Apa kalian mengernyitkan dahi, menampilkan wajah tidak suka atau kalian berkata dia hanya seorang penjahat?
Ya
kalian benar, pencuri memang seorang penjahat. Tapi akan aku tunjukkan
bagaimana rupa seorang penjahat yang keren di depan kalian.
Cerita ini adalah sepenggal dari pengalamanku menjadi pencuri di kota Seoul Korea Selatan,
Sebagian kecil dari kisah pertualanganku menjadi seorang pencuri sekaligus penipu ulung.
Jika kalian tertarik hembuskan nafas kalian perlahan dan atur posisi duduk kalian yang nyaman untuk membaca,
Ini lah kisahku………
Malam
kota Seoul yang hening berubah menjadi begitu ramai dan bising, sirene
mobil polisi bersahut-sahutan, manusia-manusia yang sudah terlelap dalam
kediamannya masing-masing mulai merasa terganggu, mereka mulai membuka
jendela dan menonton apa yang sebenarnya terjadi di luar.Mobil-mobil
polisi itu mengejar sebuah mini bus putih yang berada di depan mereka.
Mobil-mobil polisi dan mini bus putih itu berkejar-kejaran di malam kota
Seoul yang dingin.
Mini bus putih menambah kecepatan dan
pengemudinya memperhatikan mobil-mobil polisi yang mengejarnya dari kaca
spion. Sebuah truk sebentar lagi akan melintas di depannya, pengemudi
mini bus ini tahu akan menjadi resiko jika dia memaksakan diri tapi dia
sudah tidak punya waktu lagi dan mungkin dia akan tertangkap kalau
menunggu truk besar ini lewat terlebih dulu.
“Aku masih terlalu muda untuk mati…” gumam pengemudi mini bus tersebut.
Memilih
ditangkap polisi atau mengambil resiko akan tertabrak truk akhirnya
pengemudi mini bus itu memilih pilihan nomor dua, dia menekan pedal gas
kuat-kuat dan melewati truk tersebut, jarak mini bus yang di
kemudikannya hanya berkisar 10 centimeter dari Truk Besar yang mengerem
mendadak itu.
Ciiitttttttttttt…….
Terdengar bunyi decitan keras dari ban mobil truk besar tersebut.
“Bichoso!!!!! Apa kau mau mati!!!” terdegar teriakan pengemudi truk besar itu.
Pengemudi
mini bus putih itu terus melaju tidak memperdulikan sumpah serapah yang
dikeluarkan pengemudi truk. Mobil-mobil polisi yang tadi mengejar mini
bus putih itu terpaksa berhenti karena truk besar yang mengerem mendadak
itu menghadang jalan. Setelah truk besar itu kembali melaju,
mobil-mobil Polisi tersebut kembali mencari sosok mini bus putih itu,
tapi saat mini bus putih itu ditemukan isinya sudah kosong, pengemudinya
sudah lari bersama benda yang dicurinya.
------
Baek
Sunghyun membuka jas hitamnya, tampangnya terlihat lusuh dan lelah.
Sunghyun menyandarkan tubuhnya di sofa apartemennya, dia menutup matanya
dan menghela napas. Rasa kecewa kembali menjalari dirinya, dia kembali
gagal untuk kedelapan kalinya dalam menangani kasus pencurian ini.
Mengapa selalu saja pencuri itu berhasil lolos, padahal hampir saja
malam ini dia menangkapnya, hampir saja….. Tapi sepertinya Dewi Fortuna
memang selalu mendampingi pencuri tersebut sehingga dia selalu lolos.
Dia
adalah salah satu jaksa muda yang baru saja bergabung di kepolisian dua
tahun belakangan ini , walaupun masih terhitung muda dia sudah bisa
menyelesaikan beberapa kasus besar tapi dia tidak bisa menyelasaikan
kasus Seoul Lupin yang merongrongnya setahun belakangan ini. Ya sang
pencuri yang selalu berhasil mengincar benda bersejarah, antik atau pun
mahal tersebut dijuluki Seoul Lupin oleh masyarakat.
