TOLONG KLIK IKLAN DI BAWAH INI, ANDA BAIK SEKALI..^^

1x klik = Rp 250,- Donate Anda

Sabtu, 26 November 2011

REVENGE PART 3

Author: Livie jungiestar Yl / DorkyJung / L Hirasawa



DI LARANG COPAS TANPA SEIZIN AUTHOR!! APA LAGI TANPA MEMBERI CREDIT!!



Cast:

- Ham Eunjung as Ham Eunjung

- Park Hyomin as Ham Hyomin

- Lee Donghae as Lee Donghae

- Song Joongki as Song Joongki


Genre: SAD, FAMILY, ROMANCE

Length: 1-7


Eunjung memasuki mobil dan Donghae sudah ada di sana, mereka hanya saling diam sambil menunggu Hyomin keluar dari kelasnya. Donghae menatap Eunjung yang duduk di sampingnya sekilas, lalu dia kembali memandang ke depan. Mereka hanya saling diam, hening tanpa suara. Sampai akhirnya Donghae mulai bertanya.



“Kau akan pergi kencan dengan Joongki?” Tanya Donghae.



Eunjung hanya diam dan tidak menjawab.



“Kau benar-benar menyukai Joongki atau hanya ingin menyakiti Hyomin?” Tanya Donghae lagi.



Lagi-lagi Eunjung hanya diam.



“Sepertinya hanya untuk menyakiti Hyomin.” Kata Donghae.

“Kau mengapa begitu menyebalkan? Apa kau bisa melihat isi hatiku?” Tanya Eunjung.

“Aku tahu apa yang kau pikirkan, aku tahu isi hatimu, kau tahu mengapa? Karena kita sama, aku merasa kau sedikit mirip denganku.” Kata Donghae.

“Benar, memang hanya untuk menyakiti Hyomin. Mengapa? Kau tidak senang aku menyakiti adikmu tersayang?”

“Jangan lakukan itu, kau bukan hanya menyakiti Hyomin tapi juga menyakiti Joongki.”

“Urus saja dirimu sendiri, tidak perlu memikirkan perasaan orang lain. Kau tidak berhak melarang apa pun yang ingin aku lakukan.”

“Kau semakin egois.”

“Aku memang egois, untuk melihat Hyomin menangis aku juga tidak peduli walau harus menyakiti Joongki.”



Donghae menatap Eunjung dalam-dalam.



“Aku mohon jangan lakukan itu.” Kata Donghae.

“Mengapa? Aku hanya melakukan apa pun yang aku suka.”

“Karena Joongki adalah sahabatku, aku tidak ingin kau juga menyakiti Joongki. Dia tidak bersalah apa-apa padamu.”

“Demi sahabat kau hingga memohon padaku, aku cukup terharu. Tapi drama persahabatan kalian bukan urusanku.” Kata Eunjung.



Lalu Eunjung memalingkan wajahnya ke arah jendela.



Bukan hanya menyakiti Hyomin dan Joongki, kau juga menyakitiku



Kata Donghae hanya dalam hatinya.





-----





Eunjung dan Joongki melangkah keluar dari gedung bioskop.



“Filmnya lucu sekali ya?” kata Joongki.

“Iya lumayan..” kata Eunjung, padahal dia sama sekali tidak mengerti di mana letak lucunya, karena dia sama sekali tidak tertawa.

“Aku senang sekali hari ini, tapi sepertinya kau tidak terlihat senang.” Kata Joongki.

“Aku senang, kau saja yang tidak tahu.”

“Kalau kau benar-benar senang, mengapa dari tadi tidak tersenyum. Aku ingin melihatmu tersenyum.”



Eunjung lalu memaksakan diri untuk tersenyum.



“Senyummu jelek sekali.” Kata Joongki.

“Makanya jangan minta aku untuk tersenyum.” Kata Eunjung kesal.

“Kau ini manis sekali.” Joongki mencubit kedua pipi Eunjung gemes.

“Yah! Kau ini apa-apaan!” kata Eunjung.

“Ucapanmu persis Donghae, kadang-kadang kalian mirip.” Kata Joongki.

Eunjung terdiam, benarkah dia mirip dengan Donghae?

“Ayo kita pergi makan.” Joongki menarik tangan Eunjung.





------





Hyomin melihat dari balik jendela, mobil silver Joongki memasuki pekarangan rumahnya. Dia memandang dengan perasaan sedih sekaligus marah.

Donghae yang baru menuruni tangga mendekati Hyomin.



“Apa yang kau lihat?” Tanya Donghae,



Hyomin tidak menjawab, Donghae lalu melihat apa yang Hyomin perhatikan, Eunjung dan Joongki keluar dari mobil. Donghae bisa melihat Eunjung dan Joongki dengan jelas, karena di pekarangan rumah mereka banyak lampu taman.



Eunjung menoleh ke arah rumahnya, dia bisa melihat ada Hyomin dan Donghae sedang melihat dari balik jendela, Eunjung tersenyum puas. Hyomin melihatnya di antar pulang oleh Joongki.



“Aku harap lain kali kita bisa pergi lagi.” Kata Joongki.



Eunjung mengangguk.



“Aku pulang dulu..” kata Joongki.



Hanya begini? Apakah Joongki tidak ada inisiatif melakukan hal-hal romantis di saat Hyomin sedang mengintip mereka? Setidaknya memegang tangannya? Eunjung memutar otaknya, pertunjukan belum berakhir.



