TOLONG KLIK IKLAN DI BAWAH INI, ANDA BAIK SEKALI..^^

1x klik = Rp 250,- Donate Anda

Senin, 30 April 2012

Seoul Lupin [The Thief] Part 1


DILARANG MENG-COPY PASTE ISI FANFIC INI, JUGA DILARANG MENJIPLAK SEBAGIAN ATAU PUN KESELURUHAN ISI CERITA. KARAKTER EUNJUNG DI FANFIC INI TERINSPIRASI DARI KARAKTER ARSENE LUPIN DALAM NOVEL SHERLOCK HOLMES KARANGAN SIR ARTHUR CONAN DOYLE, TAPI ISI CERITA MURNI BUATAN AUTHOR TANPA MENJIPLAK SEDIKIT PUN.
JANGAN JADI SILENT READER ^^



Title: Seoul Lupin [The Thief]
Author: L Hirasawa
Cast:
- Ham Eunjung
- Baek Sunghyun
Genre: Crime Romance
Length: 1-4

special guest: Park Hyomin 







Apa kalian mengernyitkan dahi, menampilkan wajah tidak suka atau kalian berkata dia hanya seorang penjahat?
Ya kalian benar, pencuri memang seorang penjahat. Tapi akan aku tunjukkan bagaimana rupa seorang penjahat yang keren di depan kalian.
Cerita ini adalah sepenggal dari pengalamanku menjadi pencuri di kota Seoul Korea Selatan,
Sebagian kecil dari kisah pertualanganku menjadi seorang pencuri sekaligus penipu ulung.
Jika kalian tertarik hembuskan nafas kalian perlahan dan atur posisi duduk kalian yang nyaman untuk membaca,
Ini lah kisahku………


Malam kota Seoul yang hening berubah menjadi begitu ramai dan bising, sirene mobil polisi bersahut-sahutan, manusia-manusia yang sudah terlelap dalam kediamannya masing-masing mulai merasa terganggu, mereka mulai membuka jendela dan menonton apa yang sebenarnya terjadi di luar.Mobil-mobil polisi itu mengejar sebuah mini bus putih yang berada di depan mereka. Mobil-mobil polisi dan mini bus putih itu berkejar-kejaran di malam kota Seoul yang dingin.

Mini bus putih menambah kecepatan dan pengemudinya memperhatikan mobil-mobil polisi yang mengejarnya dari kaca spion. Sebuah truk sebentar lagi akan melintas di depannya, pengemudi mini bus ini tahu akan menjadi resiko jika  dia memaksakan diri tapi dia sudah  tidak punya waktu lagi dan mungkin dia akan tertangkap kalau menunggu truk besar ini lewat terlebih dulu.

“Aku masih terlalu muda untuk mati…” gumam pengemudi mini bus tersebut.

Memilih ditangkap polisi atau mengambil resiko akan tertabrak truk akhirnya pengemudi mini bus itu memilih pilihan nomor dua, dia menekan pedal gas kuat-kuat dan melewati truk tersebut, jarak mini bus yang di kemudikannya hanya berkisar 10 centimeter dari Truk Besar yang mengerem mendadak itu.

Ciiitttttttttttt…….

Terdengar bunyi decitan keras dari  ban mobil truk besar tersebut.

“Bichoso!!!!! Apa kau mau mati!!!” terdegar teriakan pengemudi truk besar itu.

Pengemudi mini bus putih itu terus melaju tidak memperdulikan sumpah serapah yang dikeluarkan pengemudi truk. Mobil-mobil polisi yang tadi mengejar mini bus putih itu terpaksa berhenti karena truk besar yang mengerem mendadak itu menghadang jalan.  Setelah truk besar itu kembali melaju, mobil-mobil Polisi tersebut kembali mencari sosok mini bus putih itu, tapi saat mini bus putih itu ditemukan isinya sudah kosong, pengemudinya sudah lari bersama benda yang dicurinya.


