Author : L Hirasawa aka Livie Jungiestar Yl
WARNING: DI LARANG COPAS TANPA SEIZIN AUTHOR APA LAGI TANPA MEMBERI CREDIT!!!
Cast:
- YUI ( Yoshioka Yui )
- Kanata Hongo
- Kenichi Matsuyama
- Arisa
- Yamashita Tomohisa
- Miwa
Genre: Romance, Comedy
Length: 1-6
Yui membuka pintu rumah, dia melihat ibunya sedang bersiap-siap untuk pergi.
“Ibu mau ke mana?”
“Ibu harus pulang ke Fukuoka nenekmu sedang sakit.”
“Jadi aku ditinggal sendirian di rumah?”
“Cuma beberapa hari saja, ibu sudah meninggalkan makanan di kulkas tinggal dipanaskan.”
“Baik, hati-hati di jalan.”
Terdengar suara pintu berderit lalu menutup. Yui menghela napas, rumah terasa sangat sepi. Yui memanaskan makanan lalu makan dalam diam, bel rumahnya berbunyi.
“Tunggu sebentar.” Yui membukakan pintu.
Kanata berdiri di depan pintu dan tersenyum lebar.
Yui menutup pintu lagi tapi ditahan Kanata.
“Jangan ditutup, aku mau masuk.”
“Aku tidak mengizinkanmu untuk masuk.”
“Aku menelepon ke rumahmu, bibi mengangkatnya. Katanya dia mau pergi ke Fukuoka. Bahaya bagi seorang gadis untuk tinggal sendirian.”
“Aku akan mengajak Arisa menginap.”
“Arisa sedang pergi piknik bersama keluarganya.”
Yui tertegun sebentar mencoba berpikir keras.
“Aku bisa mengajak Kenichi.”
“Apa?, jangan ajak dia berbahaya.”
“Mengapa berbahaya?”
“Karena dia laki-laki.”
“Memangnya kau bukan laki-laki?”
Kanata terdiam dan mematung di depan pintu.
“Tapi aku masih kecil juga sangat polos, kau sendiri yang bilang begitu.” Kata Kanata lalu dia menunduk.
“Sangat polos?, terima kasih atas perhatiannya. Tapi aku tidak berencana mengajak siapapun untuk menginap sekarang.”
Yui membanting pintu, lalu mengintip lewat jendela. Kanata berjalan pulang.
----
Yui menonton TV, dan membawa semangkuk corn flakes dengan susu dingin. Yui mendengar bunyi-bunyian di halaman belakang. Yui mengecilkan TV, meletakkan mangkuknya dan membuka pintu belakang. Kanata sedang membuat tenda di halaman belakangnya.
“Apa yang kau lakukan!!” Yui berteriak.
Kanata menoleh dan memegang dadanya.
“Aku hampir jantungan, mengapa berteriak sangat keras?”
“Siapa yang memberi izin untuk membuat tenda di sini?”
“Kau bilang aku tidak boleh menginap di rumah, makanya aku akan tinggal di sini.”
“Tolong bawa kembali tenda itu, dan kau juga secepatnya pergi dari sini.”
“Aku tidak bisa kembali, aku sedang kabur dari rumah.”
Kanata lalu cepat-cepat memasuki tenda.
Yui menghela napas, lalu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Arisa.
Arisa: ada apa?
Yui: aku hampir stres karena sepupumu, mengapa keluargamu tidak mengajaknya pergi piknik?
Arisa: kami sudah mengajaknya, dia tidak mau pergi, katanya mau menginap di rumahmu. Apa kau sudah mengusirnya?
Yui: sudah, tapi dia datang lagi lalu membangun tenda Winnie the pooh di sini.
Arisa: jadi bagaimana?
Yui: aku akan mengajak Kenichi dan Yuya untuk menginap di rumah. Adieu
Yui mengatakan kalimat terakhir dengan keras, memastikan Kanata mendengarnya. Kanata lalu keluar dari tenda.
“Tidak boleh mengajak Kenichi.”
“Kau boleh menginap malam ini di tenda, dan aku akan mengajak Kenichi menginap di rumah.”
Yui lalu berjalan memasuki rumah dan mengunci pintu.
----
Kanata mendengar suara mobil datang di halaman depan.
“Jangan-jangan itu Kenichi.” Kata Kanata.
Kanata lalu berlari ke depan, Kenichi keluar dari mobil sambil menggendong Yuya. Tangan kirinya membawa seplastik makanan dan buah.