“Joongki-ah tunggu.” Kata Eunjung.

“Ada apa?’ Tanya Joongki.



Eunjung lalu mendekat pada Joongki, dia lalu memegang wajah Joongki dengan kedua tangannya. Eunjung lalu berjinjit dan mengecup bibir Joongki, Eunjung lalu melepas kedua tangannya dari wajah Joongki.

Joongki membeku, Eunjung menciumnya?



“Hanya ucapan selamat malam.” Kata Eunjung berusaha tersenyum.



Joongki lalu menundukkan wajahnya lagi, dan perlahan bibirnya bersentuhan lagi dengan bibir Eunjung. Eunjung merasa kaget , Joongki berniat menciumnya lagi? tapi dia lalu menutup matanya, membiarkan Joongki menciumnya.



Hyomin yang menatap dari balik jendela terkejut, mereka berciuman di depannya? Lagi-lagi air matanya tumpah, dia sudah kalah dari Eunjung. Hyomin berlari pergi menaiki tangga menuju kamarnya, sementara Donghae juga tidak menyangka akan mendapat pemandangan seperti itu, dia merasa marah dan muak dengan semua permainan Eunjung.





-------





Mobil silver Joongki mulai melewati gerbang. Pergi meninggalkan rumahnya. Eunjung lalu berjalan menuju rumah, tadi dia benar-benar berciuman? Hanya demi melihat Hyomin menangis dia berciuman dengan Joongki?



Donghae sudah berdiri di depan pintu, dia menunggu Eunjung.



“Minggir aku mau masuk.” Kata Eunjung pada Donghae.



Donghae menatapnya dengan dingin dan dan tatapannya terlihat aneh.



“Aku bilang aku mau masuk.” Kata Eunjung lagi.

“Aku ingin bicara denganmu.” Kata Donghae.



Donghae menyeret tangan Eunjung paksa, menuju halaman belakang rumah mereka.



“Lepaskan aku!” kata Eunjung.



Tapi Donghae tidak peduli, dia membawa Eunjung ke dekat pepohonan yang ada di belakang rumahnya.



“Lepaskan! Tanganku sakit!” kata Eunjung.



Donghae melepas cengkramannya.



“Kau benar-benar sudah di luar batas!” kata Donghae marah.

“Mengapa kau tiba-tiba marah?”

“Cuma demi menyakiti Hyomin kau hingga berciuman seperti itu, apa kau tidak punya harga diri!”



Eunjung mulai merasa marah, apa Donghae menganggapnya rendah karena tadi dia berciuman? Mata Eunjung mulai berair, dia menangis. Sungguh dia tidak ingin menangis di depan Donghae, tapi dia tidak bisa membendung air matanya.



“Benar!! Aku memang tidak punya harga diri lagi! “ Eunjung menjerit, air matanya mengalir membasahi pipinya.

“Sejak hari di mana aku berlutut memohon bantuan pada kalian, aku sudah lupa bagaimana rasanya punya harga diri! Apa kau puas!”



Donghae menatap Eunjung, dia hanya diam merasa bersalah. Dia menatap Eunjung yang menangis di depannya tanpa bisa berbuat apa-apa.





--------





Flash Back



Hyomin berumur tujuh tahun menunggu mobil jemputan di depan gerbang sekolah, hari ini dia menunggu sendirian karena Donghae tidak masuk sekolah, Donghae sedang demam.



Seorang anak laki-laki yang nakal dan sekelas dengannya mendekatinya, Hyomin sangat tidak suka dengan anak laki-laki itu karena dia senang mengejek dan menganggunya.



“Hyomin-ah aku menemukan ini di laci mejamu.”



Anak laki-laki itu menunjukkan sebuah kertas ulangan. Hyomin berusaha merebutnya tapi anak laki-laki itu mengelak.



“Kau dapat nol lagi? Kau ini bodoh sekali.” Kata anak laki-laki itu tertawa.

“Cepat berikan padaku!!” kata Hyomin marah.



Anak laki-laki itu berlari dan mengacung-ngacung kan kertas ulangan Hyomin.



“Hyomin dapat nol..Hyomin bodoh..Hyomin otak udang.” Anak laki-laki itu terus mengejeknya sambil berlari.



Hyomin mengejar anak laki-laki nakal itu, tapi dia jatuh terjerembab. Lututnya berdarah dan Hyomin menangis, tapi anak laki-laki itu masih terus mengejeknya, seorang anak laki-laki lain yang melihat kejadian itu lalu mendekati anak laki-laki nakal tadi.



“Serahkan kertas itu!” kata Joongki.

“Tidak mau, kau jangan ikut campur.”



Joongki menarik kerah baju anak laki-laki nakal tadi.



“Kau tidak kenal siapa aku? Aku Song Joongki, aku kakak kelasmu.”



Anak laki-laki nakal tadi mulai merasa takut karena Joongki adalah kakak kelasnya, dia menyerahkan kertas ulangan Hyomin pada Joongki lalu dia berlari pergi.



Joongki mendekati Hyomin yang masih menangis, dan menyerahkan kertas ulangan itu pada Hyomin.



“Jangan menangis lagi, apa kau adik Donghae?” Tanya Joongki.



Hyomin mengangguk.