------


Baek Sunghyun membuka jas hitamnya, tampangnya terlihat lusuh dan lelah. Sunghyun menyandarkan tubuhnya di sofa apartemennya, dia menutup matanya dan menghela napas. Rasa kecewa kembali menjalari dirinya, dia kembali gagal untuk kedelapan kalinya dalam menangani kasus pencurian ini. Mengapa selalu saja pencuri itu berhasil lolos, padahal hampir saja malam ini dia menangkapnya, hampir saja….. Tapi sepertinya Dewi Fortuna memang selalu mendampingi pencuri tersebut sehingga dia selalu lolos.

Dia adalah salah satu jaksa muda yang baru saja bergabung di kepolisian dua tahun belakangan ini , walaupun masih terhitung muda  dia sudah bisa menyelesaikan beberapa kasus besar tapi dia tidak bisa menyelasaikan kasus Seoul Lupin yang merongrongnya setahun belakangan ini. Ya sang pencuri yang selalu berhasil mengincar benda bersejarah, antik atau pun mahal tersebut dijuluki Seoul Lupin oleh masyarakat.

Pencuri yang tidak jelas indentitasnya, nama aslinya pun tidak di ketahui, juga asal-usul keluarganya. Kadang-kadang merasa sulit percaya ada pencuri yang seperti itu di kehidupan nyata, pencuri berkelas yang biasanya hanya ada di dalam cerita fiksi kini berada di depan matanya sendiri.

“Seoul Lupin.. siapa kau sebenarnya?” gumam Sunghyun.

Pertanyaan yang sama selalu dia ajukan pada dirinya sendiri berulang-ulang kali, tapi hingga sekarang di masih tidak menemukan jawabannya….

------

Seberkas sinar matahari melewati jendela sebuah kamar yang mewah, sinar itu makin menerobos masuk saat seorang pelayan wanita menyibak gorden jendela itu. Sosok yang tersembunyi di balik selimut tebal berwarna ungu muda mulai bergerak, wanita muda yang berumur sekitar 24 tahun itu  menegakkan kepalanya dan mulai menggeliat.

“Pagi agashi, sarapan anda sudah di siapkan.”
“Pagi…” kata gadis muda itu sambil menguap dan kemudian mengacak-acak rambut pendeknya.
“Agashi ingin sarapan di bawah atau ingin memakan sarapan anda di kamar?”
“Aku akan sarapan di bawah saja.” Jawab gadis muda itu sambil tersenyum.

Kejadian semalam membuat suasana hatinya sangat baik hari ini, dia bangkit dari tempat tidurnya dan memakai Slipper Rilakkuma lalu berjalan keluar dari kamarnya dan menuruni tangga.  Pelayan wanita yang tadi membangunkannya mengikutinya dari belakang.

Kemudian dia memasuki ruang makan dan mulai menikmati sarapannya, rumah sebesar ini hanya di huni wanita muda itu bersama dua pelayan wanita muda dan seorang kepala pelayan pria yang berumur sekitar 50 tahun.

“Pagi Agashi..” sapa pelayan wanita lainnya yang sedang menyiapkan sarapannya.
“Pagi..” balasnya masih dengan senyum yang mengembang.

Waffle panggang yang lembut dan satu cangkir teh menemaninya pagi ini.

“Mana koran pagi ini?”  Tanya wanita muda itu sambil menggigit wafflenya.

Salah satu pelayan wanitanya membawakan Koran pagi ini untuknya, dia meraih Koran itu dan senyumnya kembali mengembang saat membaca Judul berita utama yang menghiasi halaman pertama Koran tersebut.

“Seoul Lupin beraksi lagi  tadi malam, Sekelompok polisi kembali gagal menangkapnya.”

“Pagi yang indah..” gumamnya pelan sambil menghirup tehnya.

Dia menoleh ke pelayan wanita yang berdiri di sebelahnya.

“Tolong panggikan Tuan Kang ke sini, minta dia untuk membawa Aquamarine kemari, aku ingin melihatnya lagi.”
“Baik Agashi..”

Tidak lama kemudian pelayan itu kembali dengan Tuan Kang kepala pelayan keluarga mereka yang membawa kotak beludru merah. Tuan Kang membuka kotak beludru itu dan di dalamnya sebuah batu Aquamarine dari Pakistan dengan kualitas terbaik kira-kira sebesar genggaman tangan orang dewasa berada di dalamnya, dia meletakkan kotak yang sudah terbuka itu di depan tuannya.