“Cepat sekali sudah datang.” Kata Yui.
“Kau juga menginap di sini?” tanya Kenichi pada Kanata.
“Dia ingin jadi penjaga, dia menginap di tenda belakang.” Kata Yui.
Yui lalu mengambil Yuya dari gendongan Kenichi lalu memasuki rumah. Kanata mematung di depan pintu, tangannya terkepal.
“Seperti sudah menikah saja, sial!!!”
-----
Kanata kembali ke dalam tenda, saat hari mulai gelap Kanata mencium harum masakan dari rumah Yui. Kanata memegangi perutnya yang lapar.
“Mengapa aku bisa lupa membawa makanan dan selimut.”
Kanata lalu keluar dari tendanya dan mengetuk pintu belakang. Yui membukakan pintu.
“Bisakah kau memberiku makanan dan selimut?”
“Tidak, jika kau ingin makan atau selimut pulanglah ke rumahmu!”
Yui membanting pintu di depan muka Kanata.
“Makanannya sudah selesai.” Kata Kenichi.
“Ayo kita segera makan.” Kata Yui.
Mereka segera duduk di meja makan dan menikmati nasi kare buatan Kenichi.
“Aku mendengar Kanata meminta makanan, kau tidak berniat memberinya?” tanya Kenichi.
“Tentu saja tidak.” Jawab Yui sambil menyendok kare dalam mulutnya.
“Kalau begitu mengapa tadi aku melihat kau menyisihkan kare semangkuk?, apa itu untuk Kanata?”
“Uhuk…uhuk…itu.” Yui tersedak. *Yui berpikir dalam hati aku ketahuan wkwkwkwk*
Kenichi menepuk-nepuk punggung Yui.
“Apa kau tidak apa-apa?”
“Tidak, kare itu untukku. Apa kau tidak tahu nafsu makanku sangat besar?, Kita harus menghabiskan semua kare sekarang jangan biarkan tersisa.” Kata Yui.
“Baik ibu.” Jawab Yuya.
Yui menyendok kare dalam mangkuk yang mulanya dia sisihkan untuk Kanata.
“Aku akan makan ini semuanya ha..ha..ha..”
Yui memegangi perutnya yang sudah kenyang.
----
Selesai makan Yui berjalan ke kamarnya.
“Aku sangat mengantuk hoam.” Yui menguap.
“Ini baru jam 9.” Kata Kenichi.
Kita harus tidur, Yuya masih kecil. Tidak baik kalau dia tidur malam. Kenichi dan Yuya lalu memasuki kamar, setelah mendengar pintu menutup Yui lalu masuk ke kamarnya. Setelah 15 menit Yui keluar lagi dari kamarnya.
“Apa mereka sudah tidur?” kata Yui.
Yui menuju dapur dan memasak ramen instan, Yui menaruh ramen dan segelas susu di nampan. Lalu dia membawanya ke halaman belakang.
“Kanata.” Panggil Yui.
Kanata keluar dari tendanya.
“Yui?, kau membawakanku makanan?” kata Kanata.
“Tunggu sebentar, aku akan membawakan selimut.” Kata Yui.
Lalu Yui berbalik dan pergi mengambil selimut. Kanata membawa mie ramennya ke dalam tenda dia tersenyum.
“Aku tahu pasti kau tidak akan tega.” Kata Kanata.
Tidak lama kemudian Yui sudah membawa selimut untuk Kanata.
“Aku pergi dulu.” Kata Yui.
Kanata menarik tangan Yui.
“Temani aku makan dulu.” Kata Kanata.
Yui lalu masuk ke dalam tenda bersama Kanata,
“Tadi aku mencium harum kare, tapi kau hanya memberiku ramen instan.” Kata Kanata.
“Karenya sudah habis, kalau kau tidak mau makan ya sudah.” Yui meraih mangkuk ramen dari Kanata.
“Aku tidak bilang tidak mau, aku sangat lapar.”
Kanata memakan ramennya dengan lahap.
----
Kenichi melihat Yuya yang sudah tertidur, Kenichi mengusap rambut Yuya. Kenichi lalu keluar dari kamar dengan hati-hati agar tidak membangunkan Yuya. Kenichi membuka pintu kamar Yui dan tidak ada Yui di dalam.
“Sudah kuduga, pasti dia menemui bocah itu.”
Kenichi lalu mengintip dari jendela, tenda Kanata yang terang dengan lampu senter dan ada bayangan Yui dan Kanata dalam tenda.
