TOLONG KLIK IKLAN DI BAWAH INI, ANDA BAIK SEKALI..^^

1x klik = Rp 250,- Donate Anda

Jumat, 25 November 2011

REVENGE PART 2

Author: Livie jungiestar Yl / DorkyJung / L Hirasawa


DI LARANG COPAS TANPA SEIZIN AUTHOR!! APA LAGI TANPA MEMBERI CREDIT!!


Cast:

- Ham Eunjung as Ham Eunjung

- Park Hyomin as Ham Hyomin

- Lee Donghae as Lee Donghae

- Song Joongki as Song Joongki


Genre: SAD, FAMILY, ROMANCE

Length : 1 -7





Eunjung menghapus air mata palsunya, dia tersenyum penuh kemenangan. Ibu tirinya tadi gugup dan tidak bisa berkutik, bahkan ayahnya percaya kalau dia ingin menjalin hubungan baik dengan ibu tirinya. Eunjung lalu menatap cermin, dia menatap bayangannya sendiri.



“Kau semakin pintar berakting, aku sendiri pun tidak mengenali dirimu lagi. Apa kau Ham Eunjung?” Tanya Eunjung pada bayangannya di cermin.



Eunjung tersenyum jahat.



“Bahkan untuk balas dendam, aku tidak keberatan tidak mengenal diriku lagi, aku rela membuang semuanya asalkan mereka hancur.”



Eunjung lalu menoleh pada pigura foto ibunya.



“Aku akan menghancurkan mereka Omma, demi dirimu juga diriku sendiri.”





--------





Hyomin menatap ponselnya kesal, dari tadi dia sudah mengirim pesan dan menelepon Song Joongki , tapi Joongki tidak membalas pesan atau mengangkat teleponnya.



“Mengapa dia tidak mengangkat teleponnya?” gumam Hyomin sedih.



Donghae sudah bersiap-siap ingin pergi keluar, dia berjalan melewati Hyomin.



“Oppa kau mau pergi ke mana?” Tanya Hyomin.

“Pergi ke rumah Joongki.” Jawab Donghae.

“Jinjja?? Aku ikut.” Kata Hyomin.

“Untuk apa kau ikut?”

“Pokoknya aku ingin ikut.” Kata Hyomin manja.

“Joongki akan marah kalau aku mengajakmu.”

“Mengapa dia bisa marah?”

“Hyomin-ah, Joongki menyuruhku mengatakan padaku agar kau berhenti menelepon dan mengirim pesan padanya, dia merasa terganggu.”

“Mengapa? Apa Joongki sudah punya pacar?”



Donghae menghela napas.



-------





Pelayan membukakan pintu untuk Hyomin dan Donghae, Joongki sedang duduk di depan TV. Saat mendengar suara langkah kaki mendekat Joongki menoleh, dia tersenyum melihat Donghae, tapi senyumnya memudar begitu melihat Hyomin.



“Joongki Oppa..” Hyomin tersenyum senang dan berlari mendekati Joongki.



Joongki menatap Donghae kesal seakan-akan raut wajahnya bertanya “Mengapa kau mengajaknya?”, Donghae hanya mengangkat bahu. Donghae dan Joongki adalah teman dekat dari kecil.



“Oppa apa yang kau tonton?” Tanya Hyomin.

“Hanya tayangan komedi.” Kata Joongki.

“Oppa mengapa kau tidak membalas pesanku juga tidak mengangkat teleponku?” Tanya hyomin.

“Itu..itu…” kata Joongki bingung.

“Kata Donghae oppa, kau menyuruhnya untuk bilang padaku supaya jangan menelepon dan mengirim pesan padamu. Apa itu benar?”



Joongki hanya diam, dia jadi ragu untuk mengiyakan kata-katanya itu di depan Hyomin.



“Oppa apa kau merasa terganggu denganku? Aku suka pada Oppa, dan Oppa tahu itu. Apa Oppa terganggu karena aku menyukaimu?”



Joongki masih diam, dan Donghae mengalihkan padangannya ke arah lain. Hyomin memang orang yang sangat blak-blakan.



“Apa aku kurang cantik dimatamu?” Tanya Hyomin.

“Tentu saja kau sangat cantik.” Kata Joongki.

“Lalu mengapa?”

“Hyomin-ah aku menyanyangimu, tapi hanya sebagai adik. Aku selama ini menganggapmu sebagai adikku sendiri.”

“Oppa selalu begitu, saat aku SMP Oppa bilang mungkin setelah aku lebih dewasa kau bisa menganggapku lebih tapi kenyataannya? Oppa bohong padaku!!”

“Aku hanya bilang mungkin.” Joongki mencoba membela diri.

“Dan waktu aku masih sekolah dasar Oppa berjanji ingin menikahiku!! Apa oppa sudah lupa!!”

“Itu karena kau terus menangis dan memaksaku untuk berjanji.”

“Aku tidak mau tahu, pokoknya kau sudah berjanji!!”

“Hyomin sudahlah, jangan seperti anak kecil.” Kata Donghae.



Joongki terdiam cukup lama, alasan apa yang bisa membuat Hyomin berhenti keras kepala?



“Sebenarnya sekarang aku sedang menyukai seseorang.” Kata Joongki.

“Siapa dia?” Tanya Hyomin.

“Kau tidak akan kenal.” Kata Joongki.

“Makanya kenalkan padaku!!!”

Donghae lalu menarik tangan Hyomin.

“Sudahlah kita pulang.” Donghae menarik Hyomin paksa.