“Cantiknya, aku tidak bosan-bosan melihatnya..”
“Dia tidak secantik senyuman Agashi.” Kata tuan Kang sambil tersenyum.

Dia tertawa kecil, lalu menutup kotak beludru merah itu dan menyerahkannya kembali kepada Tuan Kang.

“Letakkan dia di tempat biasa, bersama barang curianku yang lainnya.”

Kata wanita muda itu sambil mengedipkan sebelah matanya.

------

Baek Sunghyun memasuki sebuah toko bakery mungil yang terletak di ujung jalan, toko bakery yang selalu dia datangi paling sedikit tiga kali dalam seminggu. Sebenarnya tidak ada yang istimewa di toko bakery ini yang membedakannya dengan toko bakery lainnya. Perbedaan yang mencolok adalah ruangan toko bakery ini dipenuhi pernak-pernik Rilakkuma karakter beruang imut dari Jepang tersebut, ini disebabkan karena sang pemilik adalah penggemar berat Rilakkuma dan pemilik bakery ini sekaligus kekasihnya saat ini, mereka sudah menjalin hubungan selama empat bulan.

Harum roti manis yang baru dipanggang memenuhi ruangan,  Sunghyun berjalan dan memilih-milih beberapa Roti di etalase juga memesan secangkir coffee latte, lalu membayarnya di kasir.

“Mana Eunjung?” Tanya Sunghyun pada salah satu pekerja wanita yang menjaga kasir.
“Agashi sedang berada di dapur membuat kue.”

Sunghyun tersenyum sambil mengangguk, dia membawa nampan yang berisi pesanannya lalu duduk di kursi paling pojok tempat favoritnya.

“Agashi hati-hati mengaduknya harus pelan-pelan….”
“Tenang saja , begini saja aku mengerti…”

Klontang..klontang…

Terdengar sebuah benda terjatuh di dapur bakery ini, suasana menjadi begitu ribut. Sunghyun lagi-lagi menyunggingkan senyumnya, dia sudah bisa menebak pacarnya yang ceroboh sedang membuat kekacauan lagi di dalam.

Dua puluh menit kemudian Ham Eunjung sang pemilik Toko Bakery ini sekaligus kekasih dari Baek Sunghyun berjalan keluar dengan wajah cemberut, tapi wajahnya itu berubah cerah setelah melihat pria yang sedang duduk sambil menikmati roti di pojok ruangan.
Eunjung berjalan mendekati Sunghyun, menarik kursi yang berada di samping Sunghyun lalu duduk.

“Kau baru datang?” Tanya Eunjung.

Sunghyun mengangguk lalu menyeruput coffee lattenya.

“Mengapa kau tidak memanggilku?”
“Karena aku lihat kau sedang sibuk..”

Eunjung tersenyum.

“Sibuk membuat kekacauan..” lanjut Sunghyun,

Senyumnya memudar, Eunjung mengerucutkan bibirnya kesal, tapi kata-kata Sunghyun memang benar.

“Aku tidak selalu membuat kekacauan kadang-kadang aku juga membantu.” Eunjung membela diri.
“Yah benar membuat roti gosong, memasukkan garam ke dalam kopi, juga membuat adonan tumpah, kau memang sangat membantu.” Ledek Sunghyun.
“Awas kau!!” kata Eunjung pura-pura kesal.

Sunghyun menyentuh rambut Eunjung dan menunjukkan tangannya yang lengket karena adonan kue.

“Lihatlah rambutmu, kau begitu bersemangat hingga adonannya berada di rambutmu.”

Eunjung menyentuh rambutnya yang lengket karena adonan kue. Lalu dia hanya nyengir sambil memandang Sunghyun, Sunghyun tertawa, pacarnya yang satu ini memang sedikit manja, kekanak-kanakan, ceroboh juga polos tapi Eunjung lah satu-satunya yang bisa membuat dia tertawa setelah kepenatan kasus-kasus yang harus dihadapinya di kepolisian.