“Rupanya kare itu memang untuk Kanata.”
Kenichi lalu kembali ke kamarnya, mencoba menutup mata untuk tidur.
----
Kanata meminum susunya.
“Mengapa kau membawakanku susu?, aku tidak suka susu.” Kata Kanata.
“Kau tidak suka susu?, wajar saja kau tidak bisa tumbuh tinggi.” Kata Yui.
“Memangnya kau sudah tinggi?, tinggi kita sama.” Kata Kanata.
“Itu.. aku perempuan wajar tinggiku seperti ini, dan kau laki-laki mana ada laki-laki sependek ini?”
“Aku masih smp, lihat saja kalau aku sudah lebih besar.”
Yui tersenyum dan memandang wajah Kanata.
“Tadi kau sedang tersenyum.” Kata Kanata.
“Siapa yang sedang tersenyum.”
“Mengapa kau datang?, apa artinya kau peduli padaku?, menyukaiku?”
“Bukan, aku datang untuk terakhir kalinya.”
Yui memalingkan wajahnya.
“Apa maksudmu terakhir kalinya?”
“Aku datang untuk memohon padamu, aku mohon agar kau pergi.” Kata Yui.
“Mengapa aku harus pergi?”
“Karena aku sudah berjanji pada ibumu. Aku juga sudah lelah Kanata, jangan bermain lagi.”
“Aku tidak sedang bermain.”
“Jangan menggangguku lagi.”
“Aku tidak bisa pergi kalau alasannya hanya karena Nyonya besar.”
Yui menghela napas.
“Kau benar-benar ingin tahu alasan sebenarnya?”
“Apa ada alasan lain?” Kanata menyentuh tangan Yui.
“Aku menyukai Kenichi….”
Kanata terkejut lalu melepaskan tangannya.
“Jadi begitu?, aku akan pergi kau tenang saja.”
Kanata lalu berbaring dan menutupi seluruh badannya dengan selimut, air mata Kanata menetes.
Yui lalu keluar dari tenda masuk ke dalam rumah dan menutup pintu.
“Aku sudah berbohong, maafkan aku Kanata.”
Yui dengan cemas memasuki ruang audisi. Semua mata juri menatap tajam ke arahnya, memperhatikan dari atas hingga bawah, dengan canggung Yui membungkuk hormat. Lalu dia bersila di lantai dan menghela napas. Saat menyentuh gitarnya perasaan Yui menjadi sedikit lebih membaik, rasa gugupnya perlahan menghilang. Yui memetik senar gitarnya dan menyanyi lagu ciptaannya yang berjudul Why Me.
Found Me oikakete
Zutto samishikute
Hitorikiri no Sad night
Yofuke mae no yami ni tokekondeta
Konna fuu ni itsumo kiesou na My Soul
Toori sugite yuku hito no nami ni nomare nagasarete iku
Itsumo dareka ga tasukete kureru to shinjiteta
Jibun no ashi de I just be myself
Bye my weakness Bye my sorrow
Fumidasu yuuki motte yuku yo kore kara wa
Bye my weakness kagayaku saki kitto kono te ni tsukamu yo ...
Good day... Oh my self
Need me kono saki ni
Kimi wo sagashita.....
Yui menyanyi sambil memejamkan matanya. Setelah selesai Yui menatap para juri, ada kekaguman di sorot mata para juri. Yui sudah merasa yakin 99% dia lolos audisi. Salah satu juri bangkit dari duduknya dan berkata.
“Nona Yoshioka Yui anda……”
----
Yui keluar dari ruangan dengan perasaan campur aduk, Arisa menunggu di luar dengan rasa penasaran.
“Yui bagaimana?, apa kau berhasil.”
Yui berusaha menahan air matanya yang jatuh, tangan kanannya memegang case gitar dan tangan kirinya terkepal karena kesal.
“Aku gagal.” Kata Yui lirih.
“Apa?, mana mungkin kau gagal?” Arisa terkejut.
“padahal aku begitu yakin tapi aku gagal.”
“Jangan..jangan….” Arisa menatap Yui lalu menunduk.
“Ada apa?” Yui bertanya pada Arisa.
“Yui aku rasa semua ini ada hubungannya dengan ibu Kanata.”
“Tidak mungkin, Kanata tidak pernah lagi datang menemuiku.”
“Tapi tadi sesaat sebelum juri masuk ruangan, aku melihat kepala pelayan di rumah Kanata menyerahkan amplop putih.”
