TOLONG KLIK IKLAN DI BAWAH INI, ANDA BAIK SEKALI..^^

1x klik = Rp 250,- Donate Anda

Kamis, 24 November 2011

Life Like A Korean Drama part 4

Author : L Hirasawa aka Livie Jungiestar Yl

WARNING: DI LARANG COPAS TANPA SEIZIN AUTHOR APA LAGI TANPA MEMBERI CREDIT!!!

Cast:
- YUI ( Yoshioka Yui )
- Lee Seung Gi
- Jang Geun Seok
- Go Hara ( KARA )
- Ham Eunjung ( T-ARA )

Genre: Drama,Romance, Comedy

Length: 1-5





Geun Seok memarkir mobilnya, naik lift menuju lantai 5. Langkahnya terhenti saat melihat seorang gadis yang menunggu di depan pintu apartemennya.

“Eun Jung?” kata Geun Seok ragu dan masih merasa terkejut.

“Masih ingat padaku?” kata Eun Jung.

“Kau?, mengapa bisa di sini?”

“Baru pulang dari Paris bukan kata-kata ini yang aku harapkan darimu.”

Eun Jung memeluk Geun Seok.

“Aku rindu padamu.” Kata Eun Jung.



Geun Seok membuka pintu apartemennya, mempersilakan Eun Jung duduk. Geun Seok membawa dua buah gelas dan sebotol anggur.

“Aku dengar kau sekarang punya pacar.” Kata Eun Jung.

Geun Seok hanya diam dan menuang anggur ke gelas, menatap Eun Jung sekilas.

“Memang iya.”

“Aku kembali rencananya ingin bertanya padamu mengenai janjimu dulu, apa itu masih berlaku?”

Geun Seok menyerahkan gelas yang sudah berisi anggur pada Eun Jung.

“Maafkan aku, aku tidak menepati janjiku.”

“Apa aku tidak salah dengar?, kau serius dengan pacarmu sekarang?, aku pikir saat aku kembali kau akan memutuskan hubunganmu dengan orang itu.”

“Aku bukan sekedar suka pada orang itu, dia wanita yang aku cintai.”

Eun Jung menatap Geun Seok, tertawa lalu meminum anggurnya.

“Aku seperti orang bodoh datang ke sini, selamat untukmu.”

Eun Jung mengulurkan tangannya, Geun Seok hanya diam.

“Mengapa kau tidak menyambut tanganku?”

Geun Seok menerima uluran tangan Eun Jung.

“Selamat kau sudah membuat aku sakit hati, kau memang keparat. Tapi secara cool aku harus menerimanya, kita masih tetap berteman?” Eun Jung tersenyum.



-----





Geun Seok menatap sebuah foto, foto dirinya dengan Eun Jung. Foto itu diambil lima tahun lalu kencan terakhir mereka sebelum Eun Jung berangkat ke Paris.



Flash Back



Geun Seok menggenggam tangan Eun Jung.

“Bisa tidak kau jangan pergi?” kata Geun Seok.

Eun Jung hanya tersenyum.

“Jaga dirimu baik-baik.” Kata Eun Jung.

“Aku tetap akan menunggumu.”

“Jangan menunggu, seorang Geun Seok bisa menunggu kedengarannya sangat menggelikan.”

“Aku serius, aku tidak akan jatuh cinta pada wanita lain.”

“Tidak jatuh cinta, tapi tetap kencan bersama wanita lain begitukan maksudmu?”

Geun Seok tertawa.

“Eun Jung-ah kau memang paling mengerti diriku, tapi aku serius dari semua wanita yang aku kencani mereka tidak ada artinya bagiku, tapi kau berbeda.”

“Geun Seok jangan membuat aku besar kepala, kata-kata barusan kau ucapkan pada berapa ribu gadis?”

“Aku serius, kata-kata tadi baru pertama kali aku ucapkan?.”

“Aku harus segera pergi, selamat tinggal.”

Eun Jung menarik kopernya, lalu melambaikan tangan pada Geun Seok.

“Jangan kencan dengan pria bule di sana!!” teriak Geun Seok.

