TOLONG KLIK IKLAN DI BAWAH INI, ANDA BAIK SEKALI..^^

1x klik = Rp 250,- Donate Anda

Kamis, 24 November 2011

Life Like A Korean Drama part 5 -END-

Author : L Hirasawa aka Livie Jungiestar Yl

WARNING: DI LARANG COPAS TANPA SEIZIN AUTHOR APA LAGI TANPA MEMBERI CREDIT!!!

Cast:
- YUI ( Yoshioka Yui )
- Lee Seung Gi
- Jang Geun Seok
- Go Hara ( KARA )
- Ham Eunjung ( T-ARA )

Genre: Drama,Romance, Comedy

Length: 1-5




Seung Gi mengetuk pintu kamar Yui.

“Aku memasakkan sarapan pagi ini, sangat enak.” kata Seung Gi.

“Di kulkas juga masih ada kue, aku membelinya kemarin.” Kata Seung Gi lagi.

Tidak ada jawaban apa-apa dari Yui, Seung Gi membuka pintu. Yui masih berbaring di ranjangnya.

“Rupanya masih belum bangun?” kata Seung Gi.

“Sepertinya aku sakit.” Kata Yui.

Seung Gi meletakkan tangannya di dahi Yui.

“Panas sekali, rupanya benar-benar sedang sakit.”



----





Seung Gi mengompres dahi Yui. Memasak bubur dan membawanya ke kamar.

“Kau harus makan.” Kata Seung Gi.

“Tidak ada selera.” Kata Yui.

“Mengapa orang yang begitu suka makan tiba-tiba tidak punya selera?, sangat aneh melihatnya.”

Yui tidak menjawab dan hanya memejamkan matanya.

“Makan sedikit saja.”

“Tidak mau makan.” Yui menutupi mukanya dengan selimut.

“Seperti anak kecil saja, kemarin seperti orang bodoh menangis hanya gara-gara Geun Seok. Sekarang lebih bodoh lagi gara-gara dia jadi sakit lalu tidak mau makan.”

Yui bangkit dan mengambil nampan yang berisi bubur dari tangan Seung Gi.

“Kau benar, aku tidak boleh seperti orang bodoh tidak mau makan hanya karena dia.”

Yui menyuap sesendok besar bubur dan makan dengan lahap.

“Makannya pelan-pelan, sangat panas.” Kata Seung Gi.



----





Yui menyerahkan hasil ketikannya pada Seung Gi.

“Bukankah sudah kubilang istirahat saja, mengapa masih mengetik?” kata Seung Gi.

“Sudah sembuh, setelah makan aku menjadi kuat.”

“Apa kau manusia?” kata Seung Gi.

“Bukan, aku cuma gadis imut.” Kata Yui.

“Sudah bisa bercanda, apa suasana hati sudah baik? Sebenarnya hari ini sudah mulai syuting tapi kalau kau tidak mau ikut juga tidak apa-apa.”

“Karena ada Geun Seok di sana bukan berarti aku harus jadi pengecut dan menghindarinya, aku akan pergi tenang saja.”



----





Langkah Geun Seok terhenti melihat Yui yang berjalan di samping Seung Gi.

“Apa kabar?” Kata Yui pada Geun Seok sambil tersenyum.

“Baik, kalau kau?” kata Geun Seok.

“Sangat baik, selera makanku juga sangat bagus.”

Yui melangkah meninggalkan Geun Seok.

“Aku sudah pacaran dengan Eun Jung.” Kata Geun Seok.

Langkah kaki Yui terhenti.

“Kau tidak perlu memberitahuku apa yang terjadi, kita sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi, tapi aku ucapkan selamat untukmu semoga bahagia.”



-----





Dua minggu kemudian



“Ponselmu berdering.” Teriak Seung Gi.

“Kau saja yang angkat, aku sedang memasak. Kau ini memang suka menyiksaku, sudah mengepel lantai juga masih di suruh membersihkan toilet, sekarang masih harus memasak, lalu memijat bahumu.”

“Mengapa bicara begitu banyak?”

Seung Gi melihat nama Eun Jung tertera dimonitor, lalu mengangkatnya.