----
Yui kembali memasuki ruang audisi, dia sangat marah dan rasanya ingin mengamuk. Seorang gadis seusianya yang sedang bernyanyi terkejut lalu berhenti menyanyi.
“Ada apa ini?” seorang juri bangkit dan menatap Yui.
“Seharusnya aku yang bertanya, ada apa ini?, berapa uang suap yang telah kalian terima?”
“Berani-beraninya kau menuduh kami tanpa bukti.”
“Aku memang tidak punya bukti, tapi jika aku menemukannya aku akan membalas kalian semua.”
“Nona Yoshioka Yui anda telah menuduh dan membuat keributan di sini, karena kau gagal bukan berarti melakukan tindakan tidak terpuji seperti sekarang. Penjaga seret gadis ini keluar!!!”
Dua orang pria berbadan besar menarik Yui keluar dari ruangan.
“Kalian akan menerima balasannya aku bersumpah!!!”
Air mata Yui mengalir.
----
Arisa berlari mengejar Yui.
“Kau mau ke mana?”
“Aku harus menemui ibu Kanata.”
“Jangan Yui, kau akan mendapat masalah besar.”
Yui tidak mempedulikan Arisa dan terus berjalan menuju rumah Kanata.
----
“Maaf nona anda tidak boleh masuk.” Penjaga yang berdiri di depan ruangan ibu Kanata menahannya.
“biarkan aku masuk!!! Keluarlah!!!! Jangan bersembunyi di dalam!!!” Yui berteriak dan amarahnya sudah meledak-ledak.
Ibu Kanata keluar dari ruangannya.
“Ada apa kau datang kemari dan membuat keributan?” tanya Ibu Kanata.
“mengapa kau masih menggangguku?, aku sudah menjauhi anakmu tapi mengapa kau masih menggunakan cara yang licik seperti ini?”
“Aku tidak mengerti apa yang sedang kau bicarakan.”
“Jangan berpura-pura, mengapa kau menyuap para juri audisi itu?”
“Biar kutebak, apa kau gagal audisi?, dan kau menuduhku di balik semua ini.”
“Karena memang begitu kenyataannya.”
“Nona Yoshioka Yui anda terlalu percaya diri, selalu merasa punya kemampuan sehingga kau tidak mungkin gagal, apakah kau tidak menyadari dirimu terlalu naïf.”
“Harusnya aku tidak melepas anakmu waktu itu.” Yui menatap penuh kebencian pada Ibu Kanata.
“Apa maksudmu?”
“Harusnya aku tetap memegang erat anakmu, tidak akan melepasnya, bahkan jika dia harus melawan ibunya sendiri, harusnya itu yang aku lakukan.”
“Akhirnya kedok aslimu sudah terbongkar, kau hanya seorang gadis jahat!”
“Jangan berbicara tentang kejahatan padaku, itu membuatku ingin muntah. Kau juga bukan orang yang baik hati.”
“Berani-beraninya kau berkata begitu pada nyonya besar.” Kanata tiba-tiba muncul.
“Kanata, apa kau tahu apa yang ibumu lakukan padaku.” Yui menatap Kanata, berharap Kanata membela dirinya.
“Tentu saja aku tahu, aku mendengarnya dari tadi. Kau gagal di audisi itu dan berusaha menuduh nyonya besar karena kau tidak puas.” Kanata menatap tajam pada Yui.
“Itu bukan hanya tuduhan saja itu benar.”
“Lalu apa kau punya bukti?, apa kau tidak punya hormat dan sopan santun pada orang yang lebih tua?, langsung masuk dan marah karena kau sedang kesal. Rumahku bukan tempat pelampiasan amarahmu.”
“Kanata kau……” Yui menatap Kanata tidak percaya.
Yui lalu menatap ibu Kanata.
“Maaf aku sudah membuat keributan di sini.” Lalu Yui berbalik pergi dan saat melewati Kanata Yui menoleh lagi.
“Kau sudah berubah Kanata.” kata Yui.
Kanata tidak membalas ucapan Yui hanya diam dan tidak menoleh sedikitpun.
----
“Kau lihat gadis itu, dia tidak punya sopan santun.” Kata ibu Kanata.
“Aku membelamu bukan berarti aku berada dipihakmu nyonya besar.” Kata Kanata.
Ibu Kanata hanya terdiam, dan Kanata melanjutkan kata-katanya.
“Aku tahu gagalnya audisi Yui ada hubungannya dengan nyonya besar, jangan mengganggunya lagi. Hubunganku dengannya sudah benar-benar berakhir.”