Pencuri
yang tidak jelas indentitasnya, nama aslinya pun tidak di ketahui, juga
asal-usul keluarganya. Kadang-kadang merasa sulit percaya ada pencuri
yang seperti itu di kehidupan nyata, pencuri berkelas yang biasanya
hanya ada di dalam cerita fiksi kini berada di depan matanya sendiri.
“Seoul Lupin.. siapa kau sebenarnya?” gumam Sunghyun.
Pertanyaan
yang sama selalu dia ajukan pada dirinya sendiri berulang-ulang kali,
tapi hingga sekarang di masih tidak menemukan jawabannya….
------
Seberkas
sinar matahari melewati jendela sebuah kamar yang mewah, sinar itu
makin menerobos masuk saat seorang pelayan wanita menyibak gorden
jendela itu. Sosok yang tersembunyi di balik selimut tebal berwarna ungu
muda mulai bergerak, wanita muda yang berumur sekitar 24 tahun itu
menegakkan kepalanya dan mulai menggeliat.
“Pagi agashi, sarapan anda sudah di siapkan.”
“Pagi…” kata gadis muda itu sambil menguap dan kemudian mengacak-acak rambut pendeknya.
“Agashi ingin sarapan di bawah atau ingin memakan sarapan anda di kamar?”
“Aku akan sarapan di bawah saja.” Jawab gadis muda itu sambil tersenyum.
Kejadian
semalam membuat suasana hatinya sangat baik hari ini, dia bangkit dari
tempat tidurnya dan memakai Slipper Rilakkuma lalu berjalan keluar dari
kamarnya dan menuruni tangga. Pelayan wanita yang tadi membangunkannya
mengikutinya dari belakang.
Kemudian dia memasuki ruang
makan dan mulai menikmati sarapannya, rumah sebesar ini hanya di huni
wanita muda itu bersama dua pelayan wanita muda dan seorang kepala
pelayan pria yang berumur sekitar 50 tahun.
“Pagi Agashi..” sapa pelayan wanita lainnya yang sedang menyiapkan sarapannya.
“Pagi..” balasnya masih dengan senyum yang mengembang.
Waffle panggang yang lembut dan satu cangkir teh menemaninya pagi ini.
“Mana koran pagi ini?” Tanya wanita muda itu sambil menggigit wafflenya.
Salah
satu pelayan wanitanya membawakan Koran pagi ini untuknya, dia meraih
Koran itu dan senyumnya kembali mengembang saat membaca Judul berita
utama yang menghiasi halaman pertama Koran tersebut.
“Seoul Lupin beraksi lagi tadi malam, Sekelompok polisi kembali gagal menangkapnya.”
“Pagi yang indah..” gumamnya pelan sambil menghirup tehnya.
Dia menoleh ke pelayan wanita yang berdiri di sebelahnya.
“Tolong panggikan Tuan Kang ke sini, minta dia untuk membawa Aquamarine kemari, aku ingin melihatnya lagi.”
“Baik Agashi..”
Tidak
lama kemudian pelayan itu kembali dengan Tuan Kang kepala pelayan
keluarga mereka yang membawa kotak beludru merah. Tuan Kang membuka
kotak beludru itu dan di dalamnya sebuah batu Aquamarine dari Pakistan
dengan kualitas terbaik kira-kira sebesar genggaman tangan orang dewasa
berada di dalamnya, dia meletakkan kotak yang sudah terbuka itu di depan
tuannya.
“Cantiknya, aku tidak bosan-bosan melihatnya..”
“Dia tidak secantik senyuman Agashi.” Kata tuan Kang sambil tersenyum.
Dia tertawa kecil, lalu menutup kotak beludru merah itu dan menyerahkannya kembali kepada Tuan Kang.
“Letakkan dia di tempat biasa, bersama barang curianku yang lainnya.”
Kata wanita muda itu sambil mengedipkan sebelah matanya.