Jika waktu itu dia tidak sengaja berkunjung di toko bakery ini mungkin dia tidak akan pernah bertemu dengan Eunjung, toko bakery sederhana ini hanya punya satu chef yang berumur sekitar 50 tahunan yang biasa di panggil dengan Tuan Kang, dua pelayan wanita dan Eunjung pemilik bakery yang hanya bisa membuat kekacauan dan sama sekali tidak mengerti bagaimana caranya membuat kue.

Di rumahnya Tuan Kang dan kedua pekerja wanita itu merangkap sebagai Kepala pelayan dan pelayan di rumah Eunjung. Eunjung bercerita padanya kalau dia sebenarnya adalah putri orang berada , ayah dan ibunya mengurus bisnis berlian di Jerman, karena Eunjung yang tidak berbakat dalam bisnis berlian akhirnya dia memutuskan untuk pulang ke tanah kelahiran orangtuanya di Korea Selatan sambil membuka toko bakery kecil-kecilan sejak setahun yang lalu.

“Kau terlihat kurang tidur.” Kata Eunjung sambil menyentuh wajah Sunghyun.
“Aku tidak bisa tidur semalaman.” Kata Sunghyun.
“Ah, aku membaca Koran bukankah dia beraksi lagi kemarin malam?”

Sunghyun mengangguk pelan, dan menggigit rotinya.

“Seoul Lupin itu benar-benar keterlaluan sekali, memangnya dia siapa membuat jaksaku yang tampan jadi kurang tidur begini? Bagaimana kalau aku saja yang membantumu? Aku akan melamar menjadi detektif untuk menangani kasus ini seperti Sherlock Holmes.”

Sunghyun tertawa, Eunjung bercerita kalau sejak kecil dia begitu tergila-gila dengan novel Sherlock Holmes karya Sir Arthur Conan Doyle tersebut.

“Tidak perlu, apa aku terlihat jaksa yang begitu lemah sehingga seorang wanita harus membantuku?”
“Jangan bicara begitu, pacarku tetap jaksa yang paling hebat.” Kata Eunjung mengeluarkan suara aegyo sambil mengamit lengan Sunghyun.
“Aku harus kembali ke kantor.” Kata Sunghyun.
“Secepat ini?” raut wajah Eunjung terlihat sedikit kecewa. Sunghyun bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu sambil melambaikan tangan.
“Lalu malam ini nanti kita akan bertemu?” Tanya Eunjung
.
Sunghyun menghentikan langkahnya dan berdiri di pinggir pintu.

“Mian..sepertinya tidak bisa.”
“Kalau besok malam?”

Sunghyun kembali menggelengkan kepalanya.

“Kita bertemu sabtu malam nanti, aku akan menjemputmu, kita pergi nonton.” Kata Sunghyun.
“Arasso..”

Eunjung melambaikan tangannya, dan memperhatikan punggung Sunghyun yang melewati pintu Toko Bakerynya. Setelah sosok itu menghilang Eunjung bangkit dari duduknya dan berjalan menuju dapur, memperhatikan Tuan Kang yang sedang mengeluarkan chocolate muffin dari oven.

“Jadi kapan tanggal undangan dari Mr. Park Sanghoo untuk datang ke rumahnya ?” Tanya Eunjung pada Tuan Kang.

Tangannya mengambil satu chocolate muffin yang baru dipanggang itu dan menggigitnya.

“Tanggal 22 April, pukul 21.00 KST.” Jawab Tuan Kang sambil mengaduk adonan muffin yang baru.

Eunjung memperhatikan kalender yang berada di dinding dapur untuk melihat tanggal.

“Hari minggu?? Bagus sekali karena hari sabtu ini aku sibuk sekali.”

Ujar Eunjung sambil tersenyum dan menggigit Chocolate Muffinnya lagi.


------


“Ini foto-foto yang berhasil aku ambil kemarin.”

Asistennya menyerahkan sebuah memory card kamera digital kepadanya, Sunghyun mengambil memory card itu dan memasukkan benda itu ke dalam laptopnya.

Baek Sunghyun memperhatikan foto-foto yang berada dilayar tersebut, sebagian foto kabur dan tidak jelas. Foto tersebut adalah foto Seoul Lupin yang sedang berlari dari gedung setelah melakukan pencurian, saat itu hampir saja mereka berhasil menangkapnya walaupun akhirnya Lupin berhasil lolos.

Wajahnya tidak terlihat karena dia berpakaian seperti ninja dengan baju serba hitam, selama ini di simpulkan kalau Seoul Lupin adalah seorang laki-laki dengan tinggi antara 167-171 cm , Sunghyun mencari sesuatu yang bisa menjadi ciri dari pencuri yang tidak diketahui identitasnya itu, dia memperhatikan foto tersebut dengan lebih cermat, di foto tersebut Lupin sedang berlari sambil membawa koper besi yang berisi batu mahal aquamarine dari Pakistan.

“Apa mungkin dia itu kidal?”gumam Sunghyun.

Dia menyimpulkan begitu karena dia melihat Lupin membawa koper besi itu dengan tangan kirinya. Koper besi itu cukup berat sekitar 5 kilogram, dan dia harus membawa koper itu sambil berlari. Membawa benda berat dengan tangan kiri menunjukkan bahwa dia seorang kidal.


------


Eunjung memakaikan lipstick merah muda dibibirnya, lalu dia menyemprotkan parfum. Dia tersenyum puas sambil memandang rupanya di cermin rias. Saat dia sedang memakai anting di telinga kirinya, pintu kamarnya di ketuk seseorang dari luar.

“Masuk.” Katanya.

Tuan Kang membuka pintu, berdiri di ambang pintu dan menunduk hormat.

“Ada apa?” Tanya Eunjung, tidak mengalihkan pandangannya dari cermin.
“Maaf Agashi aku menganggu, barusan ada telepon dari asisten Park Sanghoo kalau udangannya di majukan sehari menjadi hari ini.”
“Hari ini?”

Eunjung menatap Tuan Kang terkejut, Tuan Kang mengangguk lalu membungkuk sekali lagi sebelum dia menutup pintu kamar kembali.

Eunjung melirik arlojinya, sebentar lagi Sunghyun akan menjemputnya, mereka akan pergi menonton hari ini.  Eunjung meraih ponselnya yang berada di atas meja rias dan menelepon Sunghyun.

“Sunghyun-ah….mian…kita tidak bisa pergi keluar malam ini..itu, perutku sakit sekali.. kau tahu? Penyakit wanita setiap bulan..”

Eunjung membuat suaranya seperti sedang kesakitan.

“Ah arasoo aku akan minum air hangat… tentu aku akan minum obat, aku adalah anak yang manis.. tenang saja..ne…”

Eunjung memutuskan sambungan teleponnya dan meletakkan kembali ke meja rias, dia mulai melepas antingnya juga menghapus make up yang tadi sudah dia poles di wajahnya.

“Mianhe Sunghyun-ah.. aku bukan pacar yang manis.. Malam ini aku akan keluar untuk bersenang-senang..”

Kata Eunjung sambil memperhatikan bayangannya di cermin yang sedang tersenyum menyeringai.


------


Park Sanghoo meletakkan kartunya di atas meja dan tersenyum puas, dia menang lagi untuk ketiga kalinya.  Dia mengambil koper yang berisi uang ke dekatnya. Sementara teman-temannya mulai mendengus kesal karena kalah tiga kali berturut-turut. Seorang pelayan  mengetuk pintu lalu masuk dan memberitahukan kalau tamu yang ditunggu sudah datang.

“Kim Taejun? Suruh dia masuk.” Kata Park Sanghoo, wajahnya berubah cerah.

Seorang pria dengan tinggi sekitar 168 cm masuk ke dalam ruangan, menunduk hormat dan memberi salam.

“Selamat malam tuan-tuan dan juga nona cantik di sebelah Mr. Park Sanghoo.” Kata Kim Taejun tersenyum.

Park Hyomin putri dari Park Sanghoo yang sedang duduk di sebelah ayahnya tersenyum sambil memandang pria muda tampan yang baru saja datang.

“Taejun-shi aku sudah menunggu dari tadi duduk lah. Aku mengira kau tidak datang karena aku mengubah jadwalnya.”
“Tidak mungkin aku tidak datang, adalah suatu kehormatan untuk diundang oleh seorang Park Sanghoo bermain judi di rumahnya.” Kata Taejun.
“Maaf aku mengubah jadwal, karena istriku pulang dari Jepang besok, istriku itu suka marah kalau aku sedang bermain judi, oh ya kenalkan ini putriku satu-satunya Park Hyomin, aku rasa umurnya hampir sebaya denganmu.”

“Kenalkan aku Kim Taejun.”

Taejun mengulurkan tangannya dan dengan malu-malu Hyomin menyambutnya.

“Bagaimana kalau kau ku jodohkan dengan putriku, dia cantik bukan?” kata Park Sanghoo terkekeh.
“Appa.” Kata Hyomin sambil memukul bahu ayahnya pelan, padahal dia juga sebenarnya tidak menolak.
“Wae? Tidakkah kau lihat Taejun-shi pengusaha muda sukses yang tampan.” Kata Park Sanghoo.

Taejun hanya Tersenyum sambil melirik ke arah Hyomin, sementara Park Hyomin menunduk malu saat Taejun menatapnya.

“Kenalkan juga yang paling kiri Tuan Choi Sowon, lalu Tuan Jeon Yongrook dan terakhir Tuan Han Minwoo.” Park Sanghoo mengenalkan teman-temannya yang lain.

“Salam kenal, aku Kim Taejun.”  Taejun membungkuk hormat.

Hyomin melirik Taejun yang sudah menarik kursi untuk duduk. Kartu mulai dikocok dan dibagikan, mereka mulai bermain dan Taejun terlihat sangat santai sepertinya dia sudah pemain kartu yang pro dan hasil akhir di menangkan olehnya. Hyomin terlihat senang saat Taejun menang, matanya memandang takjub pada pria muda itu.

“Rupanya kau mahir bermain kartu.” Kata Park Sanghoo.
“Hanya kebetulan tuan.” Kata Taejun merendahkan diri.

Selama bermain kartu mata Taejun tidak lepas dari Kalung dengan mata Giok yang bergambar Burung Phoenix yang sedang di pakai oleh Mr.Park, kalung itu adalah kalung berharga turun temurun dari keluarga Park yang merupakan salah satu keluarga terkaya di Korea Selatan konon kalung itu adalah warisan dari Kaisar Sunjong pemimpin ke 27 di kekaisaran Korea yang memerintah dinasti Joseon, Park Sanghoo sering membanggakan kalung warisan tersebut di majalah-majalah bisnis yang mewawancarainya.

Karena sudah mulai larut malam Park Sanghoo menyuruh putrinya tidur, mereka masih akan terus berjudi hingga dini hari, Hyomin terlihat seperti ingin menolak, setidaknya dia ingin menonton hingga Taejun pulang.

“Tidurlah agashi, tidur telalu malam tidak baik untuk kulit anda yang cantik.” Kata Taejun.

Setelah mendengar kata-kata Taejun akhirnya Hyomin mengucapkan selamat malam dan permisi untuk tidur lebih dulu, setelah itu mereka melanjutkan main kartu lagi dan lagi-lagi dimenangkan oleh Taejun. Teman-teman Park Sanghoo merasa kesal karena mereka tidak menang sekali pun hari ini. Taejun melirik arlojinya sudah pukul 2 dini hari, mereka benar-benar sudah lama bermain judi.
Taejun lalu mengatakan dia membawa sebotol Wine dan ingin minum bersama tuan-tuan yang ada di sana, dan mereka pun bersulang.

“Putriku sepertinya benar-benar menyukaimu, kalau kau mau kau boleh melamarnya.” Kata Park Sanghoo terkekeh lalu meminum winenya.

Taejun hanya tersenyum, dia pura-pura sedang meminum winenya padahal tidak, dalam hitungan menit tuan-tuan di dalam ruangan ini merasa sangat mengantuk dan akhirnya mereka semua tertidur.

“Melamar putrimu? Sayangnya aku ini wanita.” Bisik Taejun pelan sambil tersenyum melihat mangsanya sudah jatuh tertidur karena meminum wine yang sudah dia masukkan obat tidur.

Taejun mendekati Mr. Park Sanghoo yang sedang tertidur, dia memakai sarung tangannya lalu dia mengambil kalung berharga dari leher Park Sanghoo dan memasukkan kalung itu di saku celananya, tersenyum puas dia keluar dari ruangan itu. Suasana begitu sepi karena semua pelayan sudah tertidur, kecuali penjaga di depan pintu.

Itu sebabnya dia tidak bisa keluar lewat pintu karena setiap tamu yang keluar masuk dari rumah ini harus diperiksa terlebih dahulu karena dikhawatirkan membawa benda-benda berbahaya, kalau dia memaksakan diri keluar lewat pintu bisa-bisa dia langsung di ringkus karena membawa lari kalung berharga Mr.Park , dan jalan satu-satunya untuk keluar adalah lewat jendela, tadi dia melihat ada sebuah jendela di lantai dua yang menghadap arah timur, jika keluar dari jendela itu dia bisa langsung memanjat pohon aksia besar yang berada tepat di samping jendela dan langsung melewati tembok rumah ini.

Taejun menuruni tangga, dan menuju jendela tersebut dan rupanya itu adalah jendela sebuah kamar utama di rumah ini, Taejun membuka pintu dengan bantuan jepit rambut yang berada di saku jasnya. Perlahan dia membuka pintu, dia sudah melepas sepatunya agar tidak menimbulkan suara saat berjalan. Kebetulan sekali rupanya ini kamar Park Hyomin, putri dari Park Sanghoo itu mengenakan piyama putih dan tertidur pulas di ranjang mewahnya.

Dia berjalan dengan berjinjit supaya tidak menimbulkan suara, mengendap-endap menuju jendela besar itu, dia membuka kunci jendelanya perlahan agar Hyomin tidak terbangun, tapi saat membuka jendela terdengar suara berderit cukup keras dan membangunkan Hyomin dari tidurnya, secepat kilat Taejun menutup mulut Hyomin dengan tangan kanannya agar Hyomin tidak berteriak.

Mata Hyomin membelalak kaget melihat Taejun dan merasa sangat bingung, Taejun lalu menempelkan telunjuk kiri di bibirnya sebagai tanda supaya Hyomin diam.

“Maaf membuat tidurmu terganggu agashi, dan aku harap kau tidak berteriak saat aku lompat dari jendela kamarmu” Bisik Taejun pelan di telinga Hyomin.

Taejun melepaskan bekapan tangannya dari mulut Hyomin dan menuju jendela bergegas untuk pergi sambil menenteng sepatunya.

“Park Taejun-shi.. sebenarnya ada apa ini?” tanya Hyomin dengan suara pelan.
“Sebelum pergi aku ingin mengatakan padamu kalau Kim Taejun itu bukan nama asliku, biasanya orang-orang memanggilku dengan sebutan Seoul Lupin. Selamat malam agashi”

Kata Taejun sambil mengedipkan sebelah matanya, lalu dia keluar melompat dari jendela menuju dahat pohon aksia, menghilang di pagi yang buta sambil membawa barang curiannya. Park Hyomin membeku beberapa saat, masih tidak percaya dengan apa yang di dengarnya tadi dari Taejun barusan.

“Se..seoul Lupin.” Kata Hyomin dengan suara bergetar.

Seminggu detelah kejadian tersebut sepucuk surat dikirimkan ke kediaman Park Sanghoo

Mr. Park Sanghoo yang terhormat
Terima kasih atas sikap anda yang murah hati dengan memilih tidak  melapor polisi,
apa lagi anda adalah orang yang melihat wajah saya secara langsung.
Saya tahu anda tidak melapor karena anda juga takut masalah ini diusut,
karena anda kehilangan kalung berharga itu saat sedang berjudi dan kebiasaan buruk anda itu terungkap,
Anda mengatakan kalung itu memberi keberuntungan dalam bisnis keluarga Park selama turun menurun,
maka aku berharap kalung ini dapat memberikanku keberuntungan dalam melakukan aksi pencurianku selanjutnya.
Salam untuk putri anda yang cantik.
Seoul Lupin…

To be continued…..


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DONATE

Klik gambar

Klik gambar
peluang usaha