TOLONG KLIK IKLAN DI BAWAH INI, ANDA BAIK SEKALI..^^

1x klik = Rp 250,- Donate Anda

Selasa, 22 November 2011

My Little Boyfriend part 1

Author : L Hirasawa aka Livie Jungiestar Yl

WARNING: DI LARANG COPAS TANPA SEIZIN AUTHOR APA LAGI TANPA MEMBERI CREDIT!!!

Cast:
- YUI ( Yoshioka Yui )
- Kanata Hongo
- Kenichi Matsuyama
- Arisa
- Yamashita Tomohisa
- Miwa

Genre: Romance, Comedy

Length: 1-6


Gadis itu mengaduk-aduk minumannya, anak lelaki yang didepannya baru saja menyatakan cinta. Anak laki-laki itu masih SMP, lebih muda tiga tahun darinya. Sebenarnya laki-laki itu lumayan imut juga. Tapi beda tiga tahun kedengarannya terlalu mengerikan.



“Mengapa tidak mau menerimaku?” anak laki-laki itu menunduk.

“Bukankah sudah kujelaskan onee-san terlalu tua untukmu.”

“Tapi cinta tidak memandang usia.”

“Cinta apa?, lebih baik cari yang seumuran denganmu sesama anak SMP.”

“Tidak mau, aku cuma cinta padamu saja tidak mau yang lain.”

Anak lelaki itu menunduk, menatap sekeliling lalu menatap gadis didepannya lagi.

“Apa kau tahu pasangan yang memakai baju hitam dan topi hitam di sudut sana?” katanya, suaranya setengah berbisik.

“Siapa mereka?” gadis itu mulai merasa ingin tahu.

“Mereka adalah YUI dan Kanata Hongo.”

“Otto YUi yang penyanyi dan musisi terkenal itu dan Kanata pemain film dan model terkenal. Apakah mereka benar-benar pacaran?”

“Sekarang mereka sudah bertunangan,.”

“Apakah gosip itu benar?, Kanata lebih muda tiga tahun tapi sangat serasi sekali.” Gadis itu memperhatikan YUI dan Kanata.

“Bukankah sama seperti kita?, kita juga beda tiga tahun.”

“Kau mana bisa disamakan dengan Kanata?, Kanata itu tinggi sementara kau pendek. Orang-orang akan tahu aku jalan dengan anak SMP dengan melihat tinggi badanmu.”

“Kanata dulu juga tidak tinggi, waktu dia masih SMP bersusah payah mendapatkan hati YUI.”

“Suka dengan YUI dari dia masih SMP kah?, romantis sekali.”

“Kalau kau ingin tahu kisah mereka aku bisa bercerita padamu, kau punya banyak waktu tidak?”

Gadis itu tidak menjawab apa-apa tapi sorot matanya menandakan dia sangat ingin tahu. Anak laki-laki itu tersenyum.

“Begini ceritanya….”





-----





Yoshioka Yui mengambil tisu lagi dan menghapus air matanya.

“Dasar kau memang bodoh, aku benci padamu!!!”

Yui merobek-robek foto dirinya dengan seorang laki-laki.

Yui mengambil sebuah donat lagi dan memasukkan ke mulutnya.

“Aku datang.” Terdengar suara dari luar.

Arisa sahabat dekat Yui memasuki ruang tamu dan melihat Yui yang sedang menangis memakan donat. Arisa tertawa keras.

“Mengapa tertawa?, bukankah aku terlihat sangat menyedihkan?”

“Baru kali ini aku melihat orang patah hati malah makan donat sebanyak-banyaknya, sangat lucu maaf.” Arisa tertawa lagi.

Arisa memperhatikan foto-foto yang sudah dirobek.

“Foto juga sudah dirobek, sepertinya sangat benci. Kau jangan begini terus, sudah tiga hari tidak masuk sekolah hanya karena putus cinta. Apakah selama tiga hari kau terus-terusan makan donat?”

“Aku sudah menghabiskan 20 kotak donat dan 40 cangkir kopi.”

“Apa ada orang patah hati sepertimu?, apakah mau kembali menjadi gendut seperti dulu?, kau menurunkan berat hingga 12 kg itu sangat tidak mudah. Apakah sudah lupa perjuanganmu dulu?”

“Biar saja aku kembali gendut, buat apa aku diet?, Aku susah-susah diet demi Yamashita, sekarang dia suka gadis lain untuk apa aku diet.”

Yui mengambil sepotong donat lagi.

“Dasar kau memang bodoh.”

Arisa mengambil kotak donat dan memukul kepala Yui.

“Mengapa memukulku?”

“Memangnya laki-laki di dunia ini hanya dia saja?, apa kau mau mati hanya karena dia?”

“Kalau aku mau mati aku tidak akan makan hingga mati kelaparan, apakah kau tidak melihat aku sedang makan donat?”

“Itu juga sama dengan bunuh diri, kau pikir bisa mendapatkan laki-laki dengan mudahkah jika kau kembali seperti dulu.”

“Aku tidak peduli, aku tidak akan menikah. Aku ingin jadi perawan tua saja.” Yui menangis lagi.

“Apa itu impianmu?, menjadi perawan tua yang kesepian dan ditemani kucing-kucing?”

“Setidaknya ada kucing yang menemaniku.”

Arisa memukul kepala Yui lagi, kali ini dengan bantal yang ada di sofa.

“Apa salahnya tidak menikah?, lagi pula aku sangat takut melahirkan kalau tidak menikah aku tidak perlu melahirkan.”

“Coba kau pikir?, Yamashita dan Miwa bersenang-senang dan hidup bahagia sementara kau di sini ingin jadi perawan tua, apakah itu adil?”

“Jadi aku harus bagaimana?”

“Tentu saja cari laki-laki lain yang lebih tampan darinya, lalu buktikan padanya kau sudah mendapat yang lebih baik darinya.”

“Kau benar, ayo kita cari laki-laki sekarang.” Yui bangkit dari duduknya.

“Apa kau sudah gila?, rambut awut-awutan, mata bengkak dan merah, lalu ada lingkaran hitam besar di bawah matamu, kulit juga kusam, sudah berapa hari kau tidak keramas?, rambut juga berminyak. Laki-laki akan kabur, apa yakin mau mencari laki-laki sekarang?”

Yui menatap cermin dan berteriak.

“Ahhhh!!! Wanita jelek itu mana mungkin aku!!!!!”





----





Arisa membersihkan kotak-kotak donat dan cangkir-cangkir kopi sementara Yui sedang mandi.

“Apa dia sekarang sedang mandi?” Tanya Ibu Yui.

“Iya, dia tidak akan begini lagi. Bibi tenang saja.” Kata Arisa.

“Untung ada kau, bibi sangat bingung dia tidak mau mendengar nasihat bibi.”

Arisa hanya tersenyum, Ibu Yui keluar membuang kotak-kotak donat. Yui keluar dari kamar mandi. Dia terlihat lebih segar dan hidup.

“Ini?” Arisa menyerahkan timun yang sudah dipotong bulat-bulat.

Yui mengambil timun itu dan memakannya.

“Apa yang sedang kau lakukan, mengapa kau makan timun itu?”

“Bukankah timun memang untuk di makan?”

Arisa menggelengkan kepalanya.

“Untuk di pakai di matamu. Tdak lihatkah lingkaran hitam itu sangat besar?”

Yui mengambil dua potong timun, berbaring di sofa dan meletakkan timun itu dimatanya.

“Aku besok ingin masuk sekolah, tapi bagaimana lingkaran hitamnya belum hilang?”

“Pakai concealer, lalu tutupi dengan bedak tabur.”

“Concealer?, benda apa itu?, aku tidak punya.”

“Pakai punyaku saja.”

“Arigato Arisa, kalau kau tidak ada aku tidak tahu harus bagaimana.”

Yui diam sesaat, lalu dia berbicara lagi.

“Arisa, apakah menurutmu 155cm itu kurang mungil?”

“lagi-lagi kau membahas itu.” Kata Arisa.

“Dulu aku sangat ingin jadi gadis berbadan tinggi, saat Yamashita bilang dia suka gadis mungil aku sangat senang. Tidak di sangka-sangka muncul Miwa yang lebih mungil dariku, aku jadi merasa seperti raksasa.”

“Yang bodoh itu Yamashita, meninggalkanmu hanya karena Miwa lebih mungil?, sangat aneh. Kau 100x lebih cantik, lebih manis, dan lebih imut dari Miwa.” Kata Arisa.

“Arisa selalu tahu cara menghiburku, sekarang aku merasa lebih baik. Apa aku harus memintamu juga mencarikanku pacar?”

“Sebenarnya aku punya sepupu yang tampan juga imut.” Kata Arisa.

Yui bangkit dari sofa, dua potong timun itu terjatuh.

“Benarkah?, mohon kenalkan padaku.”

“Akan aku pertimbangkan.”

Yui mengambil gitarnya yang berada di sudut ruangan dan memberikannya pada Arisa.

“Ini bendaku yang paling berharga, aku berikan gitarku padamu tapi tolong kenalkan aku dengan sepupumu.”

“Aku tidak perlu gitarmu, aku hanya bercanda tadi. Tentu saja aku akan mengenalkan padamu.”

“Arisa.”

Yui memeluk Arisa erat.





----





Yui menatap sepupu Arisa yang ada di depannya. Memang benar sepupunya tampan, sepupunya juga imut, tapi sepupunya itu pendek, tingginya hanya 155 seperti dirinya. Dan lebih parahnya sepupunya itu masih SMP, lebih muda tiga tahun darinya. Yui menggigit-gigit sedotan dengan gemes.

“kau lebih cantik dari pada yang di foto.” Kata Kanata sepupu Arisa.

“Arigato.” Kata Yui dengan lemas.

“Kau sekolah di SMP mana?” kata Kanata.

“Maaf, tapi aku bukan anak SMP sepertimu aku sudah SMA, aku lebih tua tiga tahun darimu. Sepertinya ada kesalah pahaman.”

“Benarkah?, kau terlihat sangat imut. Tapi aku juga suka wanita yang lebih tua aku tidak masalah.”

“Sudah aku bilang ini salah paham, lebih baik kita pulang saja dan menganggap tidak pernah bertemu.” Yui bangkit dari duduknya.

“Tapi bukankah kau sudah setuju kita kencan hari ini?, mengapa harus pulang?”

“Aku tidak menyangka sepupu Arisa anak SMP.”

“Itu tidak menjadi masalah untukku, ayo kita jalan-jalan sebentar saja.”

“Bukan masalah untukmu, tapi itu masalah besar untukku.”

Yui pergi meninggalkan Kanata, Yui mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi Arisa,

“Kau ada di mana?, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu.”





----





Yui menunggu Arisa di ruang tamu, dia memeluk bantal sofa.

“Apakah dia tampan?” kata Arisa.

Yui melempar bantal dan tepat sasaran mengenai muka Arisa.

“Mengapa kau tidak bilang dia masih SMP?”

“Tidak masalah, tapi dia termasuk murid populer di sekolahnya, banyak yang naksir padanya.”

“Yang naksir padanya itu sesama murid SMP.”

“Dia bilang padaku kau cukup lucu, dia tidak masalah kau lebih tua.”

“Tapi itu masalah untukku, aku lebih tua darinya bukan hanya setahun tapi tiga tahun.”

“Dia juga suka gadis yang bermain gitar, saat aku beritahu kau bisa main gitar dia makin suka padamu.”

“Sepupumu memang tampan dan imut, tapi maaf dia itu pendek. Kau tahu kan aku tidak suka cowok pendek.”

“Pendeknya sama dengamu, lagi pula dia masih SMP. Tunggu beberapa tahun lagi dia akan tumbuh tinggi.”

“Menunjukkan pada Yamashita aku punya pacar tinggi dan tampan harus beberapa tahun lagi kah?”

“Sebenarnya untuk apa punya pacar tinggi?, setidaknya masih untung dia tidak lebih pendek darimu.”

“Bagaimana kalau aku mau memakai sepetu hak tinggi, dia pasti akan kelihatan sangat pendek.”

“Seorang Yui bisa memakai sepatu hak tinggi?, bunuh saja aku.” Kata Arisa.

Ponsel Yui berdering, nomor tidak dikenal meneleponnya.

“Jawab saja.” Kata Arisa.

Yui menjawab telepon.

Yui: Moshi-moshi.

Kanata: Ini aku Kanata.

Yui: Kanata-kun?, ada apa?

Kanata: Ada benda milikmu yang ketinggalan, dompetmu ketinggalan di atas meja.

Yui: Benarkah, titipkan saja pada Arisa.

Kanata: Tidak bisa begitu, kita kencan lagi besok baru aku kembalikan padamu. Besok aku hubungi lagi.

Kanata mematikan ponselnya.

“Kanata, tunggu…” kata Yui.

“Apa dia sepupuku?” kata Arisa.

Yui tidak menjawab hanya melempar bantal lagi ke muka Arisa.

----

Yui mendekati Kanata yang sudah menunggu dari tadi. Kanata memperhatikan Yui dari atas hingga bawah.

“Tidak berdandan?” Tanya Kanata.

“Dandan buat apa?”

“Kemarin waktu kencan pertama kau berdandan sangat cantik.”

“Karena aku tidak menyangka kau masih kecil makanya berdandan, mana dompetku?”

“Aku bukan anak kecil lagi!!” Kanata menyerahkan dompet pada Yui.

“Aku pulang dulu, aku banyak tugas.” Kata Yui.

Yui pergi meninggalkan Kanata.

“Tolong temani aku bermain!!!” Kanata berteriak.

Yui menoleh memperhatikan Kanata.

“Kalau kau tidak suka kencan denganku seorang anak kecil, temani aku bermain saja. Aku sangat kesepian.”





---





Yui dan Kanata memasuki taman hiburan.

“Ini untukmu.” Kanata memberikan gula kapas kepada Yui.

Yui mengambil gula kapas itu dan memakannya, tapi matanya tertuju pada gadis yang di depannya. Gadis mungil imut yang hanya setinggi 149 cm sedang memegang eskrim, gadis itu meoleh ke arahnya tersenyum dan mendekat.

“Yui senpai apa kabar?” kata Miwa.

“Baik.” Kata Yui dingin.

Miwa melirik ke arah Kanata.

“Apa dia adikmu?” Tanya Miwa.

“Aku teman kencannya.” Kata Kanata.

“Sepertinya masih SMP, apakah aku benar?”

“Iya, aku masih SMP.”

Miwa tertawa keras.

“Tidak menyangka begitu cepat mendapat pasangan yang baru, tidak menyangka juga kau suka yang lebih muda. Aku sempat khawatir waktu senpai tidak masuk sekolah 3 hari karena putus cinta, ada yang bilang senpai mau bunuh diri.”

“Buat apa aku bunuh diri?, bagiku Yamashita tidak terlalu berharga hingga nyawaku juga harus hilang.” Kata Yui, matanya menatap tajam pada Miwa.

“Benar aku memang tidak berharga untukmu.” Kata Yamashita yang tiba-tiba muncul.

Yui berusaha tersenyum.

“Senang bertemu dengan kalian, tidak menyangka sangat kebetulan.” Kata Yui lagi.

“Yui ayo kita pergi naik kuda-kudaan itu.” Kanata menunjuk komedi putar.

Miwa tertawa lagi.

“Kau pergi saja naik kuda-kudaan, pacar kecilmu sepertinya sudah tidak sabar.” Kata Miwa.

Yui menatap Miwa dan Yamashita penuh kebencian, lalu dia berbalik pergi.





---





“Mengapa kau mengatakan kuda-kudaan di saat suasana penting tadi?” kata Yui.

Sekarang dia sudah naik komedi putar bersama Kanata.

“Mengapa?, memalukan?, tapi aku sangat ingin naik.” Kata Kanata.

“Sungguh menyebalkan, aku terkena sial apa bisa bertemu mereka berdua.”

“Biar kutebak, laki-laki itu mantan pacarmu, lalu gadis itu yang merebut pacarmu.”

“Iya memang benar, dan aku gadis malang yang ditinggalkan.”

“Sepertinya kau sangat benci pada mereka berdua?”

“Tidak ingin membenci mereka tapi aku juga bukan orang yang baik hati bisa melupakan semuanya dalam sesaat, kau lihat gadis itu, dia mungil, lucu, dan cantik karena itu aku benci padanya…”

Kanata menatap Yui, menunggu Yui melanjutkan kata-katanya.

“Banyak yang suka padanya hingga akhirnya Yamashita juga suka padanya. Mula-mulanya sangat marah, marah karena dia mungil, lucu, dan cantik, tapi itu bukan salahnya. Dia memang dilahirkan seperti itu, tapi tetap saja masih membencinya.”

“Aku rasa kau tidak perlu membencinya karena itu, kau tidak kalah darinya.”

“Benarkah, kalau begitu aku tidak akan membencinya lagi, juga tidak akan iri padanya.”

Yui tersenyum pada Kanata.

“Tadi kau sedang tersenyum?, cantik sekali.” Kata Kanata.

Muncul semburat warna merah di wajah Yui. Yui memalingkan wajahnya.

“Anak kecil sepertimu mengapa pintar sekali merayu?”

“Bukan merayu, karena memang kenyataan.”





----





Yui berbaring di ranjang dan menerima telepon dari Arisa yang menginterogasinya soal kencannya hari ini.

Arisa: Jadi kau bertemu dengan Miwa dan Yamashita di sana?

Yui: Iya, dan aku sempat berkata Yamashita tidak berharga untukku, aku tidak menyangka dia tiba-tiba muncul. Tapi sebenarnya saat itu hatiku sangat puas sudah mengatakan itu.

Arisa: Lalu bagaimana dengan sepupuku?

Yui: Di saat menegangkan dia mengajakku main kuda-kudaan.

Arisa: Ha..ha…ha.. ya ampun..

Yui: Kau hanya bisa tertawa, kau tidak tahu waktu itu aku sangat malu, lalu Miwa juga menertawaiku.

Arisa: Jangan benci pada sepupuku, dia cuma sedikit kekanak-kanakan.

Yui: Tapi sepupumu baik juga, di lihat-lihat dia lumayan lucu dan manis.

Arisa: Sepertinya mulai ada perasaan cinta.

Yui: Cinta?, aku hanya memuji tidak lebih.

Arisa: Mengaku saja, lalu buat apa kau memujinya?

Yui: Karena dia memujiku juga makanya aku memujinya.

Arisa: Tapi Kanata semangat sekali, dia tadi cerita banyak tentangmu kepadaku.

Yui: Dia bilang apa?

Arisa: Mengapa bertanya?, kau ingin tahu apa yang Kanata pikirkan tentangmu?

Yui: Lupakan aku tidak jadi bertanya, sudah ya? Adieu…

Yui mematikan ponselnya, berbaring menatap langit-langit kamarnya.

“Sebenarnya apa yang Kanata katakan pada Arisa?”

Yui tersentak kaget dan bangkit dari tidurnya.

“Mengapa aku jadi mulai memikirkan anak ingusan itu, ini tidak boleh terjadi.”





----





Yui berjalan menyusuri jalan, di tangannya dia menenteng case gitar. Yui mempunyai hobby bermain gitar dan menyanyi, biasanya dia melakukan live street di stasiun kereta api.

“Udara malam ini hangat, hari yang bagus.” Kata Yui.

Setelah sampai Yui melihat seorang laki-laki sedang tidur di tempat dia biasanya melakukan live street. Laki-laki itu tidur menutupi wajahnya dengan topi.

“Permisi?, apa kau bisa pindah?, ini tempatku biasanya melakukan live street.”

Laki-laki itu tidak menjawab juga tidak bergerak.

“Permisi?, bisakah kau pindah?”

Laki-laki itu terus tidur.

“Menyusahkan saja.” Kata Yui kesal.

Yui duduk bersila tidak jauh dari tempat laki-laki yang sedang tidur itu. Dia mengeluarkan gitarnya, lalu memetik senarnya dan mulai bernyanyi.





Ima wo kowashite shimaitai

Ima ni sugaritsuite itai Jibun

no koto wa wakaranai

Yarinaoseru hazu nai yo

Shiranai machi ni kakurete mitemo

Mado goshi ni tada ima wo omou





Laki-laki yang tertidur itu melepas topi yang menutupi wajahnya, kesal karena tidurnya terganggu oleh nyanyian Yui.

“Tidak lihatkah orang sedang tidur?” kata laki-laki itu.

Yui tidak peduli dan terus menyanyi.





Nigedashitai shoudou kara

Nigedasu made no koujitsu ni mayou

Chigireta kioku wo tadoreba

Ano koro ni datte modoreru

Itsuka no shounen mitai ni

Kanaeru tame umarete kita no

Osanaki hibi ni egaita uchuu

I'm a baby nakitaku mo naru

Te ni ireru tame no Itami nara so good





“Apa kau tuli?, aku bilang berhenti!!!”

Yui mengehentikan nyanyiannya, menatap tajam kepada laki-laki yang di depannya. Sebenarnya laki-laki itu tampan juga.

“Kau juga pura-pura tuli saat aku menyuruhmu pindah, mengapa aku tidak boleh pura-pura tuli?” kata Yui.

“Mengapa aku harus pindah?” kata laki-laki itu.

“Karena ini tempatku, kau yang merebutnya dan tidur di sini.”

“Mengapa bisa menjadi tempatmu?, ini adalah tempat umum. “

“Kalau begitu kau tidak berhak marah karena aku menyanyi ini adalah tempat umum.”

Laki-laki itu menatap kesal ke arahnya. Seorang anak kecil berlari-lari mendekati mereka.

“Kenichi!!, aku mencarimu kemana-mana!!” kata anak kecil itu.

“Bukankah kita sedang bermain petak umpet?, kau menemukan aku?, anak pintar.” Kata laki-laki itu.

“Kenichi jangan sembunyi lagi, aku takut tidak bisa menemukanmu.”

“Jangan panggil Kenichi, panggil ayah. Aku adalah ayahmu.”

“Maaf ayah.” Kata anak kecil itu.

Kenichi bangkit menggendong anak kecil itu, sebelum beranjak pergi dia menoleh kepada Yui.

“Kali ini kau aku ampuni.” Kata Kenichi.

Yui menatap Kenichi hingga hilang dari pandangannya.

“Rupanya sudah punya anak.” Gumam Yui.





---





“Yui awas!!!!!!”

Sebuah bola voli menghantam kepalanya.

“Ah!!”

Yui terjatuh dan pingsan. Saat membuka mata dia sudah ada di ruang kesehatan dan Yamashita ada di depannya. Yui kaget dan bangkit dari tempat tidur.

“Mengapa kau di sini?” Tanya Yui.

“Aku yang membawamu ke sini, tadi kau terkena lemparan bola dariku.”

“Kalau begitu terimakasih.” Yui memegangi kepalanya.

“Apa kau tidak apa-apa?” Tanya Yamashita.

“Yui!!!” kata Kanata, dia memasuki ruang kesehatan.

“Kanata mengapa kau bisa di sini?” Yui semakin kaget.

“Aku mendapat telepon dari Arisa, aku langsung lari dari sekolah ke sini.”

“Apa yang kau lakukan, aku cuma terkena bola.”

“Tapi kau tidak apa-apa kan?” Kanata mendekat dan memegangi wajah Yui.

“Kau ini apa-apaan.” Yui melepas tangan Kanata.

“Mengapa kau di sini?” Kanata bertanya pada Yamashita.

“Yui tidak sengaja terkena lemparan bola dariku.” Kata Yamashita.

“Lain kali hati-hatilah, kau tidak tahu Yui sangat berharga?” kata Kanata.

“Maafkan aku.” Yamashita keluar dari ruangan.

“Yui aku takut sekali sesuatu terjadi padamu.” Kanata memeluk Yui.

“Anak ini.” Yui memukul kepala Kanata.

“mengapa memukulku?”

“Cepat kembali ke sekolah.”

“Tidak mau, aku mau di sini saja menemanimu.”




To be continued…..

3 komentar:

  1. Ini cerita apa?
    Kok ada Foto pacarku sih(YUI)?

    BalasHapus
  2. ini fanfiction..cerita karanganku

    BalasHapus
  3. seru banget ceritanya
    aku udah baca sampai part 6
    lanjutin lagi dong :)

    BalasHapus

DONATE

Klik gambar

Klik gambar
peluang usaha