------
Baek
Sunghyun memasuki sebuah toko bakery mungil yang terletak di ujung
jalan, toko bakery yang selalu dia datangi paling sedikit tiga kali
dalam seminggu. Sebenarnya tidak ada yang istimewa di toko bakery ini
yang membedakannya dengan toko bakery lainnya. Perbedaan yang mencolok
adalah ruangan toko bakery ini dipenuhi pernak-pernik Rilakkuma karakter
beruang imut dari Jepang tersebut, ini disebabkan karena sang pemilik
adalah penggemar berat Rilakkuma dan pemilik bakery ini sekaligus
kekasihnya saat ini, mereka sudah menjalin hubungan selama empat bulan.
Harum
roti manis yang baru dipanggang memenuhi ruangan, Sunghyun berjalan
dan memilih-milih beberapa Roti di etalase juga memesan secangkir coffee
latte, lalu membayarnya di kasir.
“Mana Eunjung?” Tanya Sunghyun pada salah satu pekerja wanita yang menjaga kasir.
“Agashi sedang berada di dapur membuat kue.”
Sunghyun
tersenyum sambil mengangguk, dia membawa nampan yang berisi pesanannya
lalu duduk di kursi paling pojok tempat favoritnya.
“Agashi hati-hati mengaduknya harus pelan-pelan….”
“Tenang saja , begini saja aku mengerti…”
Klontang..klontang…
Terdengar
sebuah benda terjatuh di dapur bakery ini, suasana menjadi begitu
ribut. Sunghyun lagi-lagi menyunggingkan senyumnya, dia sudah bisa
menebak pacarnya yang ceroboh sedang membuat kekacauan lagi di dalam.
Dua
puluh menit kemudian Ham Eunjung sang pemilik Toko Bakery ini sekaligus
kekasih dari Baek Sunghyun berjalan keluar dengan wajah cemberut, tapi
wajahnya itu berubah cerah setelah melihat pria yang sedang duduk sambil
menikmati roti di pojok ruangan.
Eunjung berjalan mendekati Sunghyun, menarik kursi yang berada di samping Sunghyun lalu duduk.
“Kau baru datang?” Tanya Eunjung.
Sunghyun mengangguk lalu menyeruput coffee lattenya.
“Mengapa kau tidak memanggilku?”
“Karena aku lihat kau sedang sibuk..”
Eunjung tersenyum.
“Sibuk membuat kekacauan..” lanjut Sunghyun,
Senyumnya memudar, Eunjung mengerucutkan bibirnya kesal, tapi kata-kata Sunghyun memang benar.
“Aku tidak selalu membuat kekacauan kadang-kadang aku juga membantu.” Eunjung membela diri.
“Yah
benar membuat roti gosong, memasukkan garam ke dalam kopi, juga membuat
adonan tumpah, kau memang sangat membantu.” Ledek Sunghyun.
“Awas kau!!” kata Eunjung pura-pura kesal.
Sunghyun menyentuh rambut Eunjung dan menunjukkan tangannya yang lengket karena adonan kue.
“Lihatlah rambutmu, kau begitu bersemangat hingga adonannya berada di rambutmu.”
Eunjung
menyentuh rambutnya yang lengket karena adonan kue. Lalu dia hanya
nyengir sambil memandang Sunghyun, Sunghyun tertawa, pacarnya yang satu
ini memang sedikit manja, kekanak-kanakan, ceroboh juga polos tapi
Eunjung lah satu-satunya yang bisa membuat dia tertawa setelah kepenatan
kasus-kasus yang harus dihadapinya di kepolisian.
Jika
waktu itu dia tidak sengaja berkunjung di toko bakery ini mungkin dia
tidak akan pernah bertemu dengan Eunjung, toko bakery sederhana ini
hanya punya satu chef yang berumur sekitar 50 tahunan yang biasa di
panggil dengan Tuan Kang, dua pelayan wanita dan Eunjung pemilik bakery
yang hanya bisa membuat kekacauan dan sama sekali tidak mengerti
bagaimana caranya membuat kue.