“Aku Song Joongki teman Donghae, adik Donghae artinya adikku juga. Kalau ada yang macam-macam padamu laporkan saja pada oppa.” Kata Joongki tersenyum.



End of Flash Back





Hyomin menelungkupkan kepalanya ke bantal, semua barang-barangnya berserakan di lantai. Hyomin melampiaskan kemarahannya pada barang-barang yang ada di kamarnya.



Sekarang sudah jam makan malam, tapi dia tidak berniat untuk turun. Selera makannya sudah hilang. Hyomin mengambil diary pink nya dan merobek-robek lembaran kertas diary itu. Hyomin menatap foto Joongki, dia ingin merobeknya tapi dia merasa tidak sanggup.



Hyomin menangis sambil menatap foto Joongki, sampai kapan pun dia tidak bisa membenci Song Joongki, sampai kapan pun dia tidak bisa melupakan perasaannya terhadap Song Joongki.





---------





Ham Kun Hee memandang sebuah kursi kosong di meja makan, kursi Hyomin. Dia lalu menoleh pada isterinya.



“Yeobo, mengapa Hyomin tidak turun untuk makan?”

“Hyomin mengunci pintu dan mengurung diri, entah apa yang terjadi padanya.”



Eunjung yang menyendok sop jiggaenya berusaha untuk menahan senyum, Hyomin saat ini pasti sedang menangis lagi. Kalau dia pergi ke kamar Hyomin sekarang, apa yang akan terjadi? Dia bisa sedikit menyombongkan cerita mengenai acara kencan dia dan Joongki hari ini.



“Biar aku yang memanggil dia untuk makan.” Kata Eunjung.



Donghae menatap Eunjung, rupanya Eunjung belum puas untuk mempermainkan Hyomin.

Ibu tirinya tertegun, apa lagi yang ingin Eunjung lakukan pada anaknya.



“Biar pelayan saja yang mengantar makanan ke atas.” Kata ibu tirinya.

“Biar saja Eunjung yang memanggilnya.” Kata ayahnya.



Ibu tirinya terdiam, dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi.



“Aku memanggilnya dulu.” Kata Eunjung.



Eunjung bangkit dari kursi dan menaiki tangga menuju lantai dua, Eunjung mendekati pintu kamar Hyomin yang berada di sebelah pintu kamarnya. Eunjung lalu mengetuk pintu kamar Hyomin.



TOK..TOK..TOK..



“Hyomin-ah apa kau tidak lapar? Kau sudah menangis lama sekali, apa kau sudah kenyang air mata?” Kata Eunjung.

“PERGI!!! PERGI!!!!” terdengar jeritan Hyomin dari dalam.



Tapi itu malah membuat Eunjung semakin bersemangat untuk mengganggunya.



“Aku dan Joongki hari ini pergi nonton bersama, filmnya lucu sekali. Harusnya kau ikut, supaya bisa melihat kemesraan kami.” Kata Eunjung dari balik pintu, dia tahu Hyomin sedang mendengarnya.

“Aku tidak ingin mendengar ceritamu! Pergi!!!”

“Selama di bioskop kami berpegangan tangan.” Eunjung mulai berbohong, Joongki tidak pernah memegang tangannya sekalipun saat di bioskop.

“Aku bilang hentikan!! Atau kau akan menyesal!!!!”

“Lalu kami pergi makan…”



Mendadak pintu kamar Hyomin terbuka, Hyomin dengan mata merah dan rambut berantakan, juga kamarnya yang sudah seperti kapal pecah.



“Aku sudah bilang kau akan menyesal!! Aku sudah bilang tidak ingin dengar!!!” Hyomin menjerit.



Lalu dia mendorong tubuh Eunjung masuk ke kamarnya, Eunjung terjatuh menumbur ranjang Hyomin.

Hyomin mulai seperti kesetanan, dia menjambak rambut Eunjung yang panjang.



“LEPASKAN!!” kata Eunjung.



Lalu Eunjung mulai menjambak rambut Hyomin juga.

Mereka berguling-guling di lantai kamar Hyomin yang penuh barang-barang, Posisi Eunjung mulai tidak menguntungkan dia berada di bawah sementara Hyomin ada di atasnya, Hyomin melihat sebuah gunting yang tergeletak di lantai dan mengambilnya.



“Apa kau tahu?” Air mata Hyomin menetes di atas wajah Eunjung.

“Joongki oppa… dia suka rambut panjangmu!! Dia bilang rambut panjangmu indah!! Bagai mana kalau aku mengguntingnya hingga tidak tersisa!!” kata Hyomin.

“Kau sudah gila!!” Eunjung berusaha melepaskan diri dari Hyomin.



Hyomin mulai menarik sebagian rambut panjang Eunjung. Dengan paksa.



Kres..kres..kres…



Helai demi helai rambut Eunjung berjatuhan di lantai. Eunjung berusaha berontak, tapi Hyomin menarik paksa rambutnya dan terus mengguntingnya.



Helaian rambut Eunjung semakin banyak terpotong dan terjatuh di lantai.



“Hyomin-ah apa yang kau lakukan!!!” terdengar suara bentakan ayahnya.



Hyomin menoleh, ayah, ibunya dan Donghae berdiri di depan pintu, terkejut melihat pemandangan ini.



“Appa.. Appa…” Eunjung menangis.



Ayahnya lalu menarik tangan Hyomin menjauh dari Eunjung.



“Mengapa kau melakukan itu!! Apa salah Eunjung padamu!!!!” bentak ayahnya.

“Aku benci dia!!! Dia itu jahat!! Appa harus mengusirnya dari rumah ini!! Dia itu iblis!!!” Hyomin menjerit sambil menangis.



PLAKKK



Sebuah tamparan dari ayahnya mendarat di pipi Hyomin. Ibunya terkejut dan mendekati Hyomin. Hyomin memegang pipinya yang memerah entah apa yang lebih sakit, tamparan ayahnya atau sakit hatinya.



“Yeobo kau sudah keterlaluan, hingga menamparnya seperti itu.” Kata ibunya sambil memeluk Hyomin.



Hyomin melepas pelukan ibunya, dan menatap mata ayahnya dalam-dalam.



“Appa sudah tidak mencintaiku lagi? Bahkan baru kali ini Appa menampar wajahku!! Sekalian saja Appa membunuh aku!!”



Hyomin mengacungkan gunting yang ada di tangannya.



“SEKALIAN SAJA KAU MEMBUNUHKU DENGAN INI!!!”



Ibunya menarik tangan Hyomin.



“Hyomin-ah…sudahlah..” Ibunya menarik tangan Hyomin dan meninggalkan kamarnya.



Ham Kun Hee masih terpaku, tangannya bergetar. Dia sudah menampar anaknya sendiri, ada perasaan menyesal di hatinya. Ham Kun Hee lalu berjalan keluar dari kamar Hyomin.



Donghae menatap Eunjung yang masih terduduk di lantai yang berserakan dengan rambutnya sendiri, Eunjung menghapus air matanya.



“Kau lihat bukan? Ayahku menampar Hyomin, sekali lagi aku menang darinya.” Kata Eunjung pada Donghae.

“Gwenchana? Rambutmu…” kata Donghae sambil menatap Eunjung.

“Mendapat sesuatu artinya kau harus kehilangan sesuatu, aku kehilangan rambutku tapi ayahku menampar Hyomin. Aku sama sekali tidak menyesal.” Kata Eunjung.





-------





Eunjung menatap cermin, dia mengambil gunting dan menggunting ujung rambutnya, merapikan sisa-sisa rambutnya yang masih berantakan.



Eunjung semakin yakin kalau ayahnya sekarang ada di pihaknya, Eunjung mulai merasa dilindungi oleh sosok ayahnya. Apa dia bisa mulai percaya kepada ayahnya?

Eunjung menatap bayangannya di cemin.



“Aku sebentar lagi akan mencapai tujuanku.”



Eunjung mulai berpikir untuk segera menceritakan pada ayahnya tentang masalah kematian ibunya. Tidak ada gunanya untuk menyimpan ini lama-lama.



Selama ini dia tutup mulut hanya untuk bermain-main dan mengancam ibu dan saudara tirinya, tapi melihat ayahnya sekarang sepertinya berada di pihaknya, dia harus segera mengatakan kepada ayahnya.



“Tinggal menunggu momen yang tepat, tunggu saja kalian..” kata Eunjung.





-------





Hyomin menangis di pelukan ibunya, ibunya mengelus kepala Hyomin. Hatinya juga pedih melihat Hyomin di tampar oleh suaminya sendiri.



“Appa tidak peduli padaku lagi.. Appa tidak sayang padaku lagi..” isak Hyomin.



Ibunya hanya diam sambil mengelus kepala Hyomin, berusaha menenangkan anak kesayangannya itu.



“Itu semua karena Eunjung, aku benar-benar membenci dia. Sebelum dia datang kita selalu hidup tenang dan bahagia….” Kata Hyomin lagi.

“Hyomin-ah posisimu sekarang sedang sulit, kau harus sedikit mengalah seperti yang ibu lakukan. Kita harus menunggu waktu yang tepat untuk membalasnya.” Kata ibunya.

“Sampai kapan aku harus menunggu? aku ingin dia secepatnya keluar dari rumah ini..Aku benci dia!!!”



Ibunya lalu menatap Hyomin.



“Serahkan semuanya pada omma, kita akan segera melakukan pembalasan padanya.” Kata ibunya.



Hyomin menghapus air matanya.



“Kapan?” Tanya Hyomin.

“Secepatnya, asal kau mau menbantu omma. Secepatnya dia bisa keluar dari rumah ini.” Kata ibunya.

“Kita akan membalas semua sakit hatimu…” kata ibunya lagi.



Hyomin memeluk ibunya makin erat, sekarang dia merasa lebih tenang. Dia tidak sabar menunggu waktu itu datang..


SAATNYA PEMBALASAN…


---

Jun Inhwa memasuki kamar kerja suaminya, Ham Kun Hee sedang membuka lembaran data perusahaan. Inhwa mendekati suaminya itu.



“Aku tidak menyangka kau bahkan tega menampar Hyomin, kalau kau menamparnya sama seperti kau menamparku. Apa kau tidak tahu bagaimana perasaan Hyomin sekarang? Dia terus-terusan menangis mengatakan kau tidak menyayanginya lagi.” Kata Inhwa.



Ham Kun Hee berhenti membalik lembar kertas data itu, dia terdiam cukup lama.



“Aku menyesal sudah menamparnya, hatiku juga sama sakitnya saat melakukan itu, tapi Hyomin memang sudah keterlaluan terhadap Eunjung, harusnya kau menasehati Hyomin.”



Inhwa menatap mata suaminya.



“Kau tidak tahu Eunjung itu melakukan apa saja terhadap Hyomin, kau tidak tahu karena kau sibuk bekerja. Dan aku sebagai ibunya hanya bisa melihat tanpa berbuat apa-apa.”

“Apa maksudmu yeobo?” Tanya suaminya.

“Hyomin kemarin bersikap kasar kepada Eunjung karena dia terlalu emosi dan lepas kendali, selama ini Hyomin sudah mencoba mengalah pada Eunjung, tapi Eunjung hanya terus-terusan menganggunya.”

“Eunjung menganggu Hyomin? Aku rasa hubungan mereka baik-baik saja.”

“Kau tidak tahu apa yang anak kesayanganmu itu lakukan, dia itu bermuka dua. Di depanmu dia berpura-pura bersikap baik kepada Hyomin, tapi di belakang dia suka mengancam Hyomin. Dia terus mengatakan akan merebut semua perhatianmu, setiap hari Hyomin hanya bisa menangis. Tapi kesabaran Hyomin juga ada batasnya.”



Ham Kun Hee memandang isterinya dengan sorot mata tidak percaya.



“Omong kosong!! Eunjung bukan anak yang seperti itu!!!”

“Kau selama ini hanya terus dibohongi olehnya, apa kau tidak sadar? Dia marah karena selama ini dia hidup miskin, dia tidak terima aku dan anak-anakku hidup mewah. Dia iri dengan kami, bukan hanya Hyomin dia juga sudah berkali-kali mengancamku.”

“Mengapa kau baru menceritakannya sekarang? Bagaimana bisa aku percaya padamu sekarang, mengapa kau tidak menceritakan masalah ini sejak awal?”



Inhwa menatap mata suaminya dengan mata yang berkaca-kaca.



“Karena Eunjung bilang kalau aku berani macam-macam dengannya, dia akan mengarang cerita bohong. Dia akan mengarang cerita yang membuat aku terlihat buruk di depanmu, aku takut kau lebih mempercayai dia dari pada aku. Jadi selama ini aku terpaksa hanya mengalah, mengalah pada seorang anak yang baru berusia 18 tahun. Dan rupanya aku benar, buktinya sekarang kau bahkan tidak mempercayai aku.”'



Ham Kun Hee memejamkan matanya, dia masih tidak percaya Eunjung tega berbuat seperti itu.



“Jujur aku akui, aku memang masih sulit percaya Eunjung berbuat seperti itu. Aku masih mempercayainya.” Kata Ham Kun Hee.



Badan Inhwa mulai bergetar karena marah, apa suaminya tidak percaya lagi padanya sekarang.



“Kau bisa bertanya pada semua pelayan di rumah ini, mereka adalah saksi mata. Mereka sering melihat bagaimana Eunjung mengancam dan menganggu Hyomin.”



Ham Kun Hee terdiam, dia mulai merasa takut kalau benar Eunjung itu seperti yang di ceritakan isterinya.



“Aku akan membuktikan padamu, bagaimana tabiat asli anak itu.”



Jun Inhwa lalu melangkah pergi meninggalkan Ham Kun Hee yang masih terpaku.





--------





Eunjung memandang jalan dari atas loteng, dia bolos dari jam pelajaran sekolah. Entah mengapa dia merasa malas untuk mengikuti pelajaran sekolah. Dia merasa perasaannya tidak tenang, tapi dia tidak tahu apa penyebabnya.



“Kau siapa?” terdengar suara Joongki.



Eunjung menoleh, Song Joongki sedang berjalan ke arahnya.



“Eunjung-ah itu kau?” kata Joongki kaget.

Song Joongki lalu berdiri di samping Eunjung.

“Kau memotong rambutmu?” Tanya Joongki melihat rambut Eunjung yang menjadi pendek.

“Begitulah..” jawab Eunjung.

“Kenapa kau ada di sini? Bolos? Aku baru tahu kau bisa bolos juga.” Kata Joongki.

“Kau juga datang ke sini untuk bolos?” Eunjung balik bertanya.

“Aku pikir kau tidak masuk sekolah, jadi aku merasa lebih baik aku bolos.” Kata Joongki sambil nyengir ke arah Eunjung.



Eunjung menatap Joongki, kadang-kadang dia iri kepada Joongki. Dia tidak bisa tersenyum dan tertawa lepas seperti Joongki, sepertinya hidup seorang Song Joongki tidak serumit hidup seorang Ham Eunjung.



“Kemarin….” Kata Joongki, dia ragu melanjutkannya.

“Mengapa? Masalah ciuman?” kata Eunjung dengan santai.

“Iya.. mengapa kau..” Joongki terdiam sejenak.

“aish..sudah lupakan saja..” kata Joongki lagi.



Joongki merasa gugup, dan dia sangat heran mengapa Eunjung bisa sesantai itu saat membahas masalah ciuman.



“Maksudmu mengapa aku menciummu duluan?” Tanya Eunjung.

Joongki mengangguk dan merasa malu, mukanya memerah.

“Entahlah, hanya reflek saja. Mengapa? Kau tidak suka?” Tanya Eunjung.