“Aku akan kencan dengan mereka!!!, aku akan cari yang lebih tampan darimu!!!” teriak Eun Jung.

Geun Seok berbalik melangkahkan kakinya keluar dari bandara, tapi tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang, Geun Seok tersenyum.

“Janji padaku jangan jatuh cinta pada orang lain.” Bisik Eun Jung.

“Aku berjanji.”



End of flash back



“Eun Jung maafkan aku.” Kata Geun Seok.



---





Seung Gi membuka kulkas mengambil sebotol air mineral dan meminumnya, tiba-tiba lampu mati.

“Ah!!!!!” Yui berteriak.

Seung Gi dalam kegelapan membuka laci dan menemukan senter. Seung Gi menuju kamar Yui.

“Ada apa?, mengapa berteriak?”

Yui menangis dan terisak. Seung Gi mendekati Yui.

“Ada apa?, apa kau terjatuh?”

“Bukan.” Tangisan Yui makin keras.

”Jadi mengapa tadi berteriak begitu keras?, sekarang malah menangis.”

“Yang aku ketik semua hilang.” Kata Yui sambil terisak.

“Aku pikir ada apa, cuma begitu saja menangis histeris seperti orang gila.”

“Aku mengetik sangat banyak belum di save tiba-tiba mati lampu!!”

“Jangan berteriak ditelingaku, bukan salahku mati lampu mengapa kau berteriak!!”

“Karena aku sedang kesal, barusan juga kau berteriak!!!”

“Terserah kau saja!!”

Seung Gi berjalan meninggalkan kamar Yui.

“Tunggu jangan pergi.”

Yui bangkit menarik tangan Seung Gi.

“Aku takut gelap.” Kata Yui



----





Seung Gi menyalakan lilin dan meletakkannya di atas meja. Yui duduk di sofa sambil mengusap matanya.

“Aku bukan pacarmu, mengapa aku harus menemanimu di sini hanya karena kau takut gelap?”

“Tapi aku penulismu, bukankah aku penulismu yang berharga.”

“Baiklah, aku akan menemanimu sampai lampunya menyala.”

Seung Gi berbaring di sofa.

“Kau jangan tidur, awas kalau kau tertidur dan tidak menemaniku.” Kata Yui.

“Jadi aku harus bagaimana, apa seperti ini?”

Seung Gi menyalakan senter dan meletakkan dibawah wajahnya.

“Kepala melayang.” Kata Seung Gi

“Ah!!!” Yui berteriak.

Seung Gi tertawa keras.

“Rupanya sangat penakut.” Kata Seung Gi.

“Siapa yang takut, aku cuma terkejut.”

“Itu apa dibelakangmu?” kata Seung Gi menunjuk ke arah Yui.

“Ada apa?”

Yui langsung mendekati Seung Gi dan mencengkram lengan Seung Gi.

“Bayanganmu.” Kata Seung Gi.

“Kau ini mengapa sangat menyebalkan, dari tadi menakutiku.”



Yui menjauh dari Seung Gi menuju sofa satunya dan berbaring di sana.

“Kau jangan tertidur di sini, nanti aku tidak akan menggendongmu ke tempat tidur.”

“Aku tidak akan tidur, kalau tidak ada lampu aku tidak bisa tidur.” Kata Yui.

Kemudian suasana menjadi hening, Seung Gi menatap cahaya lilin yang bergerak-gerak ditiup angin.

“Yui apa kau tahu, sepertinya aku baru menyadari sesuatu. Aku terlambat satu langkah dari Geun Seok.”

Seung Gi diam menunggu jawaban dari Yui, tapi Yui tidak menjawab apa-apa.

“Lupakan saja kata-kataku barusan, aku hanya bercanda. Aku tidak bilang aku menyukaimu.”

Yui tetap diam. Seung Gi mendekati Yui yang sedang berbaring di sofa.

“Apa kau sudah tidur?”

Yui tidak menjawab, matanya tetap terpejam.

“Baru lima menit, cepat sekali tidurnya. Tadi bilang kalau tidak ada lampu tidak bisa tidur.”



-----





Yui merebus mie ramen instan, Seung Gi keluar dari kamarnya menguap dan mengacak-acak rambutnya.

“Memang rambut sarang burung.” Kata Yui sambil memperhatikan rambut Seung Gi.

“Apa katamu?, sudah bosan tinggal di sini?”

“Aku tidak takut lagi pada ancamanmu, kalau aku diusir kontrak batal.” Kata Yui.

“Masakkan aku ramen juga.” Kata Seung Gi.

“Kemarin sepertinya aku tertidur di sofa, apa kau yang menggendongku ke kamar?”

“Benar, Apa kau tidak tahu kau itu sangat berat?, badan kecil tapi mengapa begitu berat, kebanyakan makan.” Kata Seung Gi.

“Aku tidak jadi memasakkan ramen untukmu, itu ramen yang aku beli.”

“Cuma dibilang berat langsung marah?, cuma ramen mengapa begitu pelit?”

“Biar saja, aku memang pelit ketularan darimu.” Kata Yui.

Seung Gi mengambil cornflakes dan menuangnya dengan susu, Yui membawa mie ramennya.

“Hmm..enak..” kata Yui memakan mienya.

Seung Gi menatap Yui, dan menyuap cornflakes ke mulutnya.

“Ini juga enak.” Kata Seung Gi.

“Slurp.” Yui menghirup kuah mie ramennya.

“Bagi aku sedikit.” Seung Gi menyambar sumpit dan mengambil mie Yui.

“Itu ramenku.” Kata Yui.



---





Seung Gi membaca naskah yang di ketik Yui, ponselnya berdering, nomor yang tidak dikenal meneleponnya.



Seung Gi: Yoboseyo.

Eun Jung: Seung Gi ini aku Eun Jung.

Seung Gi: Eun Jung?, aku baru dengar dari Hara kau baru pulang. Bagaimana kabarmu?

Eun Jung: sangat baik, aku sangat rindu kalian semua. Aku ingin mengajak kalian makan-makan di rumah.

Seung Gi: makan?, boleh juga.

Eun Jung: kau juga harus mengajak Hara datang.

Seung Gi: aku tidak mau mengajaknya, apa kau mengundangnya?, aku tidak datang kalau kau mengundangnya.

Eun Jung: jangan terlalu kejam pada Hara, aku dengar pacar Geun Seok tinggal di tempatmu?

Seung Gi: Iya dia menyewa kamar di tempatku.

Eun Jung: ajak dia juga, aku ingin tahu orangnya seperti apa.

Seung Gi: ingin bersaing dengannya, jadi ingin bertemu dengannya?

Eun Jung: bukan, emangnya aku kekanak-kanakan ingin berebutan Geun Seok dengannya. Cuma ingin berteman saja dengannya.

Seung Gi: Baiklah, sampai nanti.



----





Mereka berlima duduk di meja makan. Hara menatap Yui dengan pandangan tidak suka.

“Mengapa tidak ada yang makan, aku masak sangat banyak.” Kata Eun Jung.

Mereka mulai makan dalam diam.

“Mengapa semuanya terasa canggung begini, aku ingin kita mengobrol sambil makan.” Kata Eun Jung lagi.

“Itu karena onnie mengundang orang asing makanya jadi terasa canggung, dan membuat selera makanku hilang.” Kata Hara.

Yui dan Geun Seok hanya diam.

“Hara tutup mulutmu.” Kata Seung Gi.

“Mengapa?, aku hanya mengatakan yang sebenarnya.” Kata Hara.

“Sudah jangan bertengkar, aku mengajak kalian makan karena ingin berkumpul bersama.” Kata Eun Jung.

“Maafkan aku karena aku datang, aku datang hanya karena teman Geun Seok mengundangku. Rasanya tidak sopan kalau tidak datang, tapi kalau aku memang membuat suasana tidak nyaman lebih baik aku pulang.” Yui bangkit dari kursinya.

“Bukan begitu, aku tidak bermaksud begitu. Aku memang mengundangmu karena ingin berkenalan dengan pacar Geun Seok.” Kata Eun Jung.

“Biarkan saja dia pergi, mengapa menahannya?” kata Hara.

“Kalau kau tidak suka mengapa tidak kau saja yang pergi!!” kata Seung Gi pada Hara.

“Oppa mengapa marah padaku, Geun Seok oppa saja yang pacarnya dari tadi tidak membelanya, mengapa oppa seperti ini?”

“Sudah tidak perlu meributkan ini lagi.” Kata Eun Jung.

Mereka semua melanjutkan makan lagi dalam diam.

“Doenjangjjigae ini sangat enak.” Kata Geun Seok berusaha mencari topik pembicaraan.

“Benarkah, kau ingat dulu aku suka membuatkannya untukmu?” kata Eun Jung.

“Ya aku ingat.” Kata Geun Seok.

Yui menatap Geun Seok dan Eun Jung lalu melanjutkan makannya.

Selesai makan mereka membantu Eun Jung memindahkan piring-piring di bak cuci.

“Boleh aku bantu mencucinya.” Yui mengambil sebuah piring kotor.

“Tidak perlu, kau berkumpul saja dengan yang lain di halaman belakang.”

Eun Jung mengambil piring itu dari Yui, tapi piring itu jatuh dan pecah.

“Maafkan aku.” Kata Yui.

“Tidak apa-apa ini salahku.” Kata Eun Jung.

Eun Jung dan Yui memungut pecahan kaca.

“Ah..” kata Eun Jung, jarinya tertusuk pecahan kaca.

Geun Seok yang memasuki dapur ingin mengambil minuman melihat jari Eun Jung yang berdarah.

“Ada apa?” Geun Seok memegang tangan Eun Jung.

“Tidak ada apa-apa, hanya tidak hati-hati terkena pecahan kaca.” Kata Eun Jung.

“Ini harus diobati.” Geun Seok menarik tangan Eun Jung keluar dari dapur.

Yui hanya diam sambil memperhatikan darah yang mengalir dari jarinya, dia juga tertusuk pecahan kaca. Tapi Geun Seok tidak tahu dan tidak peduli padanya, hanya peduli pada Eun Jung.



---





Seung Gi menatap Yui, dari tadi wajah Yui tampak murung.

“Ada apa?, mengapa dari tadi diam saja.” Kata Seung Gi.

“Sepertinya Eun Jung dan Geun Seok bukan hanya teman biasa dulunya, apakah aku benar?” kata Yui.

“Iya dulunya mereka pacaran, tapi Eun Jung harus ke Paris dan mereka putus.” Kata Seung Gi.

“Kalau kau jadi Geun Seok kau lebih suka aku atau Eun Jung?” kata Yui.

“Mungkin Eun Jung dia cantik, pintar memasak, mandiri, rendah hati, dan dewasa semantara kau masak tidak becus, badan juga pendek, juga sangat penakut.”

“Sudah selesai menghinaku?” kata Yui.

“Aku hanya bercanda jangan marah.” Kata Seung Gi.

Yui tidak menjawab, hanya diam dan melihat pemandangan di luar kaca mobil.



----





Yui menatap Geun Seok yang hanya diam sambil mengaduk ramen instannya.

“Mengapa tidak makan, tidak senang karena aku cuma memasakkanmu ramen instan?” kata Yui.

“Bukan begitu, cuma sedang memikirkan masalah.” Kata Geun Seok.

“Apa kau sedang memikirkan Eun Jung?” Kata Yui.

“Bukan itu.” Kata Geun Seok.

Ponsel Geun Seok berdering. Geun Seok mengangkat ponselnya raut wajahnya terlihat cemas.

“Ada apa?” kata Yui.

“Eun Jung masuk rumah sakit, aku harus pergi dulu.”

Geun Seok berlari meninggalkan Yui dan menabrak Seung Gi yang baru masuk.

“Ada apa?” kata Seung Gi.

“Nanti aku ceritakan, ada masalah darurat.” Kata Geun Seok.

“Sebanarnya dia kenapa?” kata Seung Gi.

“Dia sangat mengkhawatirkan Eun Jung.” Kata Yui lalu masuk ke kamarnya.



----





“Dia terlalu banyak minum pil obat tidur.” Kata dokter pada Geun Seok.

Geun Seok menatap Eun Jung yang berbaring di ranjang rumah sakit.

“Jangan tinggalkan aku, aku yang tidak menepati janji maafkan aku Eun Jung.”

Geun Seok mengenggam tangan Eun Jung, air matanya menetes. Geun Seok menunggu di sana semalaman, perlahan-lahan Eun Jung membuka matanya.

“Eun Jung, apa kau tidak apa-apa?” kata Geun Seok.

“Tidak apa-apa, cuma ingin tidur saja makanya minum pil tidur.” Kata Eun Jung.

“Mengapa kau melakukan itu?”

“Tidak tahu juga, tapi aku juga bukan berniat bunuh diri karena patah hati.” Kata Eun Jung.

“Eun Jung-ah..”

“Pergi saja dari sini aku tidak ingin melihatmu, pacarmu pasti cemas kalau kau masih di sini.”

“Aku ingin menjagamu di sini Eun Jung.”

“Bisakah kau berjanji tidak pergi?” kata Eun Jung.

“Aku berjanji.”

Air mata Eun Jung mengalir.

“Dasar keparat, dari dulu juga selalu berjanji. Tapi mengapa tidak menepatinya?, tidak pernah berubah janji bagimu hanya ucapan di mulut saja. Harusnya dari dulu tidak usah berjanji.”

Geun Seok diam menatap Eun jung.

“Karena janjimu selama di Paris juga terus memikirkanmu saat kembali malah sudah ada wanita lain. Selama ini bersabar walaupun kau mengencani banyak wanita tapi bilang hanya jatuh cinta padaku, tapi sekarang bilang jatuh cinta apda wanita lain kau anggap aku apa?, untuk apa kau masih di sini berpura-pura baik padaku, Pergi saja!!!!”

“Aku di sini karena aku juga belum yakin aku benar-benar sudah melupakanmu.” Kata Geun Seok.



----





Yui menatap ponselnya, sudah seharian Geun Seok tidak menghubunginya. Yui menekan tombol di ponselnya lalu menghubungi Geun Seok.

Geun Seok: Yui ada apa?

Yui: apa kau masih di rumah sakit?

Geun Seok: baru saja pulang.

Yui: Bagaimana keadaan Eun Jung, apa dia baik-baik saja?

Geun Seok: Dia baik-baik saja.

Yui: Begitu?, bisa kita bertemu sekarang?

Geun Seok: Maaf tapi aku mengantuk sekali, aku mau istirahat dulu.

Yui: Tidak apa-apa istirahat saja.

Yui mematikan ponselnya.

Seung Gi membawa plastik yang berisi makanan.

“Aku bawa makanan enak, ayo makan bersama.” Kata Seung Gi.

“Aku sedang tidak ingin makan, aku mengetik naskah saja.” Kata Yui.

“Kau menolak makanan ? aku tidak menyangka? Apa matahari terbit dari sebelah barat?”

“Aku tidak punya waktu berdebat denganmu.”

Yui memasuki kamarnya. Air matanya mengalir.

“Makanya aku bilang jatuh cinta pada orang sepertimu sangat menakutkan Geun Seok, mengapa ada jenis orang yang begitu mengerikan sepertimu.”



----





Seung Gi mengetuk pintu kamar Yui.

“Sudah malam, apa tidak mau makan malam juga?”

Tidak ada jawaban, Seung Gi membuka pintu kamar Yui, Yui hanya termenung di depan laptopnya. Seung Gi menatap laptop Yui.

“Hanya mengetik dua kalimat, dari tadi berjam-jam cuma mengetik ini?” kata Seung Gi.

“Sekarang jam berapa?” kata Yui.

“Pukul sembilan malam, mengapa?”

“Aku pergi dulu.” Yui menyambar jaketnya lalu keluar.

“Mau pergi ke mana?”

“Ke tempat Geun Seok memastikan sesuatu.”

“Biar aku antar.” Kata Seung Gi.

“Tidak perlu, aku pergi tidak lama.”



----





Yui menekan bel apartemen Geun Seok, Geun Seok membuka pintu.

“Ada apa?” kata Geun Seok.

“Ingin meluruskan masalah.” Kata Yui.

“Ingin minum apa?”

“Tidak perlu, mengapa kau sekarang jadi begini formal padaku?”

Geun Seok hanya diam dan duduk di sofa, Yui duduk di seberang Geun Seok.

“Bicara saja, ingin mengatakan apa?”

“Sepertinya kau masih menyukai Eun Jung, mendengar cerita dulu dia mantan kekasihmu? Benarkah?”

“Iya dia mantan kekasihku.”

“Jadi bagaimana hubungan kita sekarang?, kau juga sepertinya masih mencintai Eun Jung.”

“Aku juga tidak menyangka Eun Jung akan kembali dan masalah jadi serumit ini.”

“Putuskanlah sekarang, aku menunggu 5 menit.” Kata Yui.

“Berikan aku lebih banyak waktu.” Kata Geun Seok.

“Berapa lama?, sejam, dua jam, sehari, seminggu, sebulan atau setahun?”

“Tidak pasti.” Kata Geun Seok.

“Apa memutuskan sangat membuatmu susah?, biar aku saja yang putuskan kalau begitu.”

Yui menatap mata Geun Seok dalam-dalam.

“Aku saja yang memilih keluar dari cerita cinta segitiga ini, kita putus.” Kata Yui.



----





Seung Gi menatap jam dinding sudah pukul 11 malam tapi Yui belum juga pulang, Di luar sedang hujan deras, Seung Gi memutuskan untuk mencari Yui tapi pintu tiba-tiba terbuka, Yui yang sedang basah kuyup kehujanan berjalan masuk.

“Mengapa kau hujan-hujanan?, harusnya meneleponku aku bisa menjemputmu.”

Yui mengganti bajunya dengan pakaian kering. Lalu berjalan ke ruang tamu.

Seung Gi menyerahkan handuk pada Yui.

“Keringkan rambutmu.”

Yui mengeringkan rambutnya dalam diam.

“Sebenarnya apa yang terjadi?” kata Seung Gi.

“Apa kau tahu?, aku dan Geun Seok sudah putus?”

“Benarkah?”

“Tapi aku yang memutuskan hubungan kami, jadi jangan menertawakan aku atau mengejekku. Aku yang meninggalkan dia duluan, bukankah aku sangat keren?”

Seung Gi hanya diam.

“Mengapa tidak jawab?, bukankah aku sangat cool? masih mencintainya tapi memutuskan hubungan lebih dulu karena takut mendengar dia yang akan meninggalkanku, bukankah aku sangat hebat?”

“Ya sangat cool juga hebat.” Kata Seung Gi.

“Tapi sebenarnya hati kecilku ingin supaya Geun Seok menahanku pergi, mengucapkan maaf dan bilang padaku jangan pergi, tapi dia tidak melakukan itu, minta maaf saja tidak. Bukankah dia sangat keterlaluan juga sangat bodoh?”

Air mata Yui menetes.

“Tapi aku lebih bodoh darinya, demi orang bodoh itu mengapa sekarang aku menangis, bukankah air mataku lebih berharga dan tidak pantas disia-siakan untuk orang seperti dia.”

Seung gi hanya diam menatap Yui yang sedang menangis.

“Maaf, tidak ingin menangis didepanmu tapi air mata ini tidak bisa berhenti mengalir.”

“Ingin menangis sendirian?” Tanya Seung Gi.

“Tidak temani aku menangis, menangis sendirian akan terlihat lebih menyedihkan. Menangis ditemani pria tampan sepertinya terlihat lebih keren.”

“mau aku pinjamkan bahuku untuk menangis supaya terlihat lebih keren?’

Yui menangis di bahu Seung Gi, air matanya mengalir deras.





To be continued…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DONATE

Klik gambar

Klik gambar
peluang usaha