yang sudah terjadi lebih baik kita lupakan saja, bukankah sudah aku bilang kita mulai dari awal saja.” Kata Yui.

“Mula-mulanya aku ingin mencarimu dan membunuhmu!!, rupanya kau sendiri datang ke sini menyerahkan diri!!” kata Seung gi sambil tersenyum licik.

“Itu..itu..” Yui langsung lari menuju lift.

Seung gi mengejarnya, tapi pintu lift sudah menutup. Seung gi langsung menuruni tangga.

“Dasar wanita licik, tidak akan kubiarkan dia lari.” Kata Seung gi.

Yui berlari keluar dari aparteman dan menuju jalanan, dia tersenyum tidak melihat tanda-tanda Seung gi mengejarnya, tapi saat berbalik senyumnya memudar melihat Seung gi rupanya ada dibelakangnya.

“Ha..ha..ha.. mau kabur ke mana?” kata Seung gi.

“Bukan kabur, sedang olahraga..ha..ha..ha”

“Sudah selesai olahraganya?, ayo kita bicarakan masalah tadi.”

----

Yui duduk lemas di sofa yang empuk di ruang tamu Seung gi.

“Masih mencoba kabur, bukankah itu bukan tindakan profesional nona Yoshioka Yui?” kata Seung gi.

“Itu karena tadi wajahmu sangat menakutkan, jadi aku kaget dan kakiku reflek langsung berlari.” Kata Yui.

“Kau bilang wajahku menakutkan?”

“Bukan begitu, orang yang begini tampan mana mungkin menakutkan. Cuma agak sedikit menyeramkan..ha..ha..” Yui tertawa kecil dan merasa canggung.

“Karena kau sudah merusak mobiku, dan biayanya sangat mahal untuk memperbaikinya, kontraknya kita ubah. Kau bukan bekerja selama 30 hari tapi selama 3 bulan.”

“3 bulan?, kalau 2 bulan saja bagaimana?, kau begitu kaya uang segitu bukan masalah bagimu, berbaik hatilah sedikit.”

Seung gi menatap Yui tajam.

“Baiklah 3 bulan saja tidak apa-apa, tapi..” kata Yui.

“Tapi kenapa?”

“Pinjamkan aku uang untuk beli baju, aku tidak punya baju lagi sekarang.”

“Bagaimana bisa tidak punya baju?”

“Aku juga tidak menyangka bisa begini sial, koperku tertukar dengan seseorang.”

“Kau ini, sudah uang hilang dicuri orang sekarang malah kehilangan koper?, otakmu sebenarnya ada di mana?”

“Jadi mau pinjamkan uang tidak?”

Seung gi mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya dan menyerahkannya pada Yui.

“Kamsamnida.. tidak menyangka kau sudah tampan juga begitu murah hati.” Kata Yui.

“Benar juga, dengan gadis yang bekerjapun belum benar, masih menggores mobilku dengan kejam tapi aku masih memberinya uang untuk beli baju, aku memang terlalu baik.”

“Apa ingin minum kopi?” kata Yui.

“Tidak.”

“Ingin aku masak?”

“Aku sudah makan di luar, besok saja siapkan sarapan jam 7 pagi.”

“Kalau begitu aku keluar dulu membeli baju.”



----





Yui memilih-milih baju.

“Kalau beli yang murah, aku bisa dapat banyak. Ah yang ini sedang diskon.” Yui menatap piyama gambar babi berwarna pink.

Yui pulang setelah berbelanja, lalu dia mandi dan mengenakan piyama babi itu.

“Baju apa ini?, ini baju yang kau beli?” kata Seung gi menatap piyama itu.

“Sedang diskon, jadi aku beli.” Kata Yui.

“Memang cocok untukmu..ha..ha..”

Seung gi lalu masuk ke kamar mandi.

“Ada apa dengan piyama ini?, lagipula tidak terlalu buruk.”

Yui menatap dirinya di cermin dan melihat tulisan besar dipiyamanya.

I ‘M A PIG

“Mengapa bisa ada tulisan begini?, pantas saja dia tertawa.”




To be continued…

1 komentar:

DONATE

Klik gambar

Klik gambar
peluang usaha