Di rumahnya Tuan Kang dan
kedua pekerja wanita itu merangkap sebagai Kepala pelayan dan pelayan di
rumah Eunjung. Eunjung bercerita padanya kalau dia sebenarnya adalah
putri orang berada , ayah dan ibunya mengurus bisnis berlian di Jerman,
karena Eunjung yang tidak berbakat dalam bisnis berlian akhirnya dia
memutuskan untuk pulang ke tanah kelahiran orangtuanya di Korea Selatan
sambil membuka toko bakery kecil-kecilan sejak setahun yang lalu.
“Kau terlihat kurang tidur.” Kata Eunjung sambil menyentuh wajah Sunghyun.
“Aku tidak bisa tidur semalaman.” Kata Sunghyun.
“Ah, aku membaca Koran bukankah dia beraksi lagi kemarin malam?”
Sunghyun mengangguk pelan, dan menggigit rotinya.
“Seoul
Lupin itu benar-benar keterlaluan sekali, memangnya dia siapa membuat
jaksaku yang tampan jadi kurang tidur begini? Bagaimana kalau aku saja
yang membantumu? Aku akan melamar menjadi detektif untuk menangani kasus
ini seperti Sherlock Holmes.”
Sunghyun tertawa, Eunjung
bercerita kalau sejak kecil dia begitu tergila-gila dengan novel
Sherlock Holmes karya Sir Arthur Conan Doyle tersebut.
“Tidak perlu, apa aku terlihat jaksa yang begitu lemah sehingga seorang wanita harus membantuku?”
“Jangan
bicara begitu, pacarku tetap jaksa yang paling hebat.” Kata Eunjung
mengeluarkan suara aegyo sambil mengamit lengan Sunghyun.
“Aku harus kembali ke kantor.” Kata Sunghyun.
“Secepat
ini?” raut wajah Eunjung terlihat sedikit kecewa. Sunghyun bangkit dari
duduknya dan berjalan menuju pintu sambil melambaikan tangan.
“Lalu malam ini nanti kita akan bertemu?” Tanya Eunjung
.
Sunghyun menghentikan langkahnya dan berdiri di pinggir pintu.
“Mian..sepertinya tidak bisa.”
“Kalau besok malam?”
Sunghyun kembali menggelengkan kepalanya.
“Kita bertemu sabtu malam nanti, aku akan menjemputmu, kita pergi nonton.” Kata Sunghyun.
“Arasso..”
Eunjung
melambaikan tangannya, dan memperhatikan punggung Sunghyun yang
melewati pintu Toko Bakerynya. Setelah sosok itu menghilang Eunjung
bangkit dari duduknya dan berjalan menuju dapur, memperhatikan Tuan Kang
yang sedang mengeluarkan chocolate muffin dari oven.
“Jadi kapan tanggal undangan dari Mr. Park Sanghoo untuk datang ke rumahnya ?” Tanya Eunjung pada Tuan Kang.
Tangannya mengambil satu chocolate muffin yang baru dipanggang itu dan menggigitnya.
“Tanggal 22 April, pukul 21.00 KST.” Jawab Tuan Kang sambil mengaduk adonan muffin yang baru.
Eunjung memperhatikan kalender yang berada di dinding dapur untuk melihat tanggal.
“Hari minggu?? Bagus sekali karena hari sabtu ini aku sibuk sekali.”
Ujar Eunjung sambil tersenyum dan menggigit Chocolate Muffinnya lagi.
------
“Ini foto-foto yang berhasil aku ambil kemarin.”
Asistennya
menyerahkan sebuah memory card kamera digital kepadanya, Sunghyun
mengambil memory card itu dan memasukkan benda itu ke dalam laptopnya.
Baek
Sunghyun memperhatikan foto-foto yang berada dilayar tersebut, sebagian
foto kabur dan tidak jelas. Foto tersebut adalah foto Seoul Lupin yang
sedang berlari dari gedung setelah melakukan pencurian, saat itu hampir
saja mereka berhasil menangkapnya walaupun akhirnya Lupin berhasil
lolos.