------





Sudah lebih dari seminggu Eunjung tinggal di rumah ayahnya, setiap hari dia berakting di depan ayahnya separti anak dan ibu yang rukun dengan ibu tirinya, setiap hari dia menganggu Hyomin dan suka melihat Hyomin berteriak, kalau Hyomin ingin berbuat macam-macam dia akan mengancam akan membocorkan rahasia. Sementara saat dia mengancam ibu tirinya menjadi runtinitas yang kurang menarik, sekarang ibu tirinya hanya diam dan tidak melakukan perlawanan, membuat dia merasa bosan. Sedangkan Donghae, sepertinya dia itu batu. Dia sama sekali tidak terpengaruh, walau Eunjung berusaha menghina, mengancam atau apapun dia tetap diam dan menganggap dia seolah-olah tidak ada.



Eunjung pun semakin hari melakukan pelampiasannya pada Hyomin, walau Hyomin tidak pernah mencari masalah dengannya lagi , sekarang dia yang sengaja mencari masalah dengan Hyomin dan memancing amarah Hyomin. Kadang-kadang saat dia melewati kamar Hyomin dia mendengar tangisan Hyomin karena ulahnya, lalu terdengar suara ibu tirinya yang mencoba menenangkan Hyomin. Eunjung sama sekali tidak merasa bersalah, bahkan air mata saja tidak cukup untuk mengganti apa yang telah mereka lakukan padanya dulu.



Saat ini mereka sedang berkumpul di meja makan untuk makan malam, Ayahnya memperhatikan mata Hyomin yang masih sembab karena habis menangis, seperti biasa itu karena Eunjung yang terus mengganggunya.



“Hyomin, apa kau habis menangis?” Tanya ayahnya.



Hyomin hanya diam.



“Ada apa? Ceritakan dengan Appa.” Kata ayahnya.



Hyomin hanya menunduk dan menusuk kentangnya dengan garpu.



“Hyomin dan Aku tadi habis menonton drama sedih, dan Hyomin menangis lama sekali karena drama itu.” Kata Eunjung mulai berakting lagi.

“Ah begitu? Appa berpikir terjadi sesuatu pada Hyomin.” Kata ayahnya tertawa.



Eunjung menatap mata ibu tirinya yang sepertinya juga ikut terluka melihat Hyomin yang menangis, tapi ibu tirinya tidak bisa berbuat apa-apa untuk membela Hyomin. Ini bagus berarti jika dia menyakiti Hyomin rasa sakit yang di terima Hyomin juga akan di rasakan ibunya.





---------





Eunjung merasa haus dan pergi ke dapur untuk mengambil minuman, ada Donghae di sana yang juga mengambil minuman kaleng dari kulkas. Eunjung mengambil gelasnya , mengisi gelas itu dengan air putih dan meminumnya.



“Kau semakin pintar berakting.” Kata Donghae.

“Aku belajar dari ibumu.” Kata Eunjung sambil menatap tajam Donghae.

“Aku berpikir kau mengancam hanya untuk mempertahankan dirimu, tapi aku salah. Kau sudah sedikit keterlaluan pada Hyomin. Mengapa kau selalu mencari masalah dengannya?” Tanya Donghae.

“Karena aku suka melihat dia menangis seperti tadi.” Jawab Eunjung.

“Tapi berhati-hatilah pada ibuku, dia tidak akan tinggal diam kalau kau terus-terusan menyakiti Hyomin, entah apa yang akan dia rencanakan.”

“Aku lebih harus berhati-hati padamu Lee Donghae, jenis orang seperti apakah kau ini? Kadang-kadang seperti berada di pihakku, tapi kadang-kadang kau seperti ingin membela Hyomin. Kau lebih berbahaya dari ibumu.” Kata Eunjung.

“Aku mulai ingin berada dipihakmu kalau kau tidak keberatan.” Kata Donghae.

“Mengapa kau ingin berada dipihakku? Itu ibu dan adikmu sendiri, mengapa kau harus ada dipihakku?” Tanya Eunjung.

“Karena aku membenci ibuku sendiri.” Jawab Donghae.



Eunjung menatap Donghae dengan sikap waspada, apa Donghae sedang berakting di depannya? Tapi wajah Donghae tadi saat mengatakan membenci ibunya memang berubah menjadi penuh kebencian. Belum pernah dia melihat raut wajah Donghae menjadi mengerikan seperti itu.



“Aku hanya anak yang terbuang, dia menganggap aku tidak berguna.” Kata Donghae lagi.

“Aku tidak percaya padamu, apa kau disuruh ibumu untuk menjadi mata-mata?”

“Kau tidak percaya padaku?”



Eunjung menatap Donghae dan Donghae balas menatapnya.



“Tentu saja tidak, aku bukan orang bodoh.”



Eunjung lalu pergi melangkah dari dapur, meninggalkan Donghae yang tertegun. Mengapa Eunjung tidak percaya padanya? Dia memang berencana berada di pihak Eunjung.



Flash Back



Donghae yang berusia 8 tahun membawa piala kemenangannya dalam lomba olahraga, matanya mencari-cari sosok ibunya. Dia harus menunjukkan pada ibunya kalau dia menang.



“Omma..Omma..” Donghae memanggil ibunya dan berlari mencari sosok ibunya.



Ibunya sedang berada di kamar Hyomin, dan ibunya sedang menyisir rambut Hyomin. Donghae berdiri di depan pintu yang sedikit terbuka untuk menunggu ibunya keluar dari kamar Hyomin.



“Omma mengapa aku ini bodoh sekali?” kata Hyomin.

“Siapa yang bilang begitu?” kata ibunya.

“Teman-teman sekolahku dan semua orang selalu membandingkan aku dan Donghae oppa, oppa pintar dalam pelajaran dan olahraga, selalu jadi juara kelas. Sementara aku? Aku tidak punya prestasi apa-apa.” Kata Hyomin.



Ibunya memegang pundak Hyomin.