“Ini aku Seung Gi..oh begitu, baiklah aku tahu.”

“Dari siapa?” kata Yui.

“Dari Eun Jung mengajak kita makan siang bersama, kalau tidak mau pergi tidak apa-apa.” Kata Seung Gi.

“Pergi saja, kalau tidak pergi akan terlalu kelihatan aku sedang menghindarinya.”

“Bau hangus apa ini?” kata Seung Gi.

“Masakanku.” Kata Yui.

“Kau ini, kapan bisa masak dengan benar?”

“Makanya jangan suruh aku masak, aku menyesal bertanya padamu ingin kado apa di ulangtahunmu. Rupanya malah ingin hadiah aku jadi pembantumu.”

“Sudah lama kau tidak melayaniku makanya sangat rindu saat-saat indah itu, buatkan kopi saja jangan terlalu panas juga jangan terlalu dingin.”



-----



Yui duduk di samping Seung Gi menatap Eun Jung dan Geun Seok yang ada di hadapannya.

“Maaf tidak memberitahu kalian aku juga mengajak Geun Seok, apa tidak ada apa-apa?” kata Eun Jung.

“Tidak apa-apa, tidak ada peraturan yang melarang.” Kata Yui.

“Kami minggu depan akan mengadakan pesta pertunangan.”

Eun Jung menyerahkan kartu undangan pada Yui dan Seung Gi.

“Kalian harus datang.” Kata Eun Jung.

“Pasti akan datang, kalian memang sangat serasi.” Kata Yui suaranya agak bergetar.

Seung Gi bangkit dari duduknya dan menarik tangan Yui.

“Maaf, aku dan Yui ada keperluan kami pulang dulu.” Kata Seung Gi.

Seung Gi menarik Yui menuju tempat parkir, Yui melepas tangannya.

“Mengapa pulang?, aku tidak apa-apa.” Kata Yui.

“Kau terlihat sangat sedih, lebih baik kita pulang saja.” Kata Seung Gi.

“Aku sama sekali tidak sedih, apa aku terlihat sedih?”

“Aku seorang sutradara, aktingmu tadi sangat buruk.”

“Rupanya begitu.” Yui menundukkan kepalanya.

“Kalau ingin menangis, menangis saja jangan ditahan seperti itu.”

“Siapa yang ingin menangis?” kata Yui.

Tapi air mata Yui mulai menetes.

“Lihat aku jadi benar-benar menangis sekarang, padahal tadi tidak ingin menangis.” Kata Yui.

Seung Gi memeluk Yui.

“Menangis saja, menangis saja Yui.”



----





“Kau sengaja mengundang Yui makan untuk menunjukkan kita tunangan?” kata Geun Seok.

“Mengapa? apa tidak boleh? Nanti dia juga akan tahu.” Kata Eun Jung.

“Kau sengaja ingin menyakiti Yui, aku benar kan?”

“Siapa yang ingin menyakiti, aku cuma ingin dia tahu saja. Mengapa kau jadi marah?”

Geun Seok bangkit dari duduknya dan berjalan keluar.

“Kau mau ke mana?” kata Eun Jung.

Geun Seok tidak mempedulikan Eun Jung. Geun Seok mencari-cari sosok Yui di tempat parkir. Geun Seok melihat Seung Gi dan Yui sedang berpelukan.



----





Geun Seok mematikan ponselnya. Dia menatap laut yang ada didepannya.

“Geun Seok, apa yang sedang kau lakukan sekarang, ingkar janji pada Eun Jung, menyakiti Yui, dan sekarang lari dari pesta pertunangan. Kau memang bajingan.” Geun Seok berkata pada dirinya sendiri.

Bayangan Seung Gi memeluk Yui terlintas dibenaknya.

“Aaahhh!!!!!!!!”

Geun Seok berteriak sekencang-kencangnya lalu menjatuhkan dirinya di pasir pantai.

“Yui..Yui..Yui..” bisik Geun Seok.

Air matanya menetes membasahi pasir pantai.



----





Eun Jung memegang ponselnya dia tampak cemas, semua tamu undangan juga sudah hadir termasuk Yui dan Seung Gi. Dan banyak wartawan yang datang.

“Ada apa ini?, kami sengaja pulang dari Paris untuk merayakan pertunangan putri kami, tapi mana anakmu?.” Kata ayah Eun Jung.

“Kami minta maaf, kami mohon tunggu sebentar lagi.” Kata ayah Geun Seok.

“Sudah menunggu empat jam, sepertinya dia tidak akan datang. Kami seperti mengemis ingin menyerahkan putri kami pada kalian, putri kami cantik dan banyak yang ingin melamarnya. Pertunangan ini dibatalkan saja.” Kata Ibu Eun Jung.

“Omma, aku mohon tunggu sebentar lagi. Beri Geun Seok kesempatan sebentar.” Kata Eun Jung.

“Benar, beri kami kesempatan sedikit lagi.” Kata Ibu Geun Seok.

“Tidak perlu, ayo kita pulang.” Ayah Eun Jung menarik tangannya.

“Appa aku ingin menunggu Geun Seok sebentar lagi.” Kata Eun Jung.

“Tidak perlu, kejadian ini saja sudah mencoreng nama baik keluarga kita. Masih banyak laki-laki lain yang lebih baik dari dia, pulang saja.”



----





Yui dan Seung Gi pulang dari pesta pertunangan yang batal itu. Seseorang menunggu di depan pintu apartemen Seung Gi.

“Untuk apa kau datang ke sini?” kata Seung Gi.

“Aku ingin berbicara sesuatu dengan Yui.” Kata Geun Seok.

“Tidak ada yang ingin aku bicarakan denganmu.” Kata Yui.

“Dengar apa katanya, dia tidak ingin bicara denganmu, lebih baik kau pergi saja.” Kata Seung Gi.

“Ini urusanku dengan Yui, kau tidak ada hubungannya. Jangan ganggu kami!” kata Geun Seok.

“Bicara sebentar saja.” Kata Yui.

“Aku masuk dulu, kalau ada apa-apa teriak saja.” Kata Seung Gi.

Seung Gi masuk ke dalam, setelah pintu tertutup Geun Seok mulai bicara.

“Hari ini aku lari dari pesta pertunangan, kau tahu karena siapa?”

“Aku tidak tahu, dan tidak berniat ingin tahu.” Kata Yui.

“Karena kau Yui, baru menyadari aku sekarang lebih mencintaimu dari pada Eun Jung. Saat itu aku cuma ragu sesaat, tapi sekarang aku sudah sadar.”

“Untuk apa bicara ini didepanku?, sudah tidak ada gunanya.”

“Beri aku kesempatan lagi?” kata Geun Seok.

“Tidak bisa, kesempatanmu sudah habis.”

“Apa perasaanmu padaku sudah benar-benar hilang?, aku melihat waktu Eun Jung memberikan surat undangan padamu matamu terlihat sedih.”

“Aku memang masih ada perasaan cinta padamu, tapi rasa benciku padamu sekarang lebih besar.”

“Benar-benar tidak bisa berikan aku kesempatan sekali lagi?”

“Kau tahu ada tiga jenis laki-laki yang paling aku benci di dunia ini, yang pertama laki-laki tidak tahu malu, yang kedua laki-laki yang selalu menyakiti hati orang, ketiga laki-laki yang plin-plan. Tidakkah kau menyadari kau termasuk tiga-tiganya dari jenis tersebut?”

Yui membuka pintu dan masuk meninggalkan Geun Seok.



----





Seung Gi mondar-mandir di dalam kamarnya, mendengar pintu depan terbuka dia langsung keluar.

“Kau menerimanya kembali? Apa kau bodoh?, keledai juga tidak jatuh di lubang yang sama untuk kedua kalinya.” Kata Seung Gi.

“Siapa yang menerimanya kembali, mengapa langsung bicara sembarangan?”

“Jadi kau menolaknya ? itu bagus, masih banyak ikan di lautan.”

Yui tidak menjawab dan mengambil air mineral dari kulkas.

“Jika pintu tertutup masih ada jendela terbuka.” Kata Seung Gi.

“Diamlah, apa kau ini buku peribahasa?” kata Yui.

“Mengetik saja, besok pagi harus selesai. Aku tidur dulu.”

Seung Gi memasuki kamarnya memeluk bantal dan tersenyum.

Seung Gi baru ingin menutup matanya, tapi pintu kamarnya terbuka.

“Oppa..” kata Hara.

“Mengapa kau selalu datang di saat aku ingin tidur?” kata Seung Gi kesal.

“Oppa ayo kita pergi jalan-jalan.”

Seung Gi bangkit dari ranjangnya, mengambil jaket dan berjalan keluar.

“Oppa mau ke mana?”

“Baru ingat aku ada urusan di luar.”

“Kalau begitu aku menunggu di sini saja.”

“Terserah kau saja.”



----





Hara mendekati Yui yang sedang menonton TV.

“Eun Jung onnie dan Geun Seok membatalkan pertunangan aku tahu penyebabnya.”

Yui tidak mempedulikan Hara dan terus menonton.

“Pasti kau yang merayu Geun Seok oppa, sekarang tidak mau keluar dari rumah Seung Gi oppa aku juga tahu penyebabnya, ingin berusaha merayu Seung Gi oppa. Mengapa jadi wanita begitu serakah?”

Yui mematikan TV.

“Mengapa kau selalu menggangguku?, apa salahku padamu?”

“Sudah salah tidak tapi tidak sadar, pergilah menjauh dari Seung Gi oppa.”

“Harusnya aku yang mengatakan itu padamu, Seung Gi bukan terganggu karena aku justru dia yang senang kalau kau yang menjauh darinya.”

“Dasar wanita penggoda, pasti ibumu yang melahirkanmu juga sama denganmu suka menggoda orang.”

“Mengapa kau membawa-bawa ibuku?, tarik ucapanmu kembali?”

“Mengapa aku harus menarik ucapanku kembali?, jangan-jangan memang kenyataan.”

Yui menarik rambut Hara.

“Aku bilang tarik ucapanmu kembali.

“Ah..rambutku..”

Hara mencakar-cakar Yui dengan kukunya yang panjang. Yui menjambak rambut Hara. Seung Gi memasuki ruang tamu.

“Apa yang kalian lakukan?” Seung Gi melerai mereka berdua.

Yui memasuki kamarnya meninggalkan Seung Gi dan Hara.

“Oppa dia yang duluan, oppa sakit sekali.” Kata Hara.

Hara menangis keras.

“Bagaimana tampangku sekarang?” kata Hara.

Hara mencari-cari tasnya dan mengeluarkan cermin.

“Tampangku jelek sekali, bagaimana ini oppa.”

“Caranya kau cepat pulang ke rumah mendapatkan perawatan diri, atau kau pergi ke salon, atau langsung saja ke dokter bedah plastik.”



Seung Gi mendorong Hara keluar dan mengunci pintu. Seung Gi membuka pintu kamar Yui.

“Apa kau tidak apa-apa?”

“Urus saja wanita genit itu.”

“Dia sudah pulang, mengapa kalian bertengkar seperti anak kecil?”

Seung Gi melihat wajah Yui.

“Muka juga sudah dicakar.”

Seung Gi mengambil plaster dan meletakkannya di atas luka cakaran tadi.

“Mengapa sekarang kau begitu peduli padaku?” kata Yui.

“Karena..karena kau penulisku yang berharga, bagaimana jika sesuatu terjadi padamu?, kau adalah mesin pencetak uang.”

“Rupanya selain pelit kau juga mata duitan.” Kata Yui.

“Sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu..” Yui dan Seung Gi mengatakan hal yang sama.

“Kau saja duluan.” Kata Seung Gi.

“Aku sebentar lagi akan pulang ke Jepang, setelah mengetik naskah terakhir aku akan pergi.”



----





“Setelah nonton jadwalnya kita makan eskrim.” Kata Yui.

“Aku tidak suka eskrim.” Kata Seung Gi.

“Kita harus makan eskrim, besok aku sudah pulang mengapa kau begitu tega?”

“Aku tidak akan mengajakmu makan eskrim, jangan merengek denganku.”

“Cuma sekali ini saja makan eskrim, ayolah.”

“Tidak akan, sampai mati pun tidak akan.”



----





Yui menyendok eskrimnya dan memasukkan kemulutnya.

“Enak sekali. Kau juga harus makan..aaaa..”

“Sudahlah aku tidak mau, apa besok kau benar-benar ingin pulang ke Jepang?”

“Mengapa? sedih mesin pencetak uangmu pergi?”

“Sedikit sedih.”

“Kalau kau besok mengejarku di bandara dan meminta aku jangan pergi seperti di drama, aku mungkin akan mempertimbangkannya lagi.”

“Aku tidak akan melakukan sesuatu yang norak seperti itu.”

“Mengapa?, bukankah kau sutradara sering melihat adengan ini saat syuting.”

“Justru karena terlalu sering lihat jadi merasa sangat norak.”



----





Yui menarik kopernya dan menunggu pesawat di bandara.

“Rupanya benar-benar tidak datang mengejarku, memang sangat bodoh.” Kata Yui.

Yui tersenyum melihat foto-foto diponselnya, Foto dia dan Seung Gi yang diambil saat mereka berdua pergi jalan-jalan kemarin.

“Benar juga bagi Lee Seung Gi sesuatu yang norak seperti ini tidak akan dia lakukan, tapi apa dia tidak tahu Yoshioka Yui sangat menyukai cerita romantis dan norak seperti ini.”



-----





Enam bulan kemudian



Seung Gi menatap gadis muda yang didepannya.

“Aku tidak punya banyak waktu denganmu. Aku sangat sibuk.” Kata Seung Gi

“Aku mohon, baca dulu konsep cerita yang aku buat.”

“Baiklah tinggalkan saja dulu, nanti akan aku pertimbangkan.”

Gadis itu mengeluarkan seluruh isi tasnya di atas meja, dan meyerahkan selembar kertas. Seung Gi menerima kertas itu, dan melihat sebuah buku milik gadis itu yang diletakkan di mejanya.

“Boleh aku lihat sebentar buku itu?” Kata Seung Gi.

Gadis itu menyerahkan bukunya, Seung Gi meraba buku itu.

“Buku ini berbahasa jepang, ditulis oleh penulis Jepang favoritku, katanya berdasarkan kisah nyata.”

Seung Gi melihat nama Yoshioka Yui tercantum di depannya dan judul disampulnya ‘LIFE LIKE A KOREAN DRAMA’

“Boleh aku pinjam sebentar buku ini?”

“Tentu saja, ceritanya sangat bagus tapi endingnya agak menggantung laki-laki itu mengapa tidak mengejar dia ke bandara. Pasti dia laki-laki yang payah.”



---





Seung Gi menutup buku yang sudah dibacanya.

“Mengapa tentang rambut sarang burung juga dia tulis?” Kata Seung Gi.

Seung Gi mengambil ponselnya.

“Aku ingin memesan tiket penerbangan ke Jepang untuk satu orang.”



---





Yui memasuki rumahnya, ayahnya menunggu di depan.

“Cepat masuk, ada temanmu datang mencarimu.”

“Siapa?”

Yui memasuki ruang tamu dan melihat Seung Gi di sana.

“Apa kabar?, lama tidak bertemu.” Kata Seung Gi.

“Mengapa datang ke sini?”

“Jalan-jalan, lalu ingin bertemu denganmu.”

“Aku baru saja memasak, ayo kita makan bersama.” Kata ayah Yui.



----





Yui memakan nasinya tanpa melihat Seung Gi.

“Jadi kalian dulu bertemu di Korea, waktu putriku jalan-jalan ke sana?”

“Iya, kami tinggal berdua dalam satu rumah.” Kata Seung Gi.

“Apa?” Ayah Yui tersedak.

“Tapi tenang saja aku akan bertanggung jawab.” Kata Seung Gi.

“Memang anak muda jaman sekarang, baguslah kalau kau akan bertanggung jawab.”

“tanggung jawab apa?, tidak terjadi apa-apa.” Kata Yui

“Pekerjaanmu apa?” Tanya ayah Yui.

“Aku pemilik sebuah rumah produksi film di Korea juga seorang sutradara.”