Wajahnya tidak terlihat karena dia berpakaian
seperti ninja dengan baju serba hitam, selama ini di simpulkan kalau
Seoul Lupin adalah seorang laki-laki dengan tinggi antara 167-171 cm ,
Sunghyun mencari sesuatu yang bisa menjadi ciri dari pencuri yang tidak
diketahui identitasnya itu, dia memperhatikan foto tersebut dengan lebih
cermat, di foto tersebut Lupin sedang berlari sambil membawa koper besi
yang berisi batu mahal aquamarine dari Pakistan.
“Apa mungkin dia itu kidal?”gumam Sunghyun.
Dia
menyimpulkan begitu karena dia melihat Lupin membawa koper besi itu
dengan tangan kirinya. Koper besi itu cukup berat sekitar 5 kilogram,
dan dia harus membawa koper itu sambil berlari. Membawa benda berat
dengan tangan kiri menunjukkan bahwa dia seorang kidal.
------
Eunjung
memakaikan lipstick merah muda dibibirnya, lalu dia menyemprotkan
parfum. Dia tersenyum puas sambil memandang rupanya di cermin rias. Saat
dia sedang memakai anting di telinga kirinya, pintu kamarnya di ketuk
seseorang dari luar.
“Masuk.” Katanya.
Tuan Kang membuka pintu, berdiri di ambang pintu dan menunduk hormat.
“Ada apa?” Tanya Eunjung, tidak mengalihkan pandangannya dari cermin.
“Maaf Agashi aku menganggu, barusan ada telepon dari asisten Park Sanghoo kalau udangannya di majukan sehari menjadi hari ini.”
“Hari ini?”
Eunjung menatap Tuan Kang terkejut, Tuan Kang mengangguk lalu membungkuk sekali lagi sebelum dia menutup pintu kamar kembali.
Eunjung
melirik arlojinya, sebentar lagi Sunghyun akan menjemputnya, mereka
akan pergi menonton hari ini. Eunjung meraih ponselnya yang berada di
atas meja rias dan menelepon Sunghyun.
“Sunghyun-ah….mian…kita tidak bisa pergi keluar malam ini..itu, perutku sakit sekali.. kau tahu? Penyakit wanita setiap bulan..”
Eunjung membuat suaranya seperti sedang kesakitan.
“Ah arasoo aku akan minum air hangat… tentu aku akan minum obat, aku adalah anak yang manis.. tenang saja..ne…”
Eunjung
memutuskan sambungan teleponnya dan meletakkan kembali ke meja rias,
dia mulai melepas antingnya juga menghapus make up yang tadi sudah dia
poles di wajahnya.
“Mianhe Sunghyun-ah.. aku bukan pacar yang manis.. Malam ini aku akan keluar untuk bersenang-senang..”
Kata Eunjung sambil memperhatikan bayangannya di cermin yang sedang tersenyum menyeringai.
------
Park
Sanghoo meletakkan kartunya di atas meja dan tersenyum puas, dia menang
lagi untuk ketiga kalinya. Dia mengambil koper yang berisi uang ke
dekatnya. Sementara teman-temannya mulai mendengus kesal karena kalah
tiga kali berturut-turut. Seorang pelayan mengetuk pintu lalu masuk dan
memberitahukan kalau tamu yang ditunggu sudah datang.
“Kim Taejun? Suruh dia masuk.” Kata Park Sanghoo, wajahnya berubah cerah.
Seorang pria dengan tinggi sekitar 168 cm masuk ke dalam ruangan, menunduk hormat dan memberi salam.
“Selamat malam tuan-tuan dan juga nona cantik di sebelah Mr. Park Sanghoo.” Kata Kim Taejun tersenyum.
Park
Hyomin putri dari Park Sanghoo yang sedang duduk di sebelah ayahnya
tersenyum sambil memandang pria muda tampan yang baru saja datang.
“Taejun-shi aku sudah menunggu dari tadi duduk lah. Aku mengira kau tidak datang karena aku mengubah jadwalnya.”
“Tidak
mungkin aku tidak datang, adalah suatu kehormatan untuk diundang oleh
seorang Park Sanghoo bermain judi di rumahnya.” Kata Taejun.
“Maaf
aku mengubah jadwal, karena istriku pulang dari Jepang besok, istriku
itu suka marah kalau aku sedang bermain judi, oh ya kenalkan ini putriku
satu-satunya Park Hyomin, aku rasa umurnya hampir sebaya denganmu.”
“Kenalkan aku Kim Taejun.”
Taejun mengulurkan tangannya dan dengan malu-malu Hyomin menyambutnya.
“Bagaimana kalau kau ku jodohkan dengan putriku, dia cantik bukan?” kata Park Sanghoo terkekeh.
“Appa.” Kata Hyomin sambil memukul bahu ayahnya pelan, padahal dia juga sebenarnya tidak menolak.
“Wae? Tidakkah kau lihat Taejun-shi pengusaha muda sukses yang tampan.” Kata Park Sanghoo.
Taejun hanya Tersenyum sambil melirik ke arah Hyomin, sementara Park Hyomin menunduk malu saat Taejun menatapnya.
“Kenalkan
juga yang paling kiri Tuan Choi Sowon, lalu Tuan Jeon Yongrook dan
terakhir Tuan Han Minwoo.” Park Sanghoo mengenalkan teman-temannya yang
lain.
“Salam kenal, aku Kim Taejun.” Taejun membungkuk hormat.
Hyomin
melirik Taejun yang sudah menarik kursi untuk duduk. Kartu mulai
dikocok dan dibagikan, mereka mulai bermain dan Taejun terlihat sangat
santai sepertinya dia sudah pemain kartu yang pro dan hasil akhir di
menangkan olehnya. Hyomin terlihat senang saat Taejun menang, matanya
memandang takjub pada pria muda itu.
“Rupanya kau mahir bermain kartu.” Kata Park Sanghoo.
“Hanya kebetulan tuan.” Kata Taejun merendahkan diri.
Selama
bermain kartu mata Taejun tidak lepas dari Kalung dengan mata Giok yang
bergambar Burung Phoenix yang sedang di pakai oleh Mr.Park, kalung itu
adalah kalung berharga turun temurun dari keluarga Park yang merupakan
salah satu keluarga terkaya di Korea Selatan konon kalung itu adalah
warisan dari Kaisar Sunjong pemimpin ke 27 di kekaisaran Korea yang
memerintah dinasti Joseon, Park Sanghoo sering membanggakan kalung
warisan tersebut di majalah-majalah bisnis yang mewawancarainya.
Karena
sudah mulai larut malam Park Sanghoo menyuruh putrinya tidur, mereka
masih akan terus berjudi hingga dini hari, Hyomin terlihat seperti ingin
menolak, setidaknya dia ingin menonton hingga Taejun pulang.
“Tidurlah agashi, tidur telalu malam tidak baik untuk kulit anda yang cantik.” Kata Taejun.
Setelah
mendengar kata-kata Taejun akhirnya Hyomin mengucapkan selamat malam
dan permisi untuk tidur lebih dulu, setelah itu mereka melanjutkan main
kartu lagi dan lagi-lagi dimenangkan oleh Taejun. Teman-teman Park
Sanghoo merasa kesal karena mereka tidak menang sekali pun hari ini.
Taejun melirik arlojinya sudah pukul 2 dini hari, mereka benar-benar
sudah lama bermain judi.
Taejun lalu mengatakan dia membawa sebotol Wine dan ingin minum bersama tuan-tuan yang ada di sana, dan mereka pun bersulang.
“Putriku
sepertinya benar-benar menyukaimu, kalau kau mau kau boleh melamarnya.”
Kata Park Sanghoo terkekeh lalu meminum winenya.
Taejun
hanya tersenyum, dia pura-pura sedang meminum winenya padahal tidak,
dalam hitungan menit tuan-tuan di dalam ruangan ini merasa sangat
mengantuk dan akhirnya mereka semua tertidur.
“Melamar
putrimu? Sayangnya aku ini wanita.” Bisik Taejun pelan sambil tersenyum
melihat mangsanya sudah jatuh tertidur karena meminum wine yang sudah
dia masukkan obat tidur.
Taejun mendekati Mr. Park Sanghoo
yang sedang tertidur, dia memakai sarung tangannya lalu dia mengambil
kalung berharga dari leher Park Sanghoo dan memasukkan kalung itu di
saku celananya, tersenyum puas dia keluar dari ruangan itu. Suasana
begitu sepi karena semua pelayan sudah tertidur, kecuali penjaga di
depan pintu.
Itu sebabnya dia tidak bisa keluar lewat
pintu karena setiap tamu yang keluar masuk dari rumah ini harus
diperiksa terlebih dahulu karena dikhawatirkan membawa benda-benda
berbahaya, kalau dia memaksakan diri keluar lewat pintu bisa-bisa dia
langsung di ringkus karena membawa lari kalung berharga Mr.Park , dan
jalan satu-satunya untuk keluar adalah lewat jendela, tadi dia melihat
ada sebuah jendela di lantai dua yang menghadap arah timur, jika keluar
dari jendela itu dia bisa langsung memanjat pohon aksia besar yang
berada tepat di samping jendela dan langsung melewati tembok rumah ini.
Taejun
menuruni tangga, dan menuju jendela tersebut dan rupanya itu adalah
jendela sebuah kamar utama di rumah ini, Taejun membuka pintu dengan
bantuan jepit rambut yang berada di saku jasnya. Perlahan dia membuka
pintu, dia sudah melepas sepatunya agar tidak menimbulkan suara saat
berjalan. Kebetulan sekali rupanya ini kamar Park Hyomin, putri dari
Park Sanghoo itu mengenakan piyama putih dan tertidur pulas di ranjang
mewahnya.
Dia berjalan dengan berjinjit supaya tidak
menimbulkan suara, mengendap-endap menuju jendela besar itu, dia membuka
kunci jendelanya perlahan agar Hyomin tidak terbangun, tapi saat
membuka jendela terdengar suara berderit cukup keras dan membangunkan
Hyomin dari tidurnya, secepat kilat Taejun menutup mulut Hyomin dengan
tangan kanannya agar Hyomin tidak berteriak.
Mata Hyomin
membelalak kaget melihat Taejun dan merasa sangat bingung, Taejun lalu
menempelkan telunjuk kiri di bibirnya sebagai tanda supaya Hyomin diam.
“Maaf
membuat tidurmu terganggu agashi, dan aku harap kau tidak berteriak
saat aku lompat dari jendela kamarmu” Bisik Taejun pelan di telinga
Hyomin.
Taejun melepaskan bekapan tangannya dari mulut Hyomin dan menuju jendela bergegas untuk pergi sambil menenteng sepatunya.
“Park Taejun-shi.. sebenarnya ada apa ini?” tanya Hyomin dengan suara pelan.
“Sebelum
pergi aku ingin mengatakan padamu kalau Kim Taejun itu bukan nama
asliku, biasanya orang-orang memanggilku dengan sebutan Seoul Lupin.
Selamat malam agashi”
Kata Taejun sambil mengedipkan
sebelah matanya, lalu dia keluar melompat dari jendela menuju dahat
pohon aksia, menghilang di pagi yang buta sambil membawa barang
curiannya. Park Hyomin membeku beberapa saat, masih tidak percaya dengan
apa yang di dengarnya tadi dari Taejun barusan.
“Se..seoul Lupin.” Kata Hyomin dengan suara bergetar.
Seminggu detelah kejadian tersebut sepucuk surat dikirimkan ke kediaman Park Sanghoo
Mr. Park Sanghoo yang terhormat
Terima kasih atas sikap anda yang murah hati dengan memilih tidak melapor polisi,
apa lagi anda adalah orang yang melihat wajah saya secara langsung.
Saya tahu anda tidak melapor karena anda juga takut masalah ini diusut,
karena anda kehilangan kalung berharga itu saat sedang berjudi dan kebiasaan buruk anda itu terungkap,
Anda mengatakan kalung itu memberi keberuntungan dalam bisnis keluarga Park selama turun menurun,
maka aku berharap kalung ini dapat memberikanku keberuntungan dalam melakukan aksi pencurianku selanjutnya.
Salam untuk putri anda yang cantik.
Seoul Lupin…
To be continued…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar