TOLONG KLIK IKLAN DI BAWAH INI, ANDA BAIK SEKALI..^^

1x klik = Rp 250,- Donate Anda

Minggu, 20 November 2011

HELP ME !!! ( CAN’T STOP NIGHTMARE ) part 2 -END-

Author : L Hirasawa / Livie Jungiestar Yl

WARNING : DILARANG COPAS TANPA SEIZIN AUTHOR !! APALAGI TANPA MEMBERI CREDIT!!

Cast :
- YUI ( Yoshioka Yui )
- Ikuta Toma

Genre: Horror, Mistery

Length : 1 - 2

part sebelumnya http://kelastkj.blogspot.com/2011/04/help-me-can-not-stop-nightmare-part-1.html





Tengah malam hujan turun sangat lebat, Yui merasa haus. Dia meraih teko yang ada di samping ranjang, isinya sudah habis. Yui lalu turun ke bawah untuk minum. Yui memasuki dapur, mengisi gelasnya dengan air dan meminumnya. Yui lalu membuka pintu belakang, ada batu besar yang Yui taruh di sana sebagai tanda kuburan Aoi. Entah mengapa Yui merasakan keinginan kuat untuk melihat kuburan Aoi. Kaki-kakinya yang telanjang menyentuh tanah yang basah karena air hujan, Kilat menyambar-nyambar tapi dia tidak peduli. Yui mendekati batu besar itu, jemarinya menyentuh batu itu.

“Aoi….apa kau tidak tenang?” kata Yui.

“Maafkan aku Aoi, semuanya gara-gara aku. Andai saja aku tidak pacaran dengan Toma, tapi Aoi jangan terus mengganggu hidupku, aku tidak tahan lagi Aoi, tolong maafkan aku.”

Yui membaringkan kepalanya di atas batu besar itu dan menangis. Tiba-tiba muncul sebuah sosok yang menyerupai dirinya, sosok itu berjalan memasuki rumah.

“Aoi…” kata Yui tidak percaya.

Dia mengikuti Aoi yang melangkah dalam rumah. Mata Aoi bersinar kemerahan, Aoi mengambil pisau dapur lalu naik ke lantai atas.

“Aoi apa yang ingin kau lakukan?” tanya Yui.

Tapi Aoi seperti tidak mendengar dirinya, Aoi membuka pintu kamar tidur ibunya. Ibunya sedang berbaring dan tidur nyenyak.

“Kau tidak bisa lagi bermimpi indah.”

Aoi lalu menusukkan pisau dapur itu pada jantung ibunya, darah bermuncratan ke mana-mana.





-----





“Tidak!!!” Yui berteriak.

Yui mendapati dirinya sudah di atas ranjang, apa dia kemarin hanya mimpi buruk?. Yui menuruni ranjangnya, lalu dia menuju kamar ibunya. Yui membuka pintu, tidak ada ibunya di sana.

“Pelayan…pelayan!!!” Yui berteriak memanggil pelayannya.

“Ada apa nona?”, pelayan tergesa-gesa mendatangi Yui.

“Ke mana ibuku?”

“Nyonya? bukannya nyonya belum bangun?”

“Ibuku tidak ada di kamarnya.”

“Tapi aku tidak melihat Nyonya keluar rumah.” Kata pelayannya bingung.

Yui memasuki kamar ibunya, lalu membuka lemari pakaian. Semuanya masih utuh, tas dan juga dompet, tidak ada tanda-tanda ibunya pergi. Yui menyambar gagang telepon dan menekan nomor ponsel ibunya. Ponsel ibunya yang di atas meja berbunyi, ibunya tidak membawa ponsel.

“Aneh..” kata Yui.

Apa yang kemarin itu benar-benar terjadi?, Aoi membunuh ibunya.

“Tidak mungkin, itu hanya mimpi buruk.”

Yui memegang kepalanya.

“Tidak mungkin..tidak mungkin…”

Kata-kata itu terus meluncur dari bibir Yui, Ibunya keluar dari kamar mandi, dia masih mengenakan jubah mandi. Ibunya menatap Yui heran.

“Ada apa?” tanya Ibunya.

“ibu…” hanya itu yang bisa Yui ucapkan.

Lututnya lemas, dan dia langsung jatuh terduduk di lantai.



-----



Pelayan menyeduh kopi dalam teko. Keran air tiba-tiba menyala sendiri. Pelayan itu mematikan keran air, lalu dia merasa ada angin dingin yang bertiup di belakang punggungnya.



Pergi dari sini……



“No..nona Aoi…” kata pelayan tergagap.



Pergi dari sini jika kau masih ingin hidup…



Pelayan itu merasa kakinya membeku, tidak dapat bergerak. Keringat dingin terus mengucur dari pelipisnya.



-----



Ibu Yui menatap pelayan dan tukang kebun, dia mengambil gelasnya dan menuang anggur.

“Jadi kalian ingin berhenti bekarja?”

“Iya..nyonya.” kata tukang kebun.

“Apa alasan kalian?”

Pelayan dan tukang kebun saling bertatapan.

“Ampun nyonya..nona Aoi dia terus mengusik kami nyonya.”

“Omong kosong!!” Ibu Yui meletakkan gelas anggurnya.

“Tolong nyonya, kami tidak akan membocorkan apa yang terjadi di rumah ini. Kami bersumpah.”

Yui memarkir mobilnya, dia melihat pelayan dan tukang kebun membawa tas mereka keluar dari rumah. Yui bergegas memasuki rumah.

“Ibu, apa yang terjadi?” tanya Yui.

Ibunya menggoyang gelas anggur, lalu meminumnya perlahan.

“Semua orang dan juga kau sama saja..ha..ha..ha..” Ibunya tertawa


----

Angin dingin menerpa jendela kamar Yui yang tidak di kunci, Brakk.. jendela itu langsung terbuka. Yui membuka matanya. Semilir angin dingin menerpa wajahnya. Sebuah sosok seperti memasuki kamarnya, Yui menyipitkan matanya berusaha melihat sosok itu di tengah kegelapan karena lampu kamarnya di matikan, cahaya bulan menyinari sosok itu. Itu Aoi, tapi dia seperti tidak melihat Yui. Dia berjalan keluar dari kamar Yui.

“Aoi!!!!” Yui berteriak.

Tapi Aoi seperti tidak mendengar suaranya.

Aoi berjalan menuju kamar ibunya. Yui berlari menyusul Aoi.

“Jangan Aoi, hentikan.” Yui ingin menyentuh Aoi tapi dia tidak bisa.

Aoi membuka pintu dan berjalan menuju ibunya yang tertidur pulas, Aoi meletakkan kedua tangannya di leher ibunya. Mata ibunya terbuka dan bertatapan dengan mata Aoi yang bersinar kemerahan.

“Heek…hek….” Hanya itu yang keluar dari mulut ibunya.

“Jangan!!!”

Yui ingin menghentikan semua ini, tapi dia tidak bisa. Badannya seakan di paku saat Aoi melakukan itu, dia tidak bisa bergerak.

"Heek..heek...."

Tubuh ibunya menggelepar, berusaha melepaskan tangan Aoi yang membelit dilehernya, Aoi mempererat cekikan pada leher ibunya. Tidak lama kemudian tubuh yang menggelepar itu lemas tidak bernyawa.

Aoi melepas tangannya dari leher ibunya, lalu dia menarik mayat ibunya menuruni tangga. Yui tidak bisa melakukan apa-apa dia hanya bisa menonton, tidak ada yang bisa dia lakukan untuk menyelamatkan ibunya. Aoi lalu membawa mayat ibunya ke halaman belakang, dia mengambil sekop dan membuat sebuah lubang di bawah pohon besar, Aoi lalu memasukkan mayat ibunya di sana.



-----





“Kyaaaaaa!!!!”

Yui membuka matanya, keringat dingin menetes dari pelipisnya.

“Lagi-lagi mimpi buruk.” Kata Yui.

Yui menguap menuruni tangga dan menuju ruang makan, tidak ada ibunya di sana. Yui mulai merasa perasaannya tidak tenang, jangan-jangan ibunya…..

Yui menaiki tangga lagi dan membuka pintu kamar ibunya, kosong… Yui mulai ketakutan, dia membuka pintu kamar mandi tapi tidak ada ibunya di sana.

“Ibu!!!! Ibu!!!!!!! Ibu!!!!!!!”

Ponsel ibunya berdering, Yui mendekati ponsel ibunya yang ada di atas meja. Tangannya bergetar saat meraih ponsel itu, Ayahnya menelepon.



Yui: Ayah…..

Ayah: Yui?, mana ibumu.

Yui: Ayah ibu hilang, aku takut sekali.

Ayah: Apa maksudmu?, ayah sekarang sudah di bandara Jepang. Setelah mendengar kematian Aoi ayah memutuskan untuk pulang.

Yui: Ayah cepatlah pulang.





-----





Yui menatap halaman belakang rumahnya. Dan melihat ke bawah pohon. Apakah mungkin?, Yui cepat-cepat menepis pikiran buruk darinya.

“Tidak mungkin, itu cuma mimpi.”

Yui bergegas kembali ke ruang tamu menunggu ayahnya, tidak lama kemudian bel rumah berbunyi. Yui membukakan pintu, tampak laki-laki berusia 56 tahun yang terlihat lelah berdiri di ambang pintu.

“Ayah..” Yui memeluk ayahnya.

Ayahnya tersenyum.

Yui membantu membawa barang bawaan ayahnya.

“Ayah ibu hilang, bagaimana ini?”

“Tidak apa-apa, ibumu mengirimiku pesan.”

“Pesan apa?”

“Saat aku mengiriminya pesan aku akan pulang ke Jepang, dia membalas menyuruhku cepat pulang menemanimu, dia ingin pergi.”

“Pergi ke mana?”

“Dia tidak menyebutkan tempat, tenang saja mungkin sebentar lagi kembali.”

Yui merasa perasaannya sedikit lebih lega, lalu dia masuk ke dapur dan membuatkan kopi untuk ayahnya.

“Pelayan dan tukang kebun sudah berhenti bekerja?” tanya ayahnya.

Yui mengangguk. Ayahnya menghela napas, lalu menghirup kopi yang Yui buat.

“Lalu kau sendiri?, apa kau tidak pergi rekaman?, katanya kau akan mengeluarkan album baru?”

“Album ditunda, aku sudah mengatakan di depan media aku akan hiatus beberapa bulan.”

Ayahnya mengangguk tanda mengerti.

“Aku juga tidak menyangka Aoi akan melakukan itu.” Kata ayahnya.

“Ayah sejak Aoi meninggal aku terus dihantui mimpi buruk, aku tidak pernah bisa tidur nyenyak.”

“Putri kecilku yang malang.”

Ayahnya memeluk Yui.

“Lupakan itu sayang, itu hanya mimpi.”

Yui membenamkan dirinya di pelukan ayahnya, dia merasa sekarang sudah berada di tempat yang paling aman di dunia.





-----





Jam sudah menujukkan pukul 11 malam tapi ibunya belum juga kembali, Yui mulai merasa ketakutan lagi. Mimpi kemarin malam terus membayanginya. Ayahnya juga mulai merasa cemas.

“Mengapa ibumu belum kembali?, meninggalkan ponselnya, juga tidak membawa mobil.” Kata ayahnya.

Yui mendekati ayahnya.

“Ayah sebenarnya aku merasa ibu dibunuh.”

“Apa maksudmu?, jangan bicara yang bukan-bukan”

“Dimimpiku Aoi membunuh ibu, tapi itu seperti nyata.”

Ayahnya tertawa, lalu mengelus kepala Yui.

“Itu tidak mungkin terjadi.”

“Tapi ayah kita harus memastikannya dulu, dimimpiku ibu dikuburkan di halaman belakang. Coba kita lihat dulu.” Suara Yui bergetar.

Ayahnya menggelengkan kepala, lalu melanjutkan duduk.

“Ayah ayo kita lihat…”

Yui menarik tangan ayahnya.

“Baiklah, tapi kalau tidak ada apa-apa kau harus segera tidur.”

Yui menggangguk, ayahnya membawa sekop dan Yui membawa senter. Di luar benar-benar sangat gelap, angin dingin berhembus dan Yui menggigil kedinginan.

“Apa di sini tempatnya?” ayahnya menunjuk di bawah pohon besar.



Yui mengangguk, lalu ayahnya mulai menggali tanah itu dengan sekop srek..srek... Angin kencang terus berhembus, Yui merasa cemas saat matanya tertuju pada batu di atas kuburan Aoi, tiba-tiba senter yang dibawanya mati. dalam kegelapan sosok Aoi lalu muncul lagi, Aoi memungut gunting tanaman yang tergeletak di tanah, mata Yui membelalak ketakutan. Aoi menuju ayahnya yang sedang menggali tanah. Yui tidak bisa menggerakkan kakinya, lagi-lagi seperti itu. Aoi sudah tepat berada di belakang ayahnya, kedua tangan Aoi sudah siap menghunus gunting itu.

“Ayah awas!!!!” Yui berteriak, suaranya berbaur bersama angin.

Tapi ayahnya seperti tidak mendengar dia berteriak, Srek..srek...Ayahnya masih terus menggali, tiba-tiba ayahnya berbalik, melihat mata gunting yang tajam hampir melukainya. Ayahnya terjatuh di tanah, ketakutan. Tangannya meraba batang pohon.

"Siapa itu.." ayahnya tidak bisa melihat di kegelapan.

"Yui..Yui.." ayahnya memanggil namanya.

“Ayah!!!” Yui berteriak, tapi ayahnya tidak mendengar suaranya.

"Yui..Yui.." dengan cemas ayahnya terus memanggil nama Yui.

Lalu mata ayahnya bertemu dengan sepasang mata merah. Ujung gunting yang tajam di tusukkan ke perutnya berkali-kali.

darah segar mengalir keluar dari tubuh ayahnya. Aoi menarik seluruh usus ayahnya keluar dengan gunting itu.

Lalu Aoi memasukkan tangannya dalam tubuh ayahnya yang sudah bersimbah darah. Aoi menarik sesuatu keluar dari sana, jantung ayahnya!! Bulan yang tertutup awan mulai tampak. Yui melihat ayahnya sudah terbaring di tanah, dengan usus-usus yang keluar dari perutnya.

"A..ayah..." ratap Yui.

Lalu tampak Aoi yang sedang memegang jantung ayahnya, Aoi menjilat jantung itu dengan lidahnya. Gigi dan mulutnya di penuhi darah.

"Kita punya makan malam yang lezat Yui.." kata Aoi.

Dia menyodorkan jantung itu ke depan muka Yui.

"Kyaaaa!!!!!!"





----



Yui terbangun dan menatap sekeliling ruangan, lagi-lagi dia sudah berada dikamarnya. Air mata masih membasahi wajahnya. Yui berlari keluar dari kamar lalu membuka kamar ibunya, ayahnya tidak ada di sana.

“Ayah!!!” Yui berteriak tapi tidak ada jawaban dari ayahnya.

“Tidak..tidak..” Yui memegang kepalanya, mengacak-acak rambutnya sendiri.

Yui mencari ke sekeliling rumah tapi tidak ada ayahnya, Yui meningat-ingat apa ada tempat yang belum dia datangi di rumahnya, kamar Aoi!!, dia tidak pernah mencari di kamar itu. Yui menaiki tangga menuju lantai tiga, jantungnya berdegup kencang. Yui membuka kamar itu, kamar itu sudah dibersihkan dan dirapikan seperti tidak pernah terjadi hal mengerikan di sana. Ayahnya tidak ada di sana.

“Ayah…” Yui menangis.

Yui duduk di sisi ranjang Aoi, dan dia melihat beberapa lembar kertas gambar yang dibuat Aoi. Yui meraih manga buatan Aoi itu, matanya terbelalak. Aoi membuat manga tentang pembunuhan pada keluarganya sendiri. Yui membaca manga itu, isinya sama persis dengan mimpinya. Gambar Aoi mencekik ibunya, gambar Aoi menarik jantung ayahnya, Yui membuka lembaran terakhir. Gambar Toma yang tertusuk pisau!! Yui menjatuhkan kertas gambar itu.

“Tidak.. Toma tidak boleh mati.”



Ya aku akan membunuhnya juga…..





Suara itu berbisik lagi. Yui menuruni tangga, mengunci pintu rumahnya. Lalu dia menyetir mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju apartemen Toma.





-----





Toma berbaring santai di sofa, tidak ada syuting hari ini.

“Bagaimana keadaan Yui sekarang?” gumam Toma.

Toma meraih ponselnya, baru saja dia ingin menghubungi Yui tapi bel berbunyi. Toma membuka pintu, dan sesorang langsung menubruk dan memeluk dirinya.

“Yui..” kata Toma terkejut.

“Toma kau harus pergi dari sini, kau bisa mati.” Yui menangis.

“Masuklah dulu.”

Toma membimbing Yui ke sofa, lalu Toma membawa minuman.

“Toma kau harus percaya padaku, ibu dan ayahku meninggal..”

“Apa?, mengapa mereka bisa meninggal?”

Yui lalu menceritakan semuanya dari awal hingga akhir kepada Toma, Toma mendengarkan Yui dengan serius.

“Toma aku tahu ini mungkin kedengarannya tidak masuk akal, tapi kau harus pergi sejauh mungkin.”

“Pergi ke mana?” tanya Toma.

Yui terdiam, lalu menatap Toma.

“Aku tidak tahu, tapi sejauh mungkin dari sini.”

“Aku tidak bisa pergi Yui, aku harus menemanimu.”

“Tidak Toma, jangan pedulikan aku. Pergilah dari sini, kau harus berjanji padaku.”

Toma menggelengkan kepalanya.

“Kalau memang takdirku akan mati itu akan terjadi walaupun aku lari ke ujung dunia.”

“Tapi siapa tahu kita bisa mencegahnya.” Kata Yui.

“Tapi aku masih harus syuting, masa pemeran utamanya melarikan diri.” Toma mencoba melucu.

“Toma aku tidak sedang bercanda.”

Toma tertawa. Lalu mencubit pipi Yui.

“Yui aku tahu ini april mop, tapi kau tidak perlu mengarang cerita seperti itu.” Kata Toma.

“Toma!!, aku tidak bercanda!!”

“Kau tahu?? menceritakan keluargamu meninggal itu terdengar sangat menyeramkan. Jangan berbohong seperti itu lagi.”

“Aku tidak berbohong, semenjak Aoi bunuh diri banyak kejadian aneh yang muncul.”

“Kau pikir aku bodoh?, Aoi tidak bunuh diri dia ada di luar negeri.”

“Itu cuma kebohongan yang dibuat ibuku, dia tidak ingin semua orang tahu yang sebenarnya.”

Toma mengelus kepala Yui.

“kalau begitu orang yang sudah meninggal bisa mengirimiku pesan?” kata Toma.

“pesan??”

Toma lalu mengambil ponselnya, lalu dia menunjukkan pesannya pada Yui. Yui meraih ponsel Toma.





From: Aoi

Message:

Maafkan aku yang sudah marah-marah kepada kalian waktu itu,

Kalau di ingat-ingat lagi aku merasa malu.

Aku sadar cinta tidak harus memiliki,

aku berterima kasih padamu yang selama ini menemaniku.



P.S. Doakan aku dapat cowok baik di luar negeri ^^




Mata Yui membaca pesan itu berulang-ulang, dia masih tidak percaya.

“Kapan pesan ini dikirimkan padamu?” tanya Yui.

“Kemarin.” Jawab Toma.

----

“Tapi ini tidak mungkin.”

Yui mengenggam tangan Toma.

“Toma aku mohon, kali ini saja percaya padaku.”

“Yui, tenangkan dirimu.”

Yui mulai berpikir apa dia harus mengajak Toma ke rumahnya, dan menunjukkan mayat ayah dan ibunya yang dikubur di bawah pohon?, tapi dia sendiri tidak yakin karena dia tidak pernah mengeceknya. Apa dia yang terlalu berlebihan, bisa saja ayahnya kebetulan pergi mencari ibunya. Tapi bagaimana dengan pesan yang dikirmkan Aoi?, bisa saja itu ibunya yang sedang berpergian mengirim pada Toma supaya dia percaya Aoi ada di luar negeri, segala kemungkinan bisa terjadi.

“Kau benar, aku terlalu lelah. Aku pulang dulu.”

“Serius kau akan baik-baik saja?, aku khawatir akan terjadi sesuatu padamu saat kau menyetir mobil.”

Yui mulai berpikir, jika dia ada di sini mungkin dia bisa menjaga Toma dan perasaannya menjadi lebih tenang.





-----





Toma mendengar bunyi keran air di kamar mandi, dia tersenyum. Lalu Toma membereskan ruang tamunya yang berserakan kaleng minuman soda. Toma kaget melihat Yui yang tiba-tiba sudah duduk di atas sofa.

“Yui.. bukannya kau mandi?”

Yui menggeleng, lalu dia menarik Toma duduk di sampingnya.

“Ada apa?”

“Toma aku mencintaimu.”

“Aku tahu.”

Toma mengelus rambut Yui, Yui memeluk Toma erat. Toma merasa sesuatu menancap pada tubuhnya dan terasa sakit. Toma melihat sesuatu yang kemerahan menetes dari tubuhnya, Toma meraba tubuhnya ada pisau yang tertancap di sana!!



“Yui..kau….”

“Aku bukan Yui.”

Mata indah itu tiba-tiba berubah menjadi kemerahan dan penuh kebencian.

“A…Aoi…” kata Toma terbata-bata.

Dia berusaha menahan darah yang terus mengalir.

“Bagaimana rasanya?, aku ingin mengirimkan kau ke tempat yang sama denganku.”

"A..aoi...."

Aoi mencabut pisau itu dari perut Toma, Toma merangkak menjauhi Aoi. Aoi tersenyum jahat dan mendekati Toma yang ketakutan.

"Kau ingin pergi ke mana?, ini tidak akan terasa sakit."

"Ja..jangan.. aku mohon.."

"Apa kau sedang memohon padaku?..ha..ha..ha..."

Aoi memainkan pisau itu di wajah Toma.

"Jangan.."

"Aku ingin menusukmu sedikit saja."

Aoi menancapkan pisau itu di bola mata kanan Toma, darah membanjiri wajah toma.

"Aahhh!!!!" Toma berteriak kesakitan.

Toma memegang matanya yang berdarah.

"Aku akhiri sekarang saja Toma, supaya kau tidak kesakitan lagi."

matanya yang kemerahan menatap Toma lalu tangannya menghunus pisau itu di leher Toma.



-----





Yui merasa air masuk dalam kerongkongannya. Glek..glek... Yui berusaha mencapai permukaan air.

“Hoek…” Yui memuntahkan air ke lantai kamar mandi.

Dia tertidur di dalam bath tub. Bayangan Toma yang berdarah masih jelas di ingatannya.

“Tidak..tidak…”

Yui menyambar handuk dan mengenakan pakaiannya.



-----





Yui menuju ruang tamu, dia menutup wajahnya. Takut akan melihat bercak darah, tapi tidak ada apa-apa di sana. Yui membuka matanya perlahan, dia menghela napas. Yui meraih ponselnya, ada pesan dari Toma.



From: Toma

Message: Aku keluar sebentar, aku sudah menyiapkan makanan di kulkas.

Panaskan saja.



“Rupanya memang aku yang terlalu khawatir.” Pikir Yui.

Yui menuju dapur Toma, lalu dia menuang air dari teko ke gelasnya. Yui meminum air itu, seketika juga dia merasa lapar. Dari kemarin dia belum makan. Yui membuka pintu kulkas, bercak-bercak darah menetes di pintu kulkas.

“Kyaaaa!!!!!”

Yui terjatuh di lantai, masih tidak percaya apa yang dilihatnya. Kepala Toma dengan mata kanannya yang sudah tercongkel beserta potongan tubuh lainnya ada di dalam kulkas.

“Toma!!!!”



Yui ketakutan, dia tidak bisa bergerak. Yui berusaha bangkit, dengan tertatih-tatih dia menuju pintu. Yui keluar dari apartemen Toma, berlari menuju mobilnya.

“Apakah ini benar-benar bukan mimpi?”

Yui berbicara sendiri, dia menyetir mobil kembali ke rumahnya. Hari sudah mulai gelap, Yui membawa sekop ke halaman belakang, dan mulai menggali tanah di bawah pohon besar. Yui berhenti saat merasa sekopnya menyentuh sesuatu. Yui menyingkirkan pasir yang menutupi sesuatu itu dengan tangannya, itu kepala ayahnya.

Yui mulai menggali lagi dan melihat mayat ibunya yang sudah berulat juga ada di sana. Yui menjatuhkan sekop ke tanah.

“katakan ini hanya mimpi…ha..ha..ha..”

Yui tertawa tapi air matanya mengalir.



Ini bukan mimpi Yui..

Mereka semua sudah mati..

“Kau berbohong!!!!, aku akan tidur di sini dan saat bangun aku akan kembali ke kehidupan nyata. Ya..benar, aku harus tidur.”

Tubuh Yui bergetar, dia membaringkan tubuhnya di atas tanah. Dia tidak peduli dengan angin dingin yang menerpa tubuhnya, Yui menutup matanya dan dia mulai terlelap.





-----





Yui mendengar sirene mobil polisi, tapi dia masih enggan untuk bangun.

“Apakah aku masih mimpi?” gumam Yui.

“Nona.”

Yui membuka mata dan menatap pria yang berseragam polisi di depannya.

“Maaf nona anda harus ikut kami ke kantor polisi.”





-----



Yui meringkuk di sudut sel tahanan. Pria yang berseragam polisi membuka pintu selnya.

"Keluarlah, kau akan dipindahkan."

"Ke mana?"

"Ke rumah sakit jiwa."

"Tapi aku tidak gila."

Dua petugas berseragam putih dari rumah sakit jiwa memegang tangan Yui.

"Aku tidak gila!!! Aku juga bukan pembunuh!!



-----



Yui sudah mengenakan pakaian putih. Yui merasa pandangannya kosong, suster membawanya melewati lorong rumah sakit, melewati orang-orang yang sudah hilang kewarasannya.

"Suster aku tidak gila, dan aku bukan pembunuh." kata Yui.

Perawat itu tersenyum padanya.

"Aku tahu." kata perawat itu.

Yui di bawa ke sebuah kamar, lalu perawat mengunci kamar itu. Yui duduk di sisi ranjangnya. Yui mengambil cermin yang ada di atas meja, tampak pantulan wajahnya di sana kurus dan pucat.



Yui kau sudah gila..

kau seorang pembunuh!!

Bayangannya di cermin berbicara, wajah itu yang menyeringai jahat padanya.



“Aku tidak gila, bukan aku pembunuhnya.”



Kau yang membunuh mereka semua Yui,

Apa kau tidak ingat?



“Aku tidak akan pernah percaya kata-katamu, kau yang membunuh mereka semua!!!”



Benar aku yang membunuh mereka,

Tapi apa kau tidak sadar kau yang membantuku?

Bayangannya yang di cermin tersenyum jahat.



“Apa maksudmu?”



Aku menggunakan tubuhmu Yui,

Dengan tubuhmu aku membunuh mereka.

Tanganmu yang melakukan semua itu Yui,

Yang mengirim pesan itu adalah kau sendiri.

Yang mengubur mayat ibu dan ayah juga kau,

Yang memotong-motong tubuh Toma adalah kau.



Yui menjatuhkan cermin itu, cermin itu hancur berkeping-keping.

“Tidak!! Aku bukan pembunuh!!”



Yang kau kira adalah mimpi..

Itu benar-benar terjadi,

Itu bukan aku..

Itu tubuhmu sendiri….

Kau adalah pembunuh..

Ha..ha..ha…



Yui memandang tangannya sendiri, tangannya yang telah melakukan semua ini. Tangannya yang membunuh orang-orang yang dia cintai. Sekelebat bayangan seperti muncul kembali untuk mengingatkannya, bahwa memang dia yang melakukan semua itu.



"Tidak!!!!" Yui berteriak histeris.



Terima kasih karena sudah membantuku Yui

Ha..ha..ha...



“Mengapa kau melakukan ini padaku?, mengapa?”



Karena aku benci padamu.

“Tapi aku tidak pernah membencimu Aoi, kita kembar. Apa salahku padamu?”



Sudah terlambat untuk menyesal

Semuanya sudah terjadi

Kita harus menyelesaikannya hingga akhir.

“Ini belum berakhir?, apa lagi yang kau inginkan dariku?, katakan supaya kau puas!!!”



Yang aku inginkan adalah kematianmu

Bisakah kau melakukannya?

“Kau benar-benar ingin aku mati?” air mata Yui mulai membasahi wajahnya.

“Benar mati lebih baik, hidup di dunia ini aku akan lebih merasa sakit.” lanjut Yui.



Benar Yui

Kalau kau mati

Rasa sakit ini semuanya akan hilang.





Yui lalu meraih pecahan kaca dari cermin, tangannya bergetar, perlahan dia menggoreskannya pecahan kaca itu ke nadi pergelangan tangan kanannya. Darah segar mengalir, Yui bersenandung kecil menunggu kematiannya, dia berusaha menghibur dirinya sendiri bahwa kematian itu tidak menyakitkan.



Atashi no koe

Fuu ni nare

Mou kotoba nara iranai kara

La la la la

Kikoete kuru desho



Anata no uta

Omoi daseba



Tsurai yoru mo koete yukeru

Onaji ima wo ikita koto wo



Wasurenai wa

Kite yokatta



La la la la

La la la...







Darah yang menetes semakin lama semakin banyak membasahi lantai, Yui berusaha menahan rasa sakit yang dia rasakan.



Um

Sayonara

Thank you for power of love

Your Heaven





Yui terisak setelah menyelesaikan lagunya. Sekelebat muncul bayangan kebahagiaan di dunia yang selama ini dia rasakan, tapi sebentar lagi dia akan mati dengan menyedihkan.

Mata Yui menatap langit-langit yang putih, lalu dia merasa sangat ringan. Kesakitan yang dia alami sebentar lagi akan berakhir.



"Ayah, Ibu, Toma aku datang." katanya.



Pandangan matanya semakin kabur, langit-langit putih itu sudah tidak begitu jelas lagi. Yui menutup matanya perlahan, lalu dia menghembuskan nafasnya yang terakhir.





Banyak yang bilang kematian bukan jalan yang terbaik

Tapi apakah aku masih punya pilihan untuk hidup?

Jika punya aku juga akan tetap memilih kematian

Aku tidak ingin lagi terkubur dalam penderitaan dan ketakutan

Karena aku seorang manusia pengecut......



~The End~







Jika Anda Suka Entri ini Tekan CTRL+D.....
...Get cash from your website. Sign up as affiliate.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DONATE

Klik gambar

Klik gambar
peluang usaha