“Hyomin-ah dengar, kamu adalah harta Omma yang paling berharga, bagi Omma kamu lebih berharga dari Donghae.” Kata ibunya.



Donghae yang mendengar percakapan itu tertegun, apa dia tidak salah dengar? Dia menajamkan pendengarannya.



“Jinjjaa Omma….” Kata Hyomin tersenyum.

“Ne.. kau tahu mengapa? Karena kau adalah anak kandung ayahmu yang sekarang, kau lebih berguna bagi omma dari pada Donghae.” Kata ibunya.

“Apa maksud Omma?” Tanya Hyomin.

“Walaupun ayahmu menyanyangi Donghae, tapi itu tidak sama karena Donghae bukan anak kandungnya. Perusahaan ayahmu dan semua harta ayahmu nanti akan di serahkan padamu, karena kau anak kandungnya.” Kata ibunya.

“Benarkah Omma?” kata Hyomin tidak percaya.

“Tapi ayahmu masih punya anak kandung perempuan juga dari isterinya yang satu lagi, kita harus bersaing dengan mereka Hyomin-ah. Oleh karena itu satu-satunya yang bisa di andalkan hanya dirimu. Donghae bukan apa-apa, dia tidak berguna dan tidak bisa diandalkan. Hanya kamu yang bisa omma harapkan.” Kata ibunya.



Donghae mematung mendengar percakapan itu, dadanya terasa sesak. Bahkan dia tidak bisa membendung air matanya, Donghae berlari pergi ke halaman belakang rumahnya, dia menatap piala kemenangan itu. Bahkan kemenangan yang dia dapatkan tidak berguna sekarang bagi ibunya. Pantas saja selama ini dia selalu merasa ibunya lebih menyanyangi Hyomin dari pada dirinya. Sepintar dan sehebat apapun dirinya, semua itu tidak berarti bagi ibunya.



End of flash back





Donghae memejamkan matanya, saat kenangan menyakitkan itu muncul lagi di pikirannya. Dia sudah terluka sejak berumur 8 tahun, hanya seorang anak kecil berusia 8 tahun harus menanggung semua itu. Bertahun-tahun dia memendam perasaan sakit ini, sering kali dia mencoba menghibur diri sendiri, bahwa dia hanya salah mendengar, atau saat itu dia sedang bermimpi. Tapi makin lama dia menjadi lelah menipu diri sendiri, dia harus menerima kenyataan kalau ibunya sendiri tidak mencintainya.



Sejak saat itu diam-diam dia membenci ibunya, tapi dia tidak pernah berbuat apa-apa, hanya diam dan memendam perasaan benci dan marah, semakin lama hatinya semakin terluka, dia juga tidak tahu sampai kapan akan menahan perasaan marah dan bencinya itu. Dia ingin menunjukkan kalau ibu tirinya salah, dia tidak akan bisa mendapatkan harta ayah tirinya dari Hyomin, dia lebih rela Eunjung yang mendapatkan semuanya.



Sejak Eunjung datang ke rumahnya Donghae semakin menyadari kalau dia dan Eunjung memiliki kesamaan, mereka sama-sama kesepian………





-------





Song Joongki menatap lembaran soal di depannya, dia menggaruk-garuk kepalanya karena benar-benar tidak mengerti. Biasanya dia selalu melewati pelajaran yang tidak di sukainya di sekolah dan tidur di loteng, selama ini dia bisa seenaknya karena ayahnya adalah pemilik sekolah ini, tapi seminggu ini dia selalu mengikuti full pelajaran di sekolah, hanya karena Ham Eunjung gadis yang menjadi teman sebangkunya.



Dari hari pertama Eunjung masuk sekolah, Joongki sudah penasaran dengan gadis ini, saat hari pertama masuk Eunjung menangis saat membaca karangan tentang ibunya, besok saat Joongki menanyakan keadaannya Eunjung selalu mengacuhkannya. Saat Joongki bertanya sesuatu Eunjung hanya menjawab seperlunya, dan Eunjung juga sering pergi ke loteng saat jam istirahat. Eunjung suka melamun di loteng, entah apa yang dia pikirkan. Jika Joongki menyapanya Eunjung akan menganggap dia seolah-olah kasat mata, dan Joongki menjadi lelah sendiri, jadi setiap dia melihat Eunjung juga ada di loteng dengan cueknya dia tidur dan Eunjung juga tidak peduli padanya.



Mereka sering bertemu di loteng, dan di kelas mereka teman semeja, tapi mereka tapi sama sekali tidak akrab. Joongki merasa marah karena Eunjung tidak mempedulikannya. Tapi sekaligus dia merasa sedikit penasaran, jujur saja baru kali ini ada gadis yang mengacuhkannya saat dia mengajak bicara. Diam-diam dia sering memperhatikan Eunjung, dan tidak pernah dia melihat Eunjung tersenyum atau tertawa, yang sering dia lihat hanya ekspresi sedih dan tertekan seperti menyimpan suatu masalah.



“Kumpulkan jawaban kalian.” Kata gurunya.



Joongki maju ke depan untuk mengumpulkan kertas jawabannya yang kosong, lalu dia kembali duduk. Dia menoleh pada Eunjung yang juga sudah mengumpulkan kertas jawabannya.



“Apa kau bisa mengerjakannya?” Tanya Joongki.



Eunjung hanya merapikan alat tulisnya dan tidak menjawab, bahkan menoleh pada Joongki saja tidak. Joongki menghela napas, sudah biasa dia diacuhkan seperti ini oleh Eunjung. Tidak lama kemudian bel berbunyi menandakan jam istirahat, Joongki bangkit dari duduknya. Tapi dia melihat seseorang berdiri di depan pintu kelas, Aishh itu Hyomin. Selama seminggu ini sejak Joongki mengatakan dia menyukai seseorang Hyomin tidak berhenti mengiriminya pesan, menanyakan siapa orang yang dia sukai, tapi dia tidak menyangka sekarang Hyomin malah nekat datang ke kelasnya.

Hyomin berjalan menuju meja Joongki yang berada di belakang, tapi Hyomin terdiam saat melihat Eunjung yang duduk di sebelah Joongki, Eunjung menoleh sekilas pada Hyomin lalu dia bangkit dari duduknya dan berjalan ke luar kelas.



“Oppa duduk sebangku dengannya?” Tanya Hyomin dengan nada tidak suka.

“Ne, apa kau mengenalnya?” Tanya Joongki,

“Donghae oppa tidak cerita padamu?” Tanya Hyomin.

“Memangnya ada apa?” Tanya Joongki mulai penasaran.





------





Hyomin dan Joongki duduk bersebelahan di Kantin sekolah, Hyomin menggigit rotinya dan Joongki menyeruput colanya. Joongki menunggu momen yang tepat untuk bertanya kepada Hyomin.



“Apa hubunganmu sebenarnya dengan Eunjung?” Tanya Joongki.

“Tanya saja pada Donghae oppa, aku malas membicarakan dia.” Kata Hyomin kesal sambil menggigit rotinya.

“Aish..kau ini tega sekali, ceritakan padaku.” Kata Joongki dengan nada memelas.

“Kami saudara tiri.” Jawab Hyomin pendek.

“Mwo? Benarkah? aku baru tahu kalau kau punya saudara tiri lain selain Donghae.”

“Eunjung itu anak dari isteri ayahku yang lain.” Jawab Hyomin dengan nada tidak suka.

“Kalian tidak akur ya?” Tanya Joongki.



Hyomin mengangguk.



“Dia itu menyeramkan.” Kata Hyomin.

“Menyeramkan? Walau dia agak dingin aku menganggap dia cukup manis.” Kata Joongki.



Hyomin menatap Joongki dengan pandangan kesal sekaligus marah.



“Dia itu sama sekali tidak manis!! Dia itu bermuka dua!!”

“Aku rasa dia bukan orang seperti itu.”

“Kau itu tidak tahu apa-apa!!!” Hyomin berteriak dan semua orang jadi menatap ke arah Joongki dan Hyomin.



Joongki terkejut, bahkan Hyomin selama ini tidak pernah berteriak di depannya seperti tadi, dan tidak pernah semarah ini padanya.



“Arasso, jangan membahas ini lagi, kau menjadi tontonan.” Kata Joongki menepuk bahu Hyomin lembut.





-------





Eunjung melihat ibunya mengeluarkan koper-koper besar dari dalam kamar, Eunjung yang berumur lima tahun sedang membawa boneka beruangnya, dia berlari mendekati ibunya.



“Omma……..omma mau pergi ke mana?” Tanya Eunjung.

“Kita akan pergi Eunjung-ah, pergi berdua.” Kata ibunya sambil mengelus kepala Eunjung.

“Pergi ke mana? Pergi liburan?” Tanya Eunjung polos.



Ibunya menggeleng pelan, dia mengenggam jemari Eunjung yang mungil.



“Kita harus pergi dari rumah ini, kita tidak bisa tinggal di sini lagi.” Kata ibunya.

“Mengapa?” Tanya Eunjung heran.



Ibunya memeluk Eunjung.



“Ayahmu ingin membawa isteri keduanya datang ke rumah ini, omma tidak bisa hidup bersama dengannya, jadi kita harus pergi.” Kata ibunya mulai menangis.

“Andweee, aku tidak ingin pergi dari sini!!! Ini rumahku!!!” kata Eunjung marah.

“Eunjung-ah kita harus pergi sebelum ayahmu datang.”

“Tidak!! Ini adalah rumahku!! Mengapa harus aku yang pergi!!”



Ibunya lalu menggendong Eunjung dengan paksa, Eunjung meronta-ronta dalam gendongan ibunya dan dia mulai menangis.



“Aku tidak ingin pergi!! Aku ingin tetap di sini bersama Omma dan Appa!!! Omma jahat!!”

Eunjung kecil terus menjerit.







Eunjung tersentak dari tidurnya, bulir-bulir keringat mengucur dari pelipisnya. Dia bermimpi soal masa lalunya, Eunjung mengatur napasnya, dia merasa jantungnya berdetak lebih kencang, karena marah. Dia marah karena isteri kedua dan anak-anaknya merebut apa yang seharusnya menjadi milik dia dan ibunya.



Eunjung berjalan menuju meja riasnya, dan menatap pigura foto ibunya dan dia jauh merasa lebih tenang. Eunjung menatap cermin, lagi-lagi dia merasa ada sesuatu yang berbeda dengan dirinya. Dia sudah berubah, dia bukan Eunjung yang dulunya polos dan penurut, dia sudah berubah menjadi orang yang hanya memikirkan balas dendam, bahkan dia bisa merasakan kebencian yang teramat sangat mengalir dari setiap pembuluh darahnya.



“Apa aku sudah berubah menjadi jahat?” Tanya Eunjung pada bayangan dirinya di cermin. Sebenarnya dalam hati kecilnya dia takut kalau dia sudah berubah menjadi jahat.



Eunjung mengulurkan tangannya ke cermin berusaha menyentuh banyangannya yang ada di cermin.



“Tidak.. aku tidak jahat.. aku hanya merebut milikku kembali..itu saja.” Eunjung berusaha menghibur dirinya sendiri.



Kau jahat Eunjung-ah..kau jahat..dan kau mulai tamak…



Eunjung mulai berhalusinansi merasa bayangan di cerminnya mengatakan itu.



“Tidak, itu tidak benar!!”



Eunjung menghantam cermin dengan tangan kirinya, cermin itu retak dan darah segar mengalir dari tangan kirinya, bahkan dia tidak merasa sakit. Eunjung hanya menatap tangannya yang berlumuran darah.



“Baiklah, menjadi jahat atau tamak. Sekarang aku tidak peduli lagi.” Kata Eunjung pada dirinya sendiri.

“Aku tidak peduli……”

---

Song Joongki duduk di bawah pohon rindang di pekarangan sekolah, dia sibuk menggambar sesuatu di atas kertas. Sesekali dia tersenyum sambil menatap gambar itu. Joongki tersentak kaget saat seseorang menepuk pundaknya dari belakang.



“Oppa..” sebuah suara yang familier memanggilnya.

Joongki menoleh ke belakang, Hyomin sedang tersenyum kepadanya.

“Oppa kau sedang apa? Menggambar?” Tanya Hyomin manja.



Joongki cepat-cepat melipat kertas yang barusan dia gambar dan buru-buru memasukkan dalam saku celananya.



“Tidak, hanya iseng.” Kata Joongki gugup.



Hyomin merasa curiga, tapi dia tidak bertanya lagi.



“Oppa ayo kita ke kantin.” Kata Hyomin sambil mengamit lengan Joongki.

“Errr..begini Hyomin-ah oppa sedang sibuk, oppa harus ke kelas lebih dulu.” Kata Joongki.



Joongki melepas tangan Hyomin yang membelit lengannya.



“Oppa pergi dulu.” Kata Joongki tersenyum, lalu dia bergegas pergi dari tempat itu.

“Oppa!!!” Hyomin berteriak, tapi Joongki tidak menoleh.



Hyomin tidak sengaja melihat ke bawah, ada kertas yang terlipat berada di dekat sepatunya. Hyomin memungutnya, ini kertas yang tadi Joongki gambar dan dia sembunyikan, sepertinya kertas ini tidak sengaja jatuh dari saku celananya.



“Dia menggambar apa?” kata Hyomin.



Dia membuka lipatan kertas itu, dan matanya membelalak menatap apa yang di gambar Joongki. Gambar Eunjung saudara tirinya, di sudut kanan atas gambar tersebut Joongki menulis sesuatu.



Aku suka rambut panjangmu yang indah



Hyomin meremas kertas gambar itu, matanya mulai berkaca-kaca. Dia merasa sedih sekaligus marah, Apa gadis yang disukai Joongki itu Eunjung? Mengapa harus Eunjung?





------





Eunjung menatap soal-soal bahasa inggris yang ada di depannya, hari ini guru mereka melakukan tes mendadak. Dia mulai menulis jawabannya di atas kertas, tapi dia mulai merasa tidak konsenterasi. Karena makhluk yang ada di sebelahnya terus-terusan menatap dan memperhatikannya.



Eunjung menoleh kepada Song Joongki yang dari tadi memperhatikannya, Joongki tersentak kaget dan cepat-cepat memalingkan wajah pada soal-soal bahasa inggrisnya.

Eunjung kembali mengerjakan soal-soal itu, tapi lagi-lagi ekor mata Soong Joongki seperti mengawasi gerak-geriknya.



“Apa jawaban bahasa inggris ada di wajahku?” Tanya Eunjung tanpa menoleh pada Joongki.



Joongki memalingkan wajah, mukanya memerah karena malu. Lalu Joongki menatap tangan kiri Eunjung yang di perban karena memecahkan kaca.



“Tanganmu kenapa?” Tanya Joongki.



Eunjung tidak menjawab. Joongki lalu berusaha mencari topik lain.



“Kau tidak pernah lagi pergi ke loteng, mengapa?” Tanya Joongki.



Eunjung terdiam, sebenarnya dia malas menjawab pertanyaan yang menurutnya tidak penting.



“Aku bosan, jadi tidak pergi lagi. “ jawab Eunjung cuek.



Joongki terdiam, lalu dia memberanikan diri menanyakan sesuatu yang sudah lama ingin dia katakan.



“itu..akhir minggu ini kau punya waktu?” Tanya Joongki.

“Aku sibuk..” kata Eunjung.

“Kalau minggu depan?” Tanya Joongki penuh harap.

“Saat itu aku lebih sibuk.” Jawab Eunjung sambil menulis jawabannya.

“minggu depannya lagi?” Tanya Joongki masih tidak menyerah.

“Mengapa? Ingin mengajak aku kencan?” Tanya Eunjung, dia masih tidak menoleh pada Joongki dan fokus pada soal.



DEG..DEG..DEG..Joongki merasa dadanya berdebar dengan keras, dan dia merasa gugup.



“i..iya..” kata Joongki gugup.

“Lupakan saja, aku tidak berminat denganmu.” Kata Eunjung lagi.



Joongki merasa seluruh badannya lemas, benar-benar gadis yang keras kepala dan dingin. Seorang Song Joongki di tolak? Pertama kalinya dalam sejarah. Joongki menghela napas, dia menahan kesal dan berusaha mengerjakan soal-soal yang ada di depannya lagi.





-----





Hyomin seharian tidak mengikuti pelajaran di kelas, dia hanya menangis seharian di toilet. Hingga matanya bengkak dan mukanya memerah. Dia semakin membenci Eunjung, sejak Eunjung datang ke rumahnya dia merasa Eunjung merebut segalanya. Dan dia semakin tidak rela Song Joongki orang yang ditaksirnya saat dia masih sekolah dasar nantinya akan direbut juga oleh Eunjung.



Hyomin mulai menghapus air matanya, dia mencengkram rok sekolahnya. Badannya bergetar hebat.



“Aku tidak akan membiarkanmu merebutnya..” kata Hyomin.

“Kau tidak akan bisa merebutnya!!”





------





Semua murid keluar dari sekolah. Jam pelajaran sekolah sudah berakhir, Hyomin berjalan tanpa melihat jalan, langkah kakinya terseok-seok. Dia masih memikirkan Joongki yang rupanya menyukai Eunjung, semakin di pikirkan dia merasa dadanya semakin sesak. Hyomin bahkan tidak sadar ada sebuah mobil yang melintas di depannya.



“Hyomin-ah!!!”



Seseorang mendorongnya ke samping, Donghae yang mendorongnya ke samping. Mereka berdua terjatuh .

Donghae meringis kesakitan, lutut kirinya menghantam sebuah batu besar yang berada di tepi jalan, darah segar mengalir dari membasahi kakinya. Wajahnya juga terluka karena menghantam aspal, Donghae berusaha bangkit dan berjalan tertatih-tatih ke arah Hyomin yang masih terduduk. Hyomin tidak apa-apa, hanya kaki dan tangannya memar.



“Hyomin-ah..Gwanchana?” Tanya Donghae.

“Oppa…oppa..” Hyomin hanya terus menangis.





------





Eunjung memencet bel pintu rumah, dia menatap Hyomin dan Donghae yang terluka karena kecelakaan kecil tadi, Eunjung memperhatikan celana sekolah Donghae yang sudah basah oleh darahnya. Sementara Hyomin si cengeng yang hanya memar sedikit tidak henti-hentinya menangis.



Tidak lama kemudian pelayan wanita membukakan pintu, pelayan itu terkejut melihat Donghae yang berdarah dan Hyomin yang sedang menangis. Ibunya yang mendengar suara tangisan Hyomin bergegas keluar, Hyomin menghambur ke pelukan ibunya.



“Omma…sakit..” kata Hyomin masih terus menangis.

“Ada apa ini?” kata ibunya cemas.

“Hyomin hampir di tabrak mobil.” Kata Donghae.

“Donghae apa yang kau lakukan!! Kau tidak menjaga adikmu!! Apa kau tidak tahu kalau Hyomin sangat berharga!!”



Ibunya mulai berteriak pada Donghae.

Donghae hanya diam dan tidak melawan.



“Sakit..Omma..” kata Hyomin terus menangis.

“Bayiku..jangan menangis, ayo kita ke kamarmu.” Kata ibunya.



Eunjung menahan perasaan ingin muntah melihat pemandangan antara ibu tirinya dan Hyomin. Ibu tirinya lalu membawa Hyomin yang masih terisak ke kamar.



Donghae berjalan tertatih-tatih ke sofa, Eunjung ingin berjalan ke kamarnya tapi dia mengurungkan niatnya. Dia menatap Donghae dari kejauhan. Donghae menggulung celananya, lututnya robek dan tidak berhenti mengeluarkan darah.



Pelayan wanita datang membawa kapas dan alkohol, pelayan itu berusaha membantu Donghae membersihkan darahnya. Tapi darah itu terus-terusan mengalir.



“Tuan muda.. ini parah, aku akan memberitahu nyonya.” Kata pelayannya.

“Tidak perlu..” kata Donghae.



Tapi pelayan itu bersikeras bangkit dan ingin pergi menuju kamar Hyomin.



“Aku bilang tidak perlu!!” bentak Donghae.



Pelayan wanita itu terdiam, dan Eunjung juga baru kali ini melihat Donghae yang tenang berteriak.



“Dia tidak akan peduli padaku!! Bahkan kalaupun aku mati dia tidak akan peduli padaku!!” kata Donghae lagi.



Eunjung berjalan mendekati Donghae, dia menatap luka Donghae yang sobek dan darahnya masih terus mengalir.



“Lututmu harus di jahit.” Kata Eunjung.



Donghae hanya diam dan berusaha membersihkan darahnya dengan kapas.



“Tidak ada gunanya kau membersihkannya, lututmu harus di jahit, kau harus pergi ke rumah sakit.” Kata Eunjung.





------





Donghae meringis kesakitan, dokter sedang menjahit lututnya yang sobek. Eunjung menemaninya pergi ke rumah sakit. Setelah lututnya selesai di jahit dokter lalu keluar dari ruangan. Eunjung hanya menatap Donghae sekilas lalu pura-pura menatap jendela, dia merasa canggung.



“Gumawo..” kata Donghae pendek.



Eunjung hanya diam.



“Terima kasih sudah peduli padaku.” Kata Donghae lagi.

“Aku membawamu ke rumah sakit bukan berarti aku tidak membencimu lagi.” Kata Eunjung menatap Donghae.

“Apa kau masih membenciku? Aku berada di pihakmu.” Kata Donghae.



Eunjung tidak menjawab, dia mengalihkan pandangannya dari wajah Donghae.



“Kau lihat sendiri, aku sudah bilang aku anak yang terbuang, ibuku tidak peduli padaku dan aku membencinya.” Kata Donghae lagi.

“Sampai kapan pun aku tidak akan pernah percaya padamu.” Kata Eunjung lalu dia berjalan ingin keluar dari kamar pasien.

“Aku akan membuat kau percaya padaku.” Kata Donghae.



Eunjung menghentikan langkahnya, dan menoleh pada Donghae.



“Percuma saja, kau tahu kenapa? karena aku tidak pernah mempercayai seorang pun di dunia ini kecuali ibu kandungku, bahkan aku juga tidak percaya pada ayahku sendiri.”



Setelah mengatakan itu Eunjung lalu melangkah pergi. Donghae menatap punggung Eunjung yang berlalu.





-----





Eunjung melihat sebuah buku diary berwarna pink tergeletak di atas meja ruang tamu, sepertinya itu milik Hyomin. Eunjung mengalihkan pandangannya dari buku itu dan bergegas berjalan ke kamarnya, tapi rasa penasarannya mulai muncul. Dia ingin tahu apa yang Hyomin tulis di buku diary itu.



Eunjung kembali berbalik menuju ruang tamu, dia mengambil buku diary pink itu dan perlahan membukanya, dari buku diary itu terjatuh selembar foto, Eunjung memungut foto itu di lantai, itu foto Song Joongki. Eunjung mulai membaca diary Hyomin dari awal, sepertinya isinya semua hampir sama hanya tertulis nama Song Joongki.



“Apa ini? Di otaknya hanya ada Song Joongki? Dasar bodoh.” Gumam Eunjung.



Eunjung lalu membalik lembar-lembar akhir diary, isinya caci maki Hyomin terhadap dirinya, lalu Eunjung membaca lembar paling akhir, tanggal di diary adalah tanggal hari ini, artinya Hyomin baru saja menulisnya. Di atas kertas itu ada tetes-tetes air mata yang sudah mengering dan hanya tertulis sebaris kalimat di sana.



AKU TIDAK AKAN MEMBIARKAN EUNJUNG MEREBUT JOONGKI!! TIDAK AKAN!!



“Dia berpikir aku ingin merebut Joongki darinya? Dia benar-benar bodoh.” Eunjung menutup diary itu dan meletakkannya lagi di atas meja.



Tiba-tiba terbesit sebuah ide di benak Eunjung.



“Tapi kalau dia memang berpikir begitu, baiklah aku akan benar-benar merebutnya. Aku ingin lihat berapa lama dia sanggup menangisi Joongki.”





------





Denting-denting sendok dan garpu terdengar di meja makan, semuanya sedang berkumpul untuk makan malam. Ayahnya memandang pada Donghae yang hanya makan dalam diam.



“Donghae aku dengar dari pelayan kakimu luka parah?” Tanya ayah tirinya.

“Sudah di jahit.” Jawab Donghae pendek.

“Benarkah? lukamu hingga harus di jahit?” kata ayah tirinya sedikit khawatir.

“Aku tidak apa-apa ahjussi, Eunjung yang mengantarku pergi ke rumah sakit.” Kata Donghae.



Ayahnya melirik Eunjung dan tersenyum.



“Appa senang sekali mendengarnya, kau sudah bisa akrab dengan saudara-saudaramu.” Kata ayahnya pada Eunjung.



Hyomin merasa dirinya mual mendengar kata-kata ayahnya “Akrab dengan saudara-saudaramu?”, andai saja ayahnya tahu apa yang sebenarnya terjadi.



Eunjung menghentikan makannya dan tersenyum pada ayahnya, lalu dia melirik ibu tirinya.



“Bukan apa-apa, aku mengantar Donghae ke rumah sakit karena aku lihat tidak ada yang peduli padanya.” Kata Eunjung.



Ibu tirinya berhenti makan. Lalu dia balas menatap Eunjung.



“Maksudmu aku tidak peduli pada Donghae? Aku peduli padanya, tapi saat itu aku sibuk mengurus Hyomin dulu, dia juga terluka.” Kata ibu tirinya dengan nada dingin.

“Begitukah? Kalau begitu aku minta maaf, aku berpikir kau tidak peduli karena kau lebih memilih mengurus anak yang hanya memar-memar dari pada anak yang lututnya sobek dan darahnya tidak berhenti mengalir.”



Tangan ibu tirinya bergetar, ingin sekali rasanya dia melempar garpu ke muka Eunjung.



“Ada apa ini sebenarnya?” Tanya ayahnya.

“Sudahlah, aku tidak apa-apa.” Kata Donghae.



Eunjung dan ibu tirinya lalu diam, dan suasana menjadi hening. Lalu mereka kembali melanjutkan makan. Eunjung juga mulai menyadari kesalahannya mengapa dia harus membela Donghae di depan ibu tirinya? Itu akan membuat Ayahnya berpikir hubungan dia dan ibu tirinya tidak baik lagi, apa gunanya dia selama ini berakting akur dan rukun dengan ibu tirinya.





------





Eunjung berdiri di depan kamarnya, dia menunggu Hyomin. Kamar mereka memang bersebelahan, saat melihat Hyomin muncul Eunjung lalu meletakkan ponsel di telinganya, dia berpura-pura sedang menelepon.



“Joongki-ah apa kau serius?” kata Eunjung, dia sengaja mengeraskan suaranya.





Hyomin yang mendengar nama Joongki di sebut menghentikan langkahnya, dia menatap Eunjung. Tangannya bergetar dan terkepal.



“Akhir minggu ini? Tentu, aku selalu punya waktu.” Kata Eunjung lagi.



Eunjung pura-pura tidak melihat Hyomin.



“Jemput aku nanti, aku menunggu. Ne…” kata Eunjung.



Lalu dia pura-pura mematikan ponselnya dan memasukkan ponsel ke saku celananya, Eunjung membuka pintu kamarnya dan berencana masuk tapi Hyomin menarik tangannya. Tangan Hyomin bergetar, bahkan Eunjung bisa merasakan Hyomin saat ini sangat marah.



“Apa yang kau rencanakan dengan Joongki?” Tanya Hyomin.

“Aku rasa itu bukan urusanmu.”

“Kau sengaja bukan?” suara Hyomin bergetar, dia berusaha menahan air matanya yang hampir mengalir.

“Apa maksudmu? Aku tidak mengerti.” Kata Eunjung.

“Kau sengaja mendekati Joongki karena tahu aku menyukainya!!”

“Mwo? Kau menyukainya? Benarkah? tapi bagaimana lagi Joongki menyukaiku.”

“Joongki itu milikku! Apa kau belum puas merebut perhatian Appa! Mengapa kau selalu saja mengangguku!” tangis Hyomin pecah lagi.



Eunjung melepas cengkraman Hyomin dari tangannya dengan kasar.



“Joongki milikmu? Jangan bercanda, Joongki bahkan tidak menaruh perhatian sedikit pun padamu.”



Eunjung lalu mendorong Hyomin ke dinding, dia menatap manik mata Hyomin yang basah karena air mata.



“Aku ingin lihat berapa lama kau sanggup untuk menangis? Kalau perlu kau menangis hingga air matamu kering!”



Eunjung lalu memasuki kamarnya meninggalkan Hyomin.



“Kau begitu sombong..Kita lihat saja nanti” kata Hyomin.





------





Eunjung pergi ke atas loteng, dia harus menemui Joongki. Dia harus pergi dengan Joongki akhir minggu ini, dia ingin menunjukkan pada Hyomin dan membuat Hyomin makin menderita. Eunjung menemukan sosok Joongki yang sedang tidur, Eunjung duduk di lantai di sebelah Joongki. Bagaimana dia harus membangunkannya? Eunjung lalu menatap wajah Joongki, baru kali ini dia melihat wajah Joongki dengan jelas., karena selama ini dia tidak pernah memperhatikan Joongki walaupun mereka teman semeja. Cowok imut ini memang tampan, pantas saja Hyomin tergila-gila padanya.



“Hei.. bangun..” kata Eunjung pada Joongki.



Tapi Joongki belum juga bangun, Eunjung lalu mendekatkan wajahnya pada Joongki, sekarang wajahnya ada di atas wajah Joongki.



“Bangun!!!” Eunjung berkata lebih keras.



Perlahan Joongki membuka matanya, saat melihat Wajah Eunjung ada di atasnya dia tersentak kaget dan tiba-tiba bangkit. Dahinya dan dahi Eunjung bertabrakan.



“Awww..” kata Eunjung memegang dahinya yang sakit.



Joongki juga memegang dahinya yang juga sakit.



“Kau mengagetkan aku.” Kata Joongki.



Joongki lalu menatap Eunjung, seorang Eunjung membangunkan dia? Apa dia tidak sedang bermimpi.

Eunjung lalu bangkit dari lantai dan berdiri, Joongki juga berdiri.



“Kau pernah bertanya padaku akhir minggu ini aku ada waktu atau tidak bukan?” kata Eunjung.



Joongki mengangguk.



“Jam berapa kau akan menjemputku?” Tanya Eunjung.



Joongki melongo.



“Maksudmu kau menerima ajakan kencanku?” Tanya Joongki.



Eunjung mengangguk, Joongki lalu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.



“Err..begini, karena awalnya kau bilang kau sibuk. Akhir minggu ini aku ada acara keluarga, bagaimana kalau minggu depan?” Tanya Joongki.

“Minggu depan? Lupakan saja kalau begitu.” Kata Eunjung.



Eunjung lalu berjalan hendak meninggalkan loteng, Joongki menarik tangan Eunjung.



“Tunggu dulu, baiklah akhir minggu ini ya.” Kata Joongki.

“Kalau begitu nanti aku akan memberikan nomor ponselku” kata Eunjung.



Lalu Eunjung pergi dari loteng, dan Joongki masih membeku di tempat.



“Aku tidak bermimpi bukan?” kata Joongki pada dirinya sendiri.





-------





Joongki berlari menuju kelas Donghae, dia memasuki kelas dan melihat Donghae sedang membaca buku pelajaran. Joongki lalu duduk di sebelah Donghae.



“Donghae sahabatku.” Kata Joongki sambil memeluk Donghae.

“kau ini apa-apaan.” Kata Donghae melepas pelukan Joongki, dia merasa jengah dengan sikap Joongki yang berlebihan.

“Aku sekarang sedang senang.” Kata Joongki sambil nyengir.

“Ada apa?” Tanya Donghae sambil menatap buku pelajarannya.



Joongki menyambar buku pelajaran itu dari tangan Donghae.



“Kau ini terlalu rajin, ini sedang jam istirahat kau masih belajar? Lebih baik kau dengarkan sahabatmu ini.” Kata Joongki.

“Baiklah, apa yang membuatmu senang?” Tanya Donghae.

“Akhir minggu ini aku akan kencan dengan seorang gadis.” kata Joongki.

“Hanya itu?” Tanya Donghae.

“Kau pasti terkejut siapa gadis itu.”

“Siapa?”

“Coba tebak.” Kata Joongki.

“Aku tidak tahu, sudahlah aku tidak peduli kau kencan dengan siapa.”

“Aku akan kencan dengan Ham Eunjung, saudara tirimu itu.”



Donghae terdiam, entah mengapa tiba-tiba dia merasa tidak senang saat mendengar Joongki akan pergi kencan dengan Eunjung.



“Donghae-ah kau tidak terkejut?” Tanya Joongki

“Oh..selamat untukmu.” Kata Donghae.

“Mwo? reaksimu hanya begitu saja? Kau ini benar-benar…, ya sudahlah aku pergi dulu.” Kata Joongki.



Joongki lalu pergi keluar dari kelas, Donghae memegang dadanya yang masih terasa sesak. Ada apa ini? Mengapa dia merasa seperti ini ketika Joongki mengatakan akan pergi kencan dengan Eunjung? Apa dia mulai menyukai saudara tirinya itu....



To be continued…..

2 komentar:

  1. “Apa jawaban bahasa inggris ada di wajahku?”
    hahahahaa..jempool ^^

    BalasHapus
  2. “Apa jawaban bahasa inggris ada di wajahku?”
    ^^

    BalasHapus

DONATE

Klik gambar

Klik gambar
peluang usaha