Joongki merasa mukanya makin memerah dan seperti kepiting rebus..Aish memalukan, mengapa sepertinya sekarang posisinya dengan Eunjung terbalik, bukankah dia laki-laki dan Eunjung perempuan? Mengapa dia yang merasa malu sementara Eunjung begitu tenang dan santai.



“Aku pergi dulu.” Kata Joongki gugup.



Lalu dia melangkah pergi dari loteng, Eunjung kembali menatap jalan. Joongki sempat menoleh sekilas, kemudian dia menuruni tangga.



“Aku terlihat seperti orang bodoh.” Kata Joongki pada dirinya sendiri.





---------





Semuanya berkumpul duduk di ruang keluarga , semua pelayan di rumah juga di panggil. Donghae menatap sorot mata ibunya yang begitu tenang. Dia mulai merasa curiga, sepertinya ibunya memang sudah merencanakan sesuatu. Eunjung yang duduk di samping Donghae juga merasa aneh, mengapa tiba-tiba ayahnya meminta semua orang untuk berkumpul.



“Aku mengumpulkan kalian di sini untuk mengetahui kebenaran.” Kata ayahnya.



Hyomin tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Dia tidak sabar ingin melihat Eunjung yang menangis, kemenangan sebentar lagi akan berada di tangannya.



“Hyomin-ah appa ingin mendengar cerita dari sisimu dulu, bisa kau ceritakan bagaimana hubunganmu selama ini dengan Eunjung?”

“Jujur saja saat dia pertama datang aku sudah tidak suka padanya, tapi aku juga bosan bertengkar terus menerus dengannya, jadi aku mencoba untuk mengalah dan tidak ingin mencari ribut lagi dengannya…”



Hyomin terdiam sejenak, dia menatap Eunjung lalu menundukkan kepalanya.



“Tapi dia masih saja terus mengangguku, saat Appa tidak ada dia selalu membuatku menangis, dia selalu mengatakan akan merebut semuanya dariku. Setiap hari entah berapa banyak air mata yang telah aku keluarkan karena dia, dia selalu berusaha menindasku.”



Eunjung menatap Hyomin tajam, Hyomin dan Ibunya berencana membongkar rahasianya, baiklah kalau begitu da juga akan mengatakan yang sebenarnya, hari di mana dia di usir dan di caci maki oleh ibu tirinya dan Hyomin, dia akan mengatakan semuanya.



“Apa yang di katakan Hyomin benar?” Tanya ayahnya pada semua pelayan.



Semuanya mengangguk.



“Iya ..benar tuan..” kata salah satu pelayan menjawab.



Ayahnya menatap Eunjung.



“Apakah benar yang dikatakan Hyomin? Bahwa kau sering menganggunya? Bahwa setiap hari kau membohongiku? Apakah semua itu benar?” Tanya ayahnya.

“Menurut appa bagaimana? Apa menurutmu aku bisa berbuat yang seperti itu?” Tanya Eunjung.

“Tentu saja aku berharap kau tidak melakukannya, tapi apa kau benar-benar melakukan itu pada Hyomin?” suara ayahnya terdengar sangat kecewa.



Donghae menatap Eunjung yang berada di sebelahnya, apakah Eunjung akan mengaku?

Eunjung mengangkat kepalanya dan menatap mata ayahnya dalam-dalam.



“Iya memang benar aku melakukan itu pada Hyomin, tapi mereka yang merubahku menjadi seperti sekarang, karena mereka aku menjadi jahat. Semuanya karena mereka!!” Eunjung berteriak.

“Apa maksudmu karena kami!!! Apa kau mulai ingin berakting lagi?” kata ibu tirinya.

“Apa appa tahu mengapa omma meninggal? Di hari saat omma kritis aku datang ke rumah ini, tapi appa tidak ada, aku meminta bantuan. Tapi mereka tidak menolongku, mereka menghinaku, bahkan saat aku berlutut dari pagi hingga malam, panas dan hujan mereka tidak peduli padaku, ibu tiri tetap tidak mau membantuku..karena mereka!!!..karena mereka omma meningga!!!” air mata Eunjung tumpah.

“Drama murahan apa lagi yang kau mainkan!!!! Kau sengaja menceritakan cerita murahan ini untuk membuat suamiku percaya padamu?” kata ibu tirinya lagi.

“Tega-teganya kau mengarang cerita seperti itu!! Apa lagi membawa-bawa ibumu yang sudah meninggal, kau menggunakan ibumu untuk melindungi dirimu sendiri!!” timpal Hyomin.

“Semuanya diam!!!!” bentak ayahnya.

“Ini kenyataan..” kata Donghae yang dari tadi hanya diam.



Ibunya dan Hyomin memandang Donghae dengan tatapan terkejut, ada pengkhianat di keluarga mereka.



“Memang benar Eunjung datang untuk meminta bantuan..”



Donghae lalu menatap ibunya.



“Tapi omma tidak membantunya..” kata Donghae lagi.

“Kau!!! Mengapa kau berpura-pura untuk membantu dia? Apa kau merasa berhutang budi hanya karena dia mengantarmu ke rumah sakit? Tega-teganya kau juga ikut berbohong!!” kata ibunya pada Donghae.

“Yang aku katakan benar, semua pelayan di sini juga melihatnya bukan? Bukankah kalian yang menyeretku keluar dari rumah ini!! Bukankah kalian melihatku berlutut seharian!!!” kata Eunjung sambil menatap pelayan-pelayan rumah.



Tapi pelayan-pelayan rumah itu menggelengkan kepalanya.



“Dia berbohong..” kata salah satu pelayan wanita.



Eunjung mendekati pelayan wanita yang mengatakan bahwa dia berbohong.



“Bukankah kau melihatnya? Mengapa kau tidak ingin mengatakan kebenaran? Katakan yang sebenarnya pada ayahku!! Katakan!!”



Eunjung mengguncang-guncang bahu pelayan wanita itu dengan kedua tangannya.



“Eunjung berhenti!!!!!!” bentak ayahnya.



Eunjung mendekati ayahnya, lalu dia berlutut, Eunjung memegang tangan ayahnya.



“Appa katakan kalau kau percaya padaku.. Apppaaaaa…” air mata Eunjung menetes di punggung tangan ayahnya.

“Di rumah ini hanya aku sendiri yang seperti orang bodoh, hanya aku sendiri yang tidak mengetahui apa-apa.” Kata ayahnya sedih.

“Appa, kau tidak percaya padaku? Aku mengatakan kebenaran? Apa kau benar-benar tidak percaya padaku?” kata Eunjung lagi.



Ayahnya lalu menatap Eunjung.



“Appa tidak tahu siapa yang harus appa percaya sekarang.”



Eunjung melepas tangan ayahnya, dia lalu bangkit berdiri.



“Sepertinya kau tidak percaya padaku lagi, di saat semua orang menuduhku, tidak bisakah appa percaya padaku? Tidak bisakah appa berada di pihakku? Tidak bisakah appa melindungiku?”



Ayahnya hanya diam dan tidak memandang Eunjung.



“Arasso…” Eunjung menghapus air matanya.

“Arasso.. kau tidak percaya padaku.” Eunjung lalu pergi meninggalkan ruangan itu.



Hyomin dan Ibu tirinya tersenyum puas, kali ini kemenangan berada di tangan mereka.





-------





Eunjung menatap air sungai yang ada di bawahnya. Dia sedang berada di atas jembatan. Eunjung menghapus air matanya yang lagi-lagi menetes, dia tidak ingin menangis. Tapi entah mengapa air matanya terus saja mengalir.

Dia merasa sangat kecewa dengan ayahnya, dia tidak menyangka ayahnya tidak akan percaya padanya. Banteng pelindungnya yang paling kuat sudah tidak ada lagi, sekarang dia merasa begitu lemah dan rapuh.



Eunjung melihat dari kejauhan Donghae sedang berjalan ke arahnya, Eunjung membuang muka, dia sedang ingin sendirian saat ini. Da tidak ingin menangis di depan Donghae.



“Aku mencarimu ke mana-mana. Rupanya kau di sini.” Kata Donghae.

“Tinggalkan aku sendiri.” Kata Eunjung, dia masih menatap air sungai yang ada di bawahnya.

“Aku ingin di sini menemanimu.”

“Aku sudah bilang aku ingin sendiri!!”

“Mengapa kau selalu menanggung semuanya sendirian? Kau bisa membagi bebanmu denganku.” Kata Donghae.



Eunjung membalik badannya, dia menatap Donghae.



“Aku tidak butuh siapa-siapa!!!! Tidak ada yang bisa aku percaya di dunia ini!!!”

“Berhentilah berpura-pura kuat, aku tahu kau tidak sekuat itu. Kau butuh orang lain, kau butuh aku.”

“Aku tidak ingin menangis di depanmu!!! Aku tidak ingin terlihat lemah di depanmu!! Aku tidak ingin terlihat lemah di depan orang lain!!!” Air mata Eunjung menetes lebih deras.



Donghae menarik Eunjung ke pelukannya, Eunjung berusaha berontak tapi Donghae memeluknya makin erat.



“Aku datang untuk menampung air matamu, menangislah sepuasnya, lepaskan semua bebanmu.” Kata Donghae.

“Aku..aku benar-benar membencimu..mengapa kau selau tahu apa yang aku rasakan?” kata Eunjung sambil terisak.

“Aku sudah pernah bilang aku berada di pihakmu, kau bisa mempercayaiku.”



Eunjung lalu hanya bisa menangis di pelukan Donghae, dia melepaskan semua bebannya dengan menangis. Jujur saja dia merasa nyaman, dia merasa nyaman menangis di pelukan Donghae, itu membuat dia menyadari dia tidak sendirian. Ada seseorang yang masih peduli padanya. Apakah dia sudah mulai bisa mempercayai Lee Donghae?





-------





TOK..TOK..TOK…



Eunjung mengetuk pintu ruangan kerja ayahnya, salah satu pelayan mengatakan kalau ayahnya menunggu di ruang kerjanya.



“Masuk lah” terdengar suara berat ayahnya.



Eunjung membuka pintu dan melangkahkan kakinya memasuki ruang kerja ayahnya. Ayahnya sedang duduk di depan meja kerja dan melihat dokumen-dokumen penting, pria itu lalu menatapnya sekilas.



“Duduklah.” Kata ayahnya.



Eunjung duduk di sebuah kursi yang terletak di depan meja kerja ayahnya. Setelah duduk Eunjung menatap ayahnya, ayahnya lalu meletakkan dokumen itu di atas meja. Matanya yang mulai di tumbuhi keriput kecil di ujungnya juga menatap Eunjung.



“Appa sudah memikirkan masalah ini..” suara berat ayahnya mulai berbicara.



Eunjung menunduk, jemarinya menyentuh ujung kemejanya dan meremasnya kuat-kuat, dia punya firasat tidak enak.



“Kau memang tidak bisa serumah dengan Hyomin…” lanjut ayahnya lagi.



Eunjung mengangkat wajahnya, matanya mulai berkaca-kaca.



“Apa maksud appa?” Tanya Eunjung.



Ayahnya menyerahkan sebuah selebaran dan formulir yang ada di atas meja kepada Eunjung. Tangan Eunjung yang sekarang mulai bergetar dan berkeringat meraih selebaran itu, formulir pendaftaran masuk ke universitas Sorbonne Nouvelle di Paris.



“Apa appa bermaksud menyuruhku kuliah di luar negeri?” Tanya Eunjung, suaranya bergetar dan dia susah payah menahan air matanya yang ingin mengalir.

“Setelah kalu lulus pergilah kuliah di sana, aku akan menyuruh Donghae kuliah di sana juga. Dia akan menjagamu.” Kata ayahnya.



Bulir-bulir air mata akhirnya membasahi pipi Eunjung, terus mengalir tanpa bisa dia bendung.



“Apa sekarang appa berusaha menendangku keluar dari rumah ini? Membuangku pergi?” Tanya Eunjung.

“Appa bukan membuangmu, apa kau tahu, ini juga keputusan berat untuk appa.” Kata ayahnya.

“Lalu mengapa aku harus pergi? Appa sudah berjaji akan membuat aku bahagia, appa bilang aku tidak akan menderita lagi, lalu mengapa sekarang kau membuangku pergi!!!”



Mata ayahnya menatapnya sedih.



“Jangan mengatakan aku membuangmu, bagaimana mungkin aku membuang anakku sendiri. Aku sangat menyanyangimu, tapi aku juga menyanyangi Hyomin. Ini demi kebaikan kalian berdua. Kalian masih sama-sama egois dan tidak ada yang mau mengalah, untuk saat ini kalian tidak bisa hidup dalam satu rumah.”

“Kau tidak sayang padaku!!! Kau hanya peduli pada Hyomin!!!”



Eunjung mulai merasa marah, dia menangis lebih keras. Rasanya dia ingin mengamuk dan menghancurkan setiap barang-barang yang ada di ruangan kerja ayahnya.



“Eunjung-ah dengarkan aku…”

“Tidak mau dengar!!” Eunjung menutup telinganya.

“Ini hanya sementara, kau bukan pergi selamanya…”



Ayahnya lalu bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mendekati Eunjung, dia mengenggam jemari Eunjung dan menatap anak perempuannya yang masih menangis itu.



“Kau pergi hanya untuk sementara, setelah kau lebih dewasa dan bisa bersikap lebih matang kau akan kembali ke rumah ini. Appa berjanji.”





--------





Hyomin menguping dari balik pintu antara pembicaraan ayahnya dan Eunjung. Ayahnya menyuruh Eunjung untuk pergi kuliah ke luar negeri? Itu artinya beberapa bulan lagi dia tidak akan melihat wajah Eunjung di rumah ini lagi.



Hyomin tersenyum puas, sebentar lagi dia akan bebas. Dia akan mendapatkan lagi semuanya, Eunjung tidak akan bisa merebutnya.



Hyomin menaiki tangga menuju lantai dua, Hyomin menunggu di depan pintu kamar Eunjung, dia ingin melihat wajah sembab Eunjung karena habis menangis. Tidak lama kemudian dia mendengar suara langkah kaki menaiki tangga, itu pasti Eunjung.



Eunjung menatap Hyomin yang berdiri di depan pintu kamarnya, Hyomin memamerkan senyumnya dan itu membuat Eunjung muak.



“Minggir!!” kata Eunjung.

“Aku dengar sebentar lagi kau akan keluar dari rumah ini.” Kata Hyomin.



Eunjung hanya diam, Hyomin menatap Eunjung.



“Kau kenapa? Matamu bengkak? Apa kau habis menangis?” kata Hyomin sambil menyentuh wajah Eunjung.



Eunjung menepis tangan Hyomin kasar, Hyomin tertawa kecil.



“Kau pernah bilang kau ingin melihat sampai kapan aku sanggup untuk menangis dan kalau perlu aku menangis hingga air mataku kering, tapi lihatlah sepertinya sekarang kata-kata itu lebih cocok untuk dirimu sendiri.” Kata Hyomin.



Hyomin lalu berjalan menuju kamarnya sendri, membuka pintu kamarnya dan masuk. Eunjung masih terpaku di depan kamarnya,l, kali ini dia kalah dari Hyomin.



Dia harus meninggalkan rumah ini dan itu dalam jangka waktu yang lama, selama dia pergi ibu tirinya dan Hyomin akan hidup bahagia. Membayangkan kebahagiaan ibu dan saudara tirinya itu membuatnya marah, dia tidak rela mereka bersenang-senang.



“Kalian tunggu saja saat aku kembali nanti, lihat saja.” Gumam Eunjung.



To be continued…….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DONATE

Klik gambar

Klik gambar
peluang usaha