“Begitu muda sudah jadi sutradara, sangat bagus. Ngomong-ngomong kau di sini tinggal di mana?”

“Di Hotel, tidak jauh dari sini.”

“Tinggal di sini saja.” Kata Ayah Yui.

“Apa boleh?” Tanya Seung Gi.

“Tidak boleh , kalau mau tinggal di sini harus jadi pembantu dulu.” Kata Yui.

“Aku akan bayar uang sewa.” Kata Seung Gi.



---





Yui menemani Seung Gi jalan-jalan di pasar tradisonal.

“Sepertinya kau tidak senang aku datang mencarimu.” Kata seung Gi.

“Mengapa kau datang?, apa kau bangkrut setelah aku tidak jadi penulismu lagi?”

“Kau mengharapkan aku bangkrut?”

“Lalu mengapa kau datang?”

“Ingin melanjutkan cerita kita.”

“Cerita apa?”

Seung Gi tersenyum.

“Aku membaca bukumu Life Like A Korean Drama, kau menulis kisah tentang kita berdua.”

“Mengapa begitu percaya diri? Di buku itu namanya Lee Min Hyuk.”

“Iya tapi Min Hyuk itu dikatakan seorang sutradara.”

“Memangnya hanya kau sendiri yang sutradara di Korea.”

“Min Hyuk itu suka minum kopi tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.”

“Kebetulan saja seleranya sama denganmu.”

“Lalu rambut sarang burung itu?, tidak mungkin salah lagi.”

“Iya itu memang dirimu, tapi waktu itu kau tidak mengejarku ke bandara. Jadi ceritanya tamat samapi di sana saja.”

“Makanya aku mengejarmu ke sini, bukankah mengejar wanitanya ke Jepang lebih romantis dari pada mengejar cuma ke Bandara. Kita jadian saja.”

“Kalau kau melakukan hal yang romantis dan menurutmu norak di sini akan aku pertimbangkan, aku beri waktu 20 menit untuk berpikir.” Kata Yui.



Yui berjalan dan Seung Gi menarik tangan Yui.

“Tidak perlu menunggu sampai 20 menit.”

Seung Gi mencium Yui, semua orang yang di pasar menonton mereka.

“Apa yang kau lakukan?” kata Yui.

“Hal romantis pertama mencium wanitanya di tengah keramaian.” Kata Seung Gi.

Seung Gi lalu menggendong Yui.

“Hal romantis kedua menggendong wanitanya di tengah keramaian orang.”

“ini terlalu berlebihan, semua orang sedang melihat kita.”

“Hal romantis ketiga sambil menggendong menyanyikan lagu cinta.”

Seung Gi mulai menyanyi, semua orang yang menonton tertawa.

“Baiklah kau diterima, mengapa melakukan sesuatu yang berlebihan seperti ni?”

Seung Gi menurunkan Yui.

“Bukankah kau suka kisah norak seperti ini?”

“Sangat suka.”

Yui menggandeng lengan Seung Gi, semua orang yang menonton bertepuk tangan.



----





“Yui anak kita menangis minta susu.” Kata Seung Gi.

“Buatkan saja, aku sedang sibuk mengetik.” Kata Yui.

Seung Gi membuatkan susu.

“Jangan menangis, cepat tumbuh besar. Lee Hyo Ran jangan menangis lagi.”

Seung Gi memasukkan botol susu ke mulut Hyo Ran, tapi Hyo Ran tidak mau dan menangis.

“Yui coba lihat, Hyo Ran tidak mau minum susu.” Kata Seung Gi.

Yui memegang botol susu itu dan menuangkan sedikit ke tangannya.

“Terlalu panas, Hyo Ran suka yang tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.” Kata Yui.

“Hyo Ran mirip aku.” Kata Seung Gi.

Yui membuat ulang susu untuk Hyo Ran lalu melanjutkan mengetik.



kami menikah dan melahirkan anak yang lucu bernama Hyo Ran. Sekarang mereka berdua adalah yang paling terpenting dalam hidupku.





~The End~



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DONATE

Klik gambar

Klik gambar
peluang usaha