“Baiklah kalau kau yakin tidak akan pernah berhubungan lagi dengannya.”
“Tapi nyonya besar walaupun Yui tidak disisiku lagi bukan berarti aku ingin terus berada disisi anda, aku tetap tidak ingin menjadi pewaris keluarga ini.”
“Kanata, beraninya kau..”
“Karena selalu ditekan nyonya besar aku selalu mengubur impianku dalam-dalam, sekarang aku ingin mencoba kemampuanku sendiri untuk meraih impianku, aku mohon Ibu.”
Kanata membungkuk dalam-dalam.
“Kanata…..”
Ibunya tidak berkata apa-apa lagi, baru kali ini Kanata memanggilnya dengan sebutan ibu.
----
Kenichi mengambil dua kaleng cola dari mesin minuman dan menempalkan salah satunya di pipi Yui.
“Itu dingin.” Kata Yui.
Yui meraih kaleng cola itu dan membukanya, Isi cola tumpah ke mana-mana.
“Apa kau mengguncangnya baru memberikan padaku?” Yui menatap Kenichi dengan pandangan kesal.
“Kau benar, sudah lama tidak melakukan itu padamu.” Kenichi tersenyum.
“Kenichi aku sangat sedih sekarang, sedih dan marah bercampur jadi satu.”
“Aku tahu, sudah mendengarnya dari Arisa.”
“Apa yang harus aku lakukan sekarang?”
“Tidak perlu lakukan apa-apa, karena yang di atas, Dia tidak tidur.”
Kenichi menepuk-nepuk pundak Yui.
“Sang pangeran sangat bijaksana.”
“Putri kentang ayo kita makan di luar.”
Kenichi bangkit dari duduknya.
“Benar juga, aku ingin makan banyak hingga perutku tidak sanggup lagi.”
“Ingin makan apa?”
“Semua yang kita temui di jalan harus aku makan.”
“Kau yakin?”
“Ya, semuanya.”
“Lihat batu di depan itu?, coba makan mereka.”
“Kenichi…” Yui memukul-mukul Kenichi.
“Katamu yang kau temui di jalan akan kau makan. Atau kau tidak suka batu?, bagaimana dengan daun yang berguguran itu.”
“Kenichi, awas kau!!”
Kenichi berlari dan Yui mengejar dari belakang.
“Berhenti berlari aku capek.” Yui jongkok.
“Putri kentang sangat lemah.”
Kenichi menggendong Yui seperti pengantin pria yang menggendong pengantin wanitanya.
“Kenichi apa yang kau lakukan!!”
“Aku akan menggendongmu sambil berputar-putar seperti di film-film.”
Kenichi mulai berputar-putar.
“Baik cukup, kepalaku pusing sungguh.” Yui memegang kepalanya.
“Aku juga pusing.” Kenichi menurunkan Yui dari gendongannya.
“Apa lagi kau…..” Kenichi menatap Yui dengan jahil.
“Ada apa?” Yui menatap Kenichi heran.
“Kau lebih berat dari kelihatannya.”
Kenichi siap-siap berlari lagi.
----
Mr. Sony pemimpin kantor sony music menghirup kopinya, dia sedang di jamu oleh Ibu Kanata.
“Bagaimana tentang audisi yang baru kau adakan?” tanya Ibu Kanata.
“Aku sedikit kecewa, pemenang yang diumumkan juri aku sudah melihatnya.”
“Bagaimana dia?”
“Dia cantik, dan suaranya juga bagus. Cuma aku merasa ada yang kurang.”
Kanata yang dari tadi diam mulai berbicara.
“Maaf memotong pembicaraan kalian, tapi aku kenal gadis yang sangat berbakat, dia bermain gitar dan menciptakan lagunya sendiri.”
“Kanata, tidak sopan langsung memotong pembicaraan kami.” Kata Ibu Kanata.
“Tidak apa-apa, gadis seperti itu yang aku cari, apa aku bisa menemuinya?”
“Dia sering menyanyi malam hari di stasiun, anda bisa melihatnya bernyanyi.”
Mr. Sony tersenyum.
-----
“Kanata mengapa kau melakukan itu?” kata Ibunya.
“Harusnya pemenang audisi itu memang Yui, tapi Ibu yang mengganggunya. Aku hanya mengembalikan apa yang seharusnya terjadi.”
To be continued……
1x klik = Rp 250,- Donate Anda
Selasa, 22 November 2011
My Little Boyfriend